Beranda / Romansa / Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha / Bab 4: Aku Sudah Tidak di Kansas Lagi

Share

Bab 4: Aku Sudah Tidak di Kansas Lagi

Penulis: Jessica Nicole
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:06:32
Alaric tiba-tiba mundur dan menggelengkan kepala seakan mencoba untuk menjernihkan pikirannya. Ada sedikit perasaan puas muncul dalam diriku; mungkin saja dia juga merasakan hal yang sama sebagaimana yang aku rasakan terhadapnya. Saat ia tiba-tiba menghilang, aku merasa seolah diabaikan dan aku merasa marah pada diriku sendiri karena hampir membiarkan hal yang tidak diinginkan terjadi. Namun ada sisi lain dalam diriku yang berpikir sebaliknya, berharap hal itu benar-benar terjadi.

"Perlu ada beberapa aturan dasar yang harus kau patuhi sebelum kau mulai bekerja padaku," katanya dengan suara tegang.

"Apa itu?" Aku bertanya dengan nada agak gemetar. Aku mengutuk diriku sendiri karena tanggapanku terdengar kurang percaya diri.

"Pertama, kau tidak boleh menggunakan kekuatanmu padaku," jawabnya sambil menyipitkan matanya ke arahku.

"Kedua, Kau harus melakukan apapun yang aku perintahkan tanpa ragu-ragu dan banyak tanya," lanjutnya.

"Ketiga-" dia belum selesai menjelaskan tapi aku segera memotongnya.

"Tunggu sebentar. Aku tidak akan begitu saja melakukan apapun perintahmu tanpa pertimbangan. Aku adalah seorang manusia berakal dan bisa memutuskan apa yang harus dan tidak harus kulakukan. Bagaimana jika apa yang kau minta bertentangan dengan hati nuraniku atau hal itu dapat merugikan orang lain?" kataku. Alaric terlihat kesal dengan ucapanku tapi sepertinya dia mencoba menahan amarahnya. Setidaknya untuk sekarang.

"Kau harus patuh. Kau tahu kenapa? " dia bertanya padaku dengan arogan. Aku tidak merespon perkataannya jadi dia menjawabnya sendiri.

"Kau harus patuh karena aku adalah seorang Alpha dari kawanan yang telah dengan senang hati menerimamu dan sesuai kesepakatan, kau bekerja untukku sekarang. Selain itu, aku tidak akan pernah memintamu melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang kau yakini ataupun hal-hal yang merugikan orang lain. Tidak seperti pandanganmu yang sok tahu dan rendah kepadaku, aku hanyalah seseorang yang ingin melindungi dan melayani kawananku, "jelasnya padaku.

"Kalau begitu aku akan melakukan semua yang aku bisa untuk membantumu. Selama aku setuju bahwa tindakannya pantas dilakukan," jawabku angkuh. Matanya berubah menghitam mendengar jawabanku, aku khawatir aku telah terlalu bertindak tidak sopan padanya. Dia melangkah mendekatiku seperti yang dia lakukan sebelumnya, tapi alih-alih terlihat menggoda, sikapnya kali ini membuatku merasa terancam.

"Kau sangat keras kepala. Aku benci bawahan yang bersikap seperti itu. Terutama dari seseorang yang seharusnya bisa sedikit lebih ramah terhadapku mengingat aku telah menyelamatkannya dari hukuman yang lebih mengerikan," katanya.

"Tidak ada bedanya, bagaimanapun juga aku tetap akan berakhir dilemparkan ke kawanan serigala, bukan?" Aku menjawab dengan sinis. urat-urat yang ada di dahinya terlihat seolah akan meledak, tapi apa boleh buat; dia memantik bara api yang ada dalam diriku. Sikap angkuhnya membuatku tertantang dan aku ingin dia sadar seberapa jauh dia bisa menekanku. Yang, pada kenyataannya, tidak terlalu jauh.

"Aku akan menemuimu di kantorku besok pagi, tepat pukul sembilan," katanya dingin dan aku mengangguk sopan. Jadi inilah akhirnya yang harus kuhadapi, pikirku.

Setelah Alaric meninggalkan kamarku, aku menjatuhkan diri di tempat tidur sambil menghela nafas. Tanganku terasa gatal ingin berlatih beberapa mantra baru atau sekedar ingin membaca buku dan tenggelam di dalamnya. Apapun yang bisa mengalihkanku dari memikirkan bos baru yang sangat menarik tapi juga membingungkan. Dia arogan dan jelas terbiasa mendapatkan apapun yang ia inginkan. Tapi sesuatu di dalam diriku memberitahu bahwa ada lebih banyak hal dalam dirinya belum kuketahui.

Aku berbaring dan mataku tiba-tiba terasa begitu berat. Hari yang sungguh melelahkan, dan tidak lama kemudian akupun tertidur ...

Mataku terbuka lebar saat aku menyadari bahwa aku tidak sendirian di tempat tidur. Alaric berada tepat di atasku, menatapku dengan saksama. Dia tersenyum menggoda dan sekali lagi aku tenggelam dalam tatapannya. Aku sadar seharusnya aku menyuruhnya pergi, apa yang dilakukannya sungguh tidak pantas. Aku disini untuk bekerja padanya dan aku sudah memperingatkan bahwa aku tidak akan pernah melakukan apa pun diluar tugasku sebagai pekerja. Tapi darahku terasa mendesir saat aku menatap matanya dan aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku.

Dia mengangkat satu tangannya dan dengan lembut membelai pipiku. Aku mendekatkan wajahku, menikmati setiap sentuhan jemarinya. Dia menurunkan tubuhnya sedikit untuk menindihku. Aku merasakan setiap inci tubuhnya menempel dengan tubuhku dan itu membuatku merintih pelan. Dia menggeram lembut, aku bisa merasakan getarannya dalam diriku. Dia bahkan belum melakukan apa-apa tapi tubuhku sudah terasa begitu panas.

"Alaric," bisikku, dia meletakkan jarinya di bibirku. Kemudian dia mulai membelainya dengan jari yang sama dan aku merasa tersentak seolah sebuah sengatan listrik baru saja mengalir di antara kedua kakiku. Pinggulnya menekan pinggulku lebih dalam dan aku bisa merasakan betapa berapi-apinya dia, dan disaat yang bersamaan ada sesuatu yang terasa begitu besar. Sekilas aku sempat sedikit panik membayangkan bagaimana hal itu akan masuk kedalamku.

Tapi aku ibarat seekor ngengat yang tertarik pada nyala api dan bahkan dengan pengalamanku tidak begitu banyak; aku dapat merasakan keinginan yang mendalam untuk bisa lebih dekat dengannya. Aku yakin dia bisa melihat keraguan di mataku karena dia meletakkan tangannya di pipiku lagi sebelum mulai berbicara.

"Jangan khawatir Raven, aku hanya ingin menciummu," katanya dan kemudian menambahkan, "Setidaknya untuk saat ini."

Dia mulai mendekatkan bibirnya ke bibirku dan keringat mulai terasa mengumpul di alisku. Aku senang dan gugup di saat yang bersamaan. Pikiranku memohon agar aku menghentikannya tapi jantungku terus berdegup kencang seirama dengan detak jantungnya. Rasanya seolah-olah kita terikat pada sebuah benang tak kasat mata, benang yang halus dan kuat. Dia bergerak lebih dekat, napasnya yang hangat menyentuh lembut bibirku dan aku mulai merasa tunduk di bawah kekuasaannya. Aku siap untuk ciumannya; untuk apapun yang ia akan lakukan padaku...

Aku tiba-tiba terbangun dari tidurku dan tersadar bahwa itu semua ternyata hanyalah sebuah mimpi. Aku mendengus frustrasi pada diriku sendiri. Aku kesal karena aku baru saja bermimpi yang tidak-tidak tentang bosku, tetapi aku merasa lebih kesal lagi karena terbangun pada saat yang tidak tepat.

Aku bangun untuk pergi ke kamar mandi dan melihat sebuah baju tergeletak di meja rias, di dekatnya juga terdapat beberapa sabun, sampo, dan krim perawatan kulit. Kenapa barang-barang ini tiba-tiba ada disini? Apakah Alaric yang membawa ini semua masuk kesini saat aku tertidur tadi?

Lalu apakah kejadian tadi benar-benar hanya mimpi, atau sebuah kenikmatan terlarang yang nyata?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 40: Persepsi yang Berubah

    Aku harus memuji diriku sendiri; menutup pintu di depan Rick adalah hal tersulit yang pernah aku lakukan. Tetapi jika aku tidak menahan diri tadi malam, kami akan melakukannya terlalu jauh dan aku akan menyesalinya. Ada sesuatu yang romantis dan bermakna tentang menunggu sampai kami menikah untuk menyempurnakan hubungan kami dan aku akhirnya merasa seperti takdirku adalah milik diriku sendiri.Matahari pagi bersinar terang melalui jendela saat aku berbaring di tempat tidur dan meregangkan tubuh, ingin bersenang-senang di waktu merenung yang tidak diganggu. Aku bangun dengan bahagia hari ini, meskipun kesedihan dan perasaan gentar bisa kurasakan di sekelilingku selama beberapa hari terakhir ini. Aku berharap aku bisa berada di sana untuk upacara terakhir Rowena, tetapi aku tidak ingin menyebabkan drama apa pun untuk Moira saat dia mengucapkan selamat tinggal.Aku masih tidak yakin apakah dia akan muncul besok berdasarkan percakapan terakhir kami dan aku tahu aku akan sangat terluka

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 39: Formalitas

    Sudut Pandang Alaric"Aku harap tidak terjadi seperti itu, Robert. Aku rasa kamu akan menyadari bahwa rencananya sudah berjalan, dan pertemuan ini hanyalah formalitas. Aku akan menikahi Raven dan memperkuat aliansi kita dengan para penyihir, apapun alasannya," aku memberitahunya.Sebuah pandangan marah langsung terlihat darinya dan gumaman yang terdengar dari kelompok itu memberi tahuku bahwa aku tidak bersikap diplomatis seperti yang aku harapkan."Tuan-tuan, aku belum pernah memimpin kelompok ini ke arah yang salah. Aku percaya ini akan berhasil untuk mencegah mereka dari tindakan agresi lebih lanjut. Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, kami tidak tahu pasti berapa banyak serigala liar yang ada, dan kita bisa saja nanti membutuhkan para penyihir. Selain itu, jika kita tidak melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah dengan mereka, kita bisa saja diserang oleh kedua kelompok," kataku."Alasan sang Alpha masuk akal. Kita pasti bisa menahan serangan dari salah satu dari mer

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 38: Waktunya Habis

    Sudut Pandang AlaricHal itu adalah ide terburuk sekaligus terbaik yang pernah aku miliki. Sekarang, bahkan jika dewan melarang pernikahan kami, sudah terlambat bagi mereka untuk menolak Raven sebagai jodohku. Aku telah menandainya, tidak ada yang bisa mengubah keputusan itu sekarang.Memikirkan apa yang baru saja kulakukan membuat darah langsung mengalir ke selangkanganku. Aku tidak tahu bagaimana aku akan menjauhkan tanganku darinya sampai pernikahan. Hanya tinggal satu hari lagi, secara teknis, tetapi itu akan menjadi 24 jam terlama dalam hidupku.Dia akhirnya milikku. Tidak ada dan tidak seorang pun yang akan memisahkan kami.Sekarang aku harus mencari cara untuk menyampaikan berita ini kepada anggota dewan dengan lembut. Aku berjalan menuju ke kantorku untuk minum minuman keras dan mungkin sedikit melakukan pelepasan untuk menghilangkan tekanan ini. Saat aku melewati kerumunan orang yang menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan, aku ingat untuk memberi tahu Maryann tenta

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 37: Memberi Tanda

    Ini pasti bagian dari rumah yang tidak direnovasi Rick, pikirku, saat aku menuruni tangga berkelok-kelok yang dingin dan gelap. Aku tidak terlalu takut, tapi ini sedikit menyeramkan. Tangganya sangat panjang dan ketika aku pikir aku membuat keputusan yang sangat salah untuk datang ke sini, aku mendengar suara-suara. Aku berhenti dengan cepat sebelum berbelok di ujung tangga."Aku tidak akan pernah mengkhianatimu seperti itu, Rick! Aku tidak akan pernah mengkhianati kawananku. Semua yang pernah kulakukan adalah untuk menyelamatkanmu dari penyihir jahat itu!" Vicky merengek."Kamu tidak akan berbicara tentang dia seperti itu! Dia akan menjadi istriku, Vicky, dan itu adalah sesuatu yang harus kamu terima. Jika kamu tidak bisa, kamu harus meninggalkan kawanan untuk selamanya," jawab Rick tegas."Aku sudah mengatakannya sebelumnya dan aku akan mengatakannya lagi, kawanan tidak akan pernah menerimanya. Dia bukan serigala! Dia tidak layak untukmu! Kamu akan menyesali ini!" Vicky berteri

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 36: Berpakaian yang Terbaik

    Keesokan paginya aku mengetahui bahwa rencana pernikahan sudah sepenuhnya berlangsung. Tempat di sampingku sudah kosong ketika aku bangun, jadi aku segera mandi dan berganti pakaian untuk mencari calon suamiku. Carl menyambutku di pintu dan membawaku turun ke dalam kekacauan. Aku langsung dibombardir oleh seorang wanita pendek gemuk berusia pertengahan empat puluhan dengan rambut merah kecokelatan."Pengantinnya ada di sini! Sempurna, sekarang kita bisa mencocokkan gaun pengantinmu. Kita mungkin perlu melakukan perubahan dan tentu saja aku perlu tahu siapa yang akan menjadi pendamping pengantin wanita..." wanita berbadan tegap itu terus berbicara tapi aku mulai mengabaikannya. Rasa sakit yang tajam menyerang dadaku.Jika Rowena masih ada mungkin dia akan menjadi pendamping pengantin wanitaku.Aku tersentak dari pikiran depresiku ketika wanita itu meraih tanganku dan menyeret aku ke ruang depan formal yang kosong. Aku senang dengan kesunyian tetapi aku mendambakan kesendirian, buk

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 35: Pilihanku

    Beberapa saat kemudian aku membuka mataku yang mengantuk dan mendapati Rick menatapku dengan alis berkerut, seperti sedang memikirkan sesuatu. Di luar gelap, jadi aku pasti tidur cukup lama. Aku sambil mencoba-coba menggerakkan tubuhku dan punggungku terasa normal, hampir seolah-olah tidak ada yang terjadi. Aku berbalik untuk duduk di tempat tidur dan aku perhatikan kakiku juga sembuh.Aku memegang sprei di dadaku, kain tipis itu satu-satunya yang membuatku tetap tertutup saat ini. Rick hanya mengenakan celana, tubuh bagian atasnya yang indah dipajang untuk kulihat dengan sesukaku."Bagus seperti baru," kata Rick dengan suara serak."Sepertinya begitu," jawabku sedikit canggung di bawah tatapan intensnya."Kapan kamu akan memberitahuku bahwa kamu bisa terbang?" dia bertanya."Aku baru tahu bahwa aku bisa terbang pada malam semua orang sakit dan kemudian dengan semua yang terjadi jadinya..." Aku terdiam."Ada kejutan lain?" dia bertanya."Tidak ada setahuku," kataku."Ak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status