Share

Bab 6

Hafsa mengikuti Nyonya Sinta keruangannya, mungkin itu ruangan kerjanya karena terdapat banyak buku serta aksesoris pemanis ruangan juga bunga yang bermacam-macam warna karena nyonya Sinta menyukai semua jenis bunga tak heran waktu Hafsa memasuki rumah mewah ini terdapat banyak sekali bunga disekitar halamannya.

"Silahkan duduk!" sang nyonya memberi perintah pada Hafsa.

Hafsa menunduk lalu duduk, diruangan itu hanya ada mereka berdua.

"Ini tugas-tugas yang harus kau kerjakan dari kau bangun tidur hingga tertidur." nyonya Sinta menyerahkan buku agenda keseharian milik tuan muda Elang.

Hafsa menerimanya dan membukanya, Hafsa sedikit menelan salivanya ketika baru membaca isi agenda itu yang tidak terlalu tebal namun isinya membuat kepala pening.

"Kau mulai bekerja besok, hari ini pelajarilah tugas-tugas itu dengan baik. Kalau ada apa-apa yang ingin kau tanyakan? kau bisa tanyakan pada Rey atau kepala pelayan karena aku akan pergi keluar kota dalam jangka waktu yang lama. Kau mengerti?" ucap nyonya Sinta panjang lebar dan Hafsa mengangguk mengerti.

"Ada yang ingin kau tanyakan." tanyanya dengan wajah selembut mungkin dan selalu tersenyum.

"Tidak ada nyonya." jawab Hafsa sungkan.

"Baiklah, kau boleh keluar."

"Terimakasih!".

Hafsa keluar dari ruangan itu dengan membawa buku tugas itu dan menghela nafas lega, meskipun nyonya Sinta terlihat lembut dan ramah tapi tetap saja auranya begitu mengintimidasi.

*****

"Hey, kau merayu tuan muda kan supaya kau terpilih." Nina mencerca Hafsa saat mereka selesai makan malam dan menghadangnya sebelum masuk kamar.

"Aku, merayu tuan muda dari mana kau melihat aku merayu tuan muda, bukannya kita sama-sama baru bertemu tadi pagi." jawab Hafsa santai.

"Heh alasan aku tau kau sudah merayunya sehingga tuan muda mau memilihmu." ujar Nina ketus.

"Terserah kau saja ingin bicara apa?".

"Hafsa, sepertinya dia iri denganmu karena dia tidak terpilih makanya dia memfitnahmu." kata Melati yang kesal karena Nina menuduh temannya.

"Sudah tidak apa-apa biarkan saja!" balas Hafsa pelan.

"Eh siapa yang iri? untuk apa juga aku iri lihat saja kau pasti akan langsung tersingkir dalam menghadapi tuan muda. Asal kau tau yah tuan muda itu sangat kejam dan tidak berperasaan sudah banyak pengasuh dan pelayan yang dipecatnya dan itu pasti termasuk dirimu." oceh Nina membuat Melati menatap kesal sedangkan Hafsa berusaha tenang.

Setelah berkata seperti itu dia melenggang pergi dengan sengaja menabrakkan bahunya kepada Hafsa dan Melati membuat mereka mundur mendadak.

"Eh... sontoloyo punya masalah apa kamu?" ucap Melati kesal karena Nina sengaja menabraknya.

"Sudah, lain kali kita balas nanti. Biarkan saja sekarang." kata Hafsa juga kesal namun masih menahan emosinya.

*****

Pagi hari telah tiba semua pelayan dirumah Rahardian sudah beraktifitas masing-masing.

Mereka bangun pagi sekali.

Begitu juga dengan ketiga pelayan baru sudah bangun dan memulai pekerjaan baru mereka.

Hafsa dengan sikap tenang memasuki kamar tuan muda dengan hati-hati.

Dia melihat kamar yang remang-remang membuatnya merinding karena kamar itu bernuansa gelap ditambah Elang yang selalu mematikan lampu disaat tidur dan hanya menyisakkan lampu tidur didekat nakas saja.

Hafsa berjalan secara perlahan melihat seorang pria yang sedang tidur berbaring, sungguh pemandangan yang sangat indah dipagi hari yang Hafsa dapat karena bisa memandangi wajah tampan rupawan milik tuan muda Elang.

'wah tampan sekali meskipun sedang tertidur juga, tapi sayang sekali ternyata dia sedang sakit. Aku akan merawatnya sampai dia sembuh. Kau tenang saja tuan.'

ucap Hafsa dalam hatinya.

"Apa begini tugasmu? hanya memandangiku." reflek Hafsa terperanjat mendengar suara dari orang yang masih berbaring.

Elang membuka matanya menampakkan mata yang indah berwarna coklat gelap, Elang menatap Hafsa dengan tajam namun Hafsa bingung tatapan matanya mengarah padanya namun bola matanya menatap lurus.

"Maafkan saya tuan muda, saya tidak sengaja membangunkan tuan. Kalau begitu saya permisi." Hafsa gugup hanya kata maaf yang bisa dia ucapkan.

"Tunggu.." Hafsa berhenti dengan degup jantung yang berdebar.

"Mau kemana kau? apa setelah ketauan memandangiku kau mau pergi begitu saja." kata Elang mulai bangun dari tidurnya.

Ternyata dia tidak memakai atasan kebiasaan Elang jika tidur tidak mau memakai baju atasan hanya celana pendek boxer yang dia kenakan.

Tentu saja hal itu bisa dipandangi oleh Hafsa yang pipinya memerah mendapati bentuk tubuh Elang yang bagus dan berotot sampai Hafsa memalingkan wajahnya karena malu.

"Aku... aku hanya ingin mengerjakan tugas ku yang lain tuan, aku berfikir bahwa tuan masih mau berlama-lama di kasur." jawaban Hafsa yang menurut Elang konyol itu membuatnya berdecak.

"Kau pikir aku seorang pemalas, setelah bangun harus tidur lagi." ucapnya datar dan dingin.

"Aku bukan seorang pemalas." tambahnya tegas.

"A-ku tidak bicara begitu tuan."

"Sudah, aku tidak mau mendengar alasanmu. Cepat antarkan aku kekamar mandi."

Hafsa cepat meraih kursi roda untuk mengantarkan tuan Elang kekamar mandi dia juga membantu Elang untuk duduk dikursi rodanya.

Gadis itu dengan sekuat tenaga membantu Elang yang bertubuh besar dan berat untuk duduk dikursi roda, dengan keringat yang membasahinya dia berhasil mendudukkan Elang dikursi rodanya.

Karena jarak mereka dekat Hafsa bisa melihat wajah Elang dari dekat meskipun belum mandi tapi wajahnya tetap tampan dan badannya tetap wangi, tapi ada yang aneh Elang sama sekali tidak menyadarinya sampai Hafsa melambaikan tangan didepan matanya tapi tidak berubah tapi Elang bisa merasakannya.

"Aku buta dan lumpuh." jawab Elang merasakan gerakan Hafsa.

Hafsa terdiam dia baru berfikir pantas saja pandangannya selalu lurus kedepan dan tidak berkedip.

"Maaf tuan saya tidak tau!" Hafsa merasa tidak enak karena tidak mengetahui penyakit tuan muda.

"Sudah cepat antarkan aku kekamar mandi." perintah nya kemudian.

"Baik tuan."

Lalu Hafsa mengantarkan Elang kekamar mandi yang terletak dipojok ruangan setelah masuk Hafsa tertegun mendapati kamar mandi yang super mewah dan luas lebih luas dari kamarnya ditempat tinggalnya bersama ayah, ibu dan saudari tirinya.

"Kenapa malah berhenti? cepat siapkan air."

kata Elang.

"Baik tuan."

Segera Hafsa menyiapkan air hangat didalam bath up dengan sabun aroma terapi lavender yang sangat harum seperti petunjuk dalam tugasnya.

Saking harumnya Hafsa sampai ingin berendam didalamnya tapi dia teringat tuan mudanya segera dia menghampiri.

"Tuan muda airnya sudah siap, silahkan!"

"Bantu aku."

Hafsa kemudian mengangkat kembali dengan susah payah.

"Sudah tinggalkan aku, aku bisa sendiri. Akan aku panggil setelah selesai kau siapkan saja pakaianku."

"Baik tuan!".

Kemudian Hafsa keluar dari kamar mandi dia sudah berfikir bahwa dirinya apakah akan disuruh memandikannya, untung saja tidak sudah berdua dengan tuan muda dengan jarak yang begitu dekat saja dia sudah menahan nafas karena otot tubuhnya yang begitu atletis.

Setelah menanggalkan pakaiannya Elang berendam didalam air hangat itu, sungguh menenangkan dan membuatnya nyaman serta rileks. Dan mungkin dia akan lama memanggil pengasuhnya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status