Home / Romansa / Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha / Bab 3: Rumah yang Nyaman

Share

Bab 3: Rumah yang Nyaman

Author: Jessica Nicole
last update Last Updated: 2025-05-31 15:06:32
"Apa yang kamu lakukan di sini, Victoria?" Alaric bertanya padanya. Dia menatapku dari atas ke bawah sejenak sebelum kembali berbalik ke arah Alaric dengan senyum palsunya. Victoria mulai membelai lengannya dan itu membuatku merasa risih.

Alaric berjalan melewatinya dan dia segera mengikutinya menuju serambi. Dia mencoba menutup pintu itu dengan kasar ke arahku dan hampir membuat kepalaku terbentur. Aku mengikuti mereka dari belakang sambil menggerutu dalam hati.

"Aku sedang menunggumu, sayang. Aku sangat khawatir ketika mengetahui kau pergi menemui para penyihir itu," ucapnya dengan nada yang memuakkan.

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Ini Raven. Dia akan bekerja untukku," jelas Alaric yang kemudian menoleh padaku, "Raven, ini Victoria."

Dia hanya menyebutkan namanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Itu membuatku menerka-nerka siapa wanita ini sebenarnya. Pacarnya, mungkin? Sungguh tidak cocok, dia tidak terlihat pantas untuk menjadi pacarnya.

Apa yang aku pikirkan, ucapku dalam hati, aku bahkan tidak mengenalnya. Wanita itu menatapku dengan penuh ketidak sukaan.

"Kau membawa penyihir ke sini?" tanya Victoria, Alaric terlihat tidak senang ada yang mempertanyakan tindakannya.

"Seperti yang kau lihat. Aku adalah seorang Alpha, dan aku berhak melakukan apapun yang kumau, "katanya dengan suara jengkel.

"Tentu saja," jawab Victoria dengan patuh.

"Ada yang harus aku diskusikan dengan Raven, Victoria," kata Alaric yang secara tidak langsung mengusirnya. Sekilas ia terlihat sakit hati atas ucapan Alaric tetapi dengan cepat disembunyikannya saat dia mengangguk padanya.

Salah satu anggota kawanan mengetuk pintu untuk menanyakan sesuatu kepada Alaric dan saat mereka sedang berbicara, Victoria menoleh ke arahku dengan ekspresi jijik yang tak tanggung-tanggung. Dia meraih lenganku dengan cengkeraman yang menyakitkan dan seketika itu juga amarahku memuncak atas perlakuannya. Aku bisa saja membuatnya menghilang dengan satu jentikan jari jika aku mau, tapi aku terus mengingatkan diriku sendiri bahwa aku sedang berada di situasi yang tidak tepat sekarang.

"Dia milikku, penyihir. Kau tidak akan lama di sini, jadi camkan itu. Dia tidur satu ranjang denganku dan akulah yang akan menjadi pasangannya. Jangan pernah sekalipun berpikir untuk menyentuhnya," dia memberitahuku dengan berapi-api.

"Dia sudah besar, Vicky, aku rasa dia bisa membuat pilihannya sendiri. Tapi kekhawatiranmu tetap akan kuingat kok," jawabku manis dengan nada nyinyir. Matanya melotot mendengar apa yang baru saja aku katakan lalu ia mendekatkan dirinya padaku.

"Jangan pernah memanggilku seperti itu lagi. Ini terakhir kalinya aku memperingatkanmu. Jadi awas saja, penyihir," dia berbicara dengan penuh amarah. Aku melepaskan lenganku dari genggamannya dan berdiri tegak di hadapannya.

"Aku yakin sang Alpha tidak peduli padamu," kataku. Dia terlihat seolah akan menerjangku saat Alaric mendatangi kami.

"Beri tahu aku jika kamu butuh bantuan untuk menangani penyihir ini, Sayang. Kamu bisa datang padaku kapan saja," ucap Victoria pada Alaric sambil mengusap pipinya. Alaric hanya menggelengkan kepalanya saat Victoria berjalan pergi, dia sendiri terlihat muak dengan kelakuannya.

"Sepertinya dia gadis yang manis," kataku sinis. Alaric menatapku bingung, dia tidak mengiyakan pernyataanku barusan.

"Ayo, aku akan memberimu sedikit tur singkat," jawabnya sambil menarik lenganku. Tangan kekarnya menggenggam erat tanganku dan menyelimutinya dengan kehangatan. Ada perasaan geli yang muncul saat dia menyentuhku namun aku berusaha keras untuk mengabaikannya. Dia menuntunku menuju arah sebelah kiri dari pintu masuk dimana terdapat ruang tamu yang begitu indah.

"Ini adalah ruang tamu utama, lalu lewat sini adalah ruang makan dan kemudian dapur," dia memberitahuku dengan cepat sembari menarik lenganku melewati setiap ruangan, nyaris tidak membiarkanku memperhatikan penjelasannya terlebih dahulu. Kemudian kami bergerak menuju dapur yang terlihat sangat mewah dengan dipenuhi lapisan baja anti karat dan marmer putih di sepanjang lorongnya.

"Ruang untuk menyimpan sepatu ada di sebelah kiri, lalu ada ruang kantor, kamar tamu dan kamar mandi. Setelah itu ada ruang pertemuan. Di sinilah pertemuan dewan dan pertemuan besar lainnya dilangsungkan," jelasnya. Aku melihat ke sekeliling ruangan besar itu yang diatur hampir seperti ballroom. Terdapat lampu gantung besar di atasnya dan lantai yang luas di tengah-tengahnya. Di ujung ruangan terdapat meja besar berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari kayu tua dengan beberapa kursi di sekelilingnya.

"Rumahmu terlihat begitu indah," kataku pelan. Aku tidak terbiasa dengan kemewahan seperti ini, membuatku merasa sedikit tidak nyaman.

"Terima kasih. Ini sudah dimiliki keluargaku selama beberapa generasi. Setiap Alpha baru merombak dan menambahkan sentuhan mereka sendiri, tetapi strukturnya sendiri tetap sama," jawabnya. Seketika ada keheningan singkat dimana kita terlihat seperti sedang saling membaca bahasa tubuh satu sama lain. Dia terlihat seperti seseorang yang siap menerkamku kapan saja, dan aku mungkin terlihat seperti seorang mangsa yang siap untuk berlari keluar tanpa pernah kembali. Tetapi aku yakin hal itu tak akan pernah kulakukan.

"Sekarang mari kutunjukkan kamarmu," katanya, memecah kesunyian. Dia menarikku menaiki tangga, langkahnya yang panjang membuatku sedikit kesulitan untuk mengikutinya. Dia membawaku melewati sebuah lorong menuju kamar tidur dan mengantarku masuk.

"Aku rasa ini sesuai dengan kebutuhanmu," katanya. Aku melihat sekeliling dan itu benar-benar indah. Tempat tidur dengan empat tiang besar yang berada tepat di tengah ruangan, dilengkapi selimut dan bantal yang tebal. Ada sudut baca kecil di dekat jendela yang didekorasi dengan warna pink pucat dan warna abu-abu yang kontras. Ini ruangan yang sangat feminin dan diam-diam aku menyukainya. Namun, aku tidak ingin memperlihatkan kegembiraanku padanya.

"Sesuai kebutuhan tidurku? Ya, aku rasa ini cocok," balasku. Dia perlahan berjalan ke arahku dan aku mundur sampai lututku menyentuh tempat tidur. Dia mendekat dan menarik nafasnya dalam-dalam. Orang ini benar-benar suka mengendusku, kurasa.

"Kau pandai bicara juga, Raven. Tapi aku rasa mulutmu itu tidak sepenuhnya kau manfaatkan" bisiknya dengan suara menggairahkan. Bibirnya begitu dekat sehingga hampir bersentuhan dengan bibirku, dan aku menghela napas pendek. Dia membungkuk dan membelai rambutku. Aku hanya diam mematung, terhipnotis oleh apa yang dilakukannya.

Aku merasa tak berdaya dan berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa aku tidak menikmati kejadian ini. Tapi jauh di lubuk hatiku aku sadar bahwa itu tidak benar. Ada sesuatu yang membuatku terpikat padanya, sesuatu yang tidak bisa kujelaskan. Aku gemetar karena ia dekat sekali dan sedikit menggeram. Aku ingin menggapai dan menyentuh wajahnya, membuka bibirku agar ia bisa menciumku.

Memang akulah yang penyihir, tetapi justru aku sendiri yang terpikat pengaruh mantera sihir sang Alpha.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 40: Persepsi yang Berubah

    Aku harus memuji diriku sendiri; menutup pintu di depan Rick adalah hal tersulit yang pernah aku lakukan. Tetapi jika aku tidak menahan diri tadi malam, kami akan melakukannya terlalu jauh dan aku akan menyesalinya. Ada sesuatu yang romantis dan bermakna tentang menunggu sampai kami menikah untuk menyempurnakan hubungan kami dan aku akhirnya merasa seperti takdirku adalah milik diriku sendiri.Matahari pagi bersinar terang melalui jendela saat aku berbaring di tempat tidur dan meregangkan tubuh, ingin bersenang-senang di waktu merenung yang tidak diganggu. Aku bangun dengan bahagia hari ini, meskipun kesedihan dan perasaan gentar bisa kurasakan di sekelilingku selama beberapa hari terakhir ini. Aku berharap aku bisa berada di sana untuk upacara terakhir Rowena, tetapi aku tidak ingin menyebabkan drama apa pun untuk Moira saat dia mengucapkan selamat tinggal.Aku masih tidak yakin apakah dia akan muncul besok berdasarkan percakapan terakhir kami dan aku tahu aku akan sangat terluka

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 39: Formalitas

    Sudut Pandang Alaric"Aku harap tidak terjadi seperti itu, Robert. Aku rasa kamu akan menyadari bahwa rencananya sudah berjalan, dan pertemuan ini hanyalah formalitas. Aku akan menikahi Raven dan memperkuat aliansi kita dengan para penyihir, apapun alasannya," aku memberitahunya.Sebuah pandangan marah langsung terlihat darinya dan gumaman yang terdengar dari kelompok itu memberi tahuku bahwa aku tidak bersikap diplomatis seperti yang aku harapkan."Tuan-tuan, aku belum pernah memimpin kelompok ini ke arah yang salah. Aku percaya ini akan berhasil untuk mencegah mereka dari tindakan agresi lebih lanjut. Seperti yang aku sebutkan sebelumnya, kami tidak tahu pasti berapa banyak serigala liar yang ada, dan kita bisa saja nanti membutuhkan para penyihir. Selain itu, jika kita tidak melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah dengan mereka, kita bisa saja diserang oleh kedua kelompok," kataku."Alasan sang Alpha masuk akal. Kita pasti bisa menahan serangan dari salah satu dari mer

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 38: Waktunya Habis

    Sudut Pandang AlaricHal itu adalah ide terburuk sekaligus terbaik yang pernah aku miliki. Sekarang, bahkan jika dewan melarang pernikahan kami, sudah terlambat bagi mereka untuk menolak Raven sebagai jodohku. Aku telah menandainya, tidak ada yang bisa mengubah keputusan itu sekarang.Memikirkan apa yang baru saja kulakukan membuat darah langsung mengalir ke selangkanganku. Aku tidak tahu bagaimana aku akan menjauhkan tanganku darinya sampai pernikahan. Hanya tinggal satu hari lagi, secara teknis, tetapi itu akan menjadi 24 jam terlama dalam hidupku.Dia akhirnya milikku. Tidak ada dan tidak seorang pun yang akan memisahkan kami.Sekarang aku harus mencari cara untuk menyampaikan berita ini kepada anggota dewan dengan lembut. Aku berjalan menuju ke kantorku untuk minum minuman keras dan mungkin sedikit melakukan pelepasan untuk menghilangkan tekanan ini. Saat aku melewati kerumunan orang yang menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan, aku ingat untuk memberi tahu Maryann tenta

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 37: Memberi Tanda

    Ini pasti bagian dari rumah yang tidak direnovasi Rick, pikirku, saat aku menuruni tangga berkelok-kelok yang dingin dan gelap. Aku tidak terlalu takut, tapi ini sedikit menyeramkan. Tangganya sangat panjang dan ketika aku pikir aku membuat keputusan yang sangat salah untuk datang ke sini, aku mendengar suara-suara. Aku berhenti dengan cepat sebelum berbelok di ujung tangga."Aku tidak akan pernah mengkhianatimu seperti itu, Rick! Aku tidak akan pernah mengkhianati kawananku. Semua yang pernah kulakukan adalah untuk menyelamatkanmu dari penyihir jahat itu!" Vicky merengek."Kamu tidak akan berbicara tentang dia seperti itu! Dia akan menjadi istriku, Vicky, dan itu adalah sesuatu yang harus kamu terima. Jika kamu tidak bisa, kamu harus meninggalkan kawanan untuk selamanya," jawab Rick tegas."Aku sudah mengatakannya sebelumnya dan aku akan mengatakannya lagi, kawanan tidak akan pernah menerimanya. Dia bukan serigala! Dia tidak layak untukmu! Kamu akan menyesali ini!" Vicky berteri

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 36: Berpakaian yang Terbaik

    Keesokan paginya aku mengetahui bahwa rencana pernikahan sudah sepenuhnya berlangsung. Tempat di sampingku sudah kosong ketika aku bangun, jadi aku segera mandi dan berganti pakaian untuk mencari calon suamiku. Carl menyambutku di pintu dan membawaku turun ke dalam kekacauan. Aku langsung dibombardir oleh seorang wanita pendek gemuk berusia pertengahan empat puluhan dengan rambut merah kecokelatan."Pengantinnya ada di sini! Sempurna, sekarang kita bisa mencocokkan gaun pengantinmu. Kita mungkin perlu melakukan perubahan dan tentu saja aku perlu tahu siapa yang akan menjadi pendamping pengantin wanita..." wanita berbadan tegap itu terus berbicara tapi aku mulai mengabaikannya. Rasa sakit yang tajam menyerang dadaku.Jika Rowena masih ada mungkin dia akan menjadi pendamping pengantin wanitaku.Aku tersentak dari pikiran depresiku ketika wanita itu meraih tanganku dan menyeret aku ke ruang depan formal yang kosong. Aku senang dengan kesunyian tetapi aku mendambakan kesendirian, buk

  • Pengaruh Mantera Sihir Sang Alpha   Bab 35: Pilihanku

    Beberapa saat kemudian aku membuka mataku yang mengantuk dan mendapati Rick menatapku dengan alis berkerut, seperti sedang memikirkan sesuatu. Di luar gelap, jadi aku pasti tidur cukup lama. Aku sambil mencoba-coba menggerakkan tubuhku dan punggungku terasa normal, hampir seolah-olah tidak ada yang terjadi. Aku berbalik untuk duduk di tempat tidur dan aku perhatikan kakiku juga sembuh.Aku memegang sprei di dadaku, kain tipis itu satu-satunya yang membuatku tetap tertutup saat ini. Rick hanya mengenakan celana, tubuh bagian atasnya yang indah dipajang untuk kulihat dengan sesukaku."Bagus seperti baru," kata Rick dengan suara serak."Sepertinya begitu," jawabku sedikit canggung di bawah tatapan intensnya."Kapan kamu akan memberitahuku bahwa kamu bisa terbang?" dia bertanya."Aku baru tahu bahwa aku bisa terbang pada malam semua orang sakit dan kemudian dengan semua yang terjadi jadinya..." Aku terdiam."Ada kejutan lain?" dia bertanya."Tidak ada setahuku," kataku."Ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status