Ethan terdiam sejenak melihat Selina yang pingsan begitu saja, karena dia syok. Pikiran buruk pun menghantui Ethan, dia takut jika nyatanya Selina sedang sakit dan memaksakan diri untuk datang kemari.
“Selina,” panggil Ethan sembari mengoyangkan tubuh wanita itu.
Tidak ada reaksi apapun dari tubuh Selina, membuat Ethan semakin panik saja. Tanpa memikirkan apapun lagi, Ethan langsung membopong tubuh Selina dan membawanya masuk ke dalam rumahnya. Mau bagaimanapun dia tetap harus bertanggung jawab atas Selina jika terjadi apa-apa dengan wanita itu, karena sekarang masih berada di lingkungan rumahnya.
“Daddy, kakak itu kenapa?” tanya Lukas kepadanya.
“Daddy tidak tahu, Lukas, lebih baik sekarang kamu bukakan pintu kamar tamu,” jawab Ethan dengan wajah datarnya, tidak menampakkan kecemasan apapun.
Sedangkan kini, Selina tampak sangat kesenangan karena dia berhasil pura-pura pingsan dan berakhir Ethan menggendongnya. Kapan lagi dia bisa mendapatkan kesempatan emas seperti sekarang ini bukan. Selina berusaha menetralkan wajahnya agar dia tidak ketahuan sedang berpura-pura pingsan.
Selina benar-benar merasa nyaman berada di dalam pelukan Ethan, karena pria itu memang menggendongnya ala bridal style. Aura maskulin begitu menyeruak dari dalam tubuh Ethan, memuatnya mabuk kepayang. Jika tahu cara ini akan berhasil, kenapa dirinya tidak melakukan cara ini sejak lama.
Selina merasa sebentar lagi Ethan akan merebahkan tubuhnya di atas kasur, karena dia barusan mendengar suara pintu dibuka. Selina tetap berusaha untuk diam, tapi sayangnya tiba-tiba saja hidung Selina terasa sangat gatal dan tidak bisa dia tahan lagi.
“Hasim!!” Selina bersin, tentu saja membuat kepura-puraannya langsung terbongkar di depan Ethan.
“Selina!” geram Ethan dengan penuh peringatan.
Selina hanya bisa memamerkan deretan gigi rantanya, seolah dia merasa tak bersalah di depan Ethan. Bahkan, Selina pasrah saja saat Ethan merebahkan tubuhnya di kasur dengan kasar.
“Untung kasurnya empuk, jadi gak sakit,” cletuk Selina yang membuat Ethan langsung naik darah.
“Apa-apan kamu! Tindakanmu benar-benar sangat keterlaluan, Selina!” Ethan tampak sangat marah, terlihat rahang pria itu mengetat kuat, otot-otot di tangannya pun ikut menonjol..
Selina hanya bisa terdiam sembari mengkedip-kedipkan matanya, dia bingung harus bersikap bagaimana setelah ini. Terlebih Ethan terlihat sangat marah dan jengkel kepadanya, aura permusuhan juga pria itu layangkan. Bahkan dua anak Ethan yang sangat nakal itu tampak ikut terdiam, seolah mereka tahu jika kemarahan Daddy mereka bisa meledak kapan saja.
“Pak Ethan, saya minta maaf,” ujar Selina lirih, dia merasa sangat bersalah dengan tindakan bodohnya tadi.
Selina pikir tindakannya tadi hanya akan menjadi bahan candaan semata, tapi nyatanya kini menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Selina melayangkan tatapan lirihnya ke arah pria yang 10 tahun lebih tua darinya itu, tapi yang dia dapatkan hanyalah aura kemarahan. Bahkan, Ethan langsung keluar dari kamar sembari membanting pintu, membuat Selina terlonjak kaget. Biasanya, semarah-marahnya Ethan kepadanya tidak sampai sebesar ini.
“Apa aku memang keterlaluan?” tanya Selina kepada dirinya sendiri.
Karena tidak mau membuat masalah ini semakin berlarut-larut, Selina turun dari ranjang dan berjalan perlahan keluar dari kamar ini. Dia berusaha mencari keberadaan Ethan dan hendak meminta maaf kembali kepada pria itu.
Hingga akhirnya dia menemukan Ethan dan kedua anaknya tengah duduk di sofa ruang tamu. Ethan tampak sedang melihat telinga kedua anaknya yang tadi dia jewer. Selina pun berjalan mendekat, dengan degup jantung yang tidak beraturan. Setiap langkah kakinya, terasa amat berat untuk dia lalui, Selina takut Ethan akan semakin marah kepadanya.
“Apa telinga kalian masih sakit?” tanya Ethan lembut kepada kedua anaknya.
“Hanya sedikit, Daddy,” jawab Lily kepadanya.
Ethan langsung meniup pelan telinga anak kembarnya itu, seolah sebagai obat mujarab agar segera sembuh. Perhatian yang Ethan layangkan tak luput dari pandangan Selina. Meskipun Ethan terkenal sebagai dosen killer di kampus, serta auranya yang selalu dingin, nyatanya pria itu sangat menyayangi kedua anaknya.
Kedatangan Selina pun tertangkap mata Ethan dan kedua anaknya, mereka bertiga tampak menatap Selina. Hal itu tentu saja membuat Selina merasa terintimidasi, dalam hati Selina mengerutu karena nyatanya ketiga orang itu memiliki sifat yang sama-sama menyebalkan.
“Sekali lagi maafkan saya, Pak,” ujar Selina sembari menundukan kepalanya.
Tidak ada jawaban apapun, suasana tiba-tiba saja menjadi sunyi senyap seolah tak ada kehidupan di dalamnya. Aura dingin yang Ethan layangkan sangat membuat Selina merasa tidak nyaman. Dia seolah merasa terusir dari rumah ini tanpa suara. Selina merasa kedatangannya kini menjadi pengganggu waktu Ethan dengan kedua anaknya.
“Kalau begitu saya pamit pulang dulu, Pak, besok pagi saya akan datang lagi kemari. Maaf atas kejadian hari ini.” Setelah mengatakan hal itu, Selina buru-buru berjalan ke arah pintu keluar, karena percumah saja hari ini dia kemari tapi kedatangannya tidak dianggap.
Selina merutuki kebodohannya sendiri, seharusnya dia tadi tidak pura-pura pingsan dan membuat masalah. Pasti dirinya sekarang sudah mulai bekerja sebagai pengasuh anak kembar Ethan. Tapi nasi sudah menjadi bubur yang artinya sudah terlanjur terjadi dan tidak akan bisa diulangi kembali.
“Tunggu, Selina.” Suara bariton seseorang menginterupsinya untuk berhenti, seketika sudut bibir Selina sedikit terangkat.
Dengan gerakan cepat, Selina langsung mengembalikan badannya dan menatap Ethan yang kini juga ikut menatap ke arahnya. Selina berharap Ethan akan memaafkan dirinya saat ini juga dan mereka berbaikan.
“Ikuti saya.” Ethan bangkit dari duduknya, berjalan lebih dulu darinya.
Selina merasa kebingungan, entah hendak kemana Ethan akan membawanya. Selina tetap mengikuti Ethan berjalan hingga akhirnya mereka tiba kembali ke kamar tamu. Selina tetap diam, walaupun dia benar-benar bingung dengan tindakan Ethan. Pria itu tampak berjalan ke arah lemari pakaian dan mengeluarkan sebuah pakaian wanita.
“Gantilah bajumu dengan ini.” Ethan mengulurkan baju wanita itu kepadanya.
Selina menyadari jika bajunya kini memang basah kuyup karena kenakalan dari anak kembar Ethan. Mendapatkan sedikit perhatian dari Ethan membuat pipi Selina merona, dia tidak menyangka Ethan memperhatikan penampilannya. Padahal tadi dia saja sampai tidak menyadari jika bajunya basah saat Ethan marah besar kepadanya.
Ethan melihat jari-jari tangan Selina tampak mengkerut karena kedinginan, tapi dia lebih memilih bungkam. Setidaknya wanita berusia 22 tahun itu tidak pulang dengan keadaan basah kuyup bukan. Untung saja ada beberapa baju mantan pengasuh Lily dan Lukas yang tertinggal di rumah ini, jadi dia bisa memberikannya untuk Selina.
“Setelah selesai, temui saya di ruang tamu, ada beberapa hal yang harus kita bicarakan terkait sayembara ini,” ujar Ethan dengan wajah datarnya.
Selina hanya menjawabnya dengan anggukan semata, dia membiarkan Ethan keluar dari kamar ini agar dia bisa segera berganti baju. Setelah Ethan benar-benar keluar, Selina langsung menutup pintu kamar itu dan mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.
[Sesuai dugaan, rumahnya sangat besar dan mewah] Selina mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang di seberang sana.
Ethan membiarkan Selina berganti baju lebih dulu, dia hendak berjalan menjauh dari kamar itu. Tapi tiba-tiba saja Ethan mendengar teriakan melengking dari dalam kamar tamu.
“AAAA!” teriak Selina kencang, membuat Ethan buru-buru mendekat ke arah sumber suara, entah apa yang tengah terjadi dengan wanita itu.
Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k
Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban
Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem
Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub
Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole
Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya