Hafsa mengikuti Nyonya Sinta keruangannya, mungkin itu ruangan kerjanya karena terdapat banyak buku serta aksesoris pemanis ruangan juga bunga yang bermacam-macam warna karena nyonya Sinta menyukai semua jenis bunga tak heran waktu Hafsa memasuki rumah mewah ini terdapat banyak sekali bunga disekitar halamannya.
"Silahkan duduk!" sang nyonya memberi perintah pada Hafsa.Hafsa menunduk lalu duduk, diruangan itu hanya ada mereka berdua."Ini tugas-tugas yang harus kau kerjakan dari kau bangun tidur hingga tertidur." nyonya Sinta menyerahkan buku agenda keseharian milik tuan muda Elang.Hafsa menerimanya dan membukanya, Hafsa sedikit menelan salivanya ketika baru membaca isi agenda itu yang tidak terlalu tebal namun isinya membuat kepala pening."Kau mulai bekerja besok, hari ini pelajarilah tugas-tugas itu dengan baik. Kalau ada apa-apa yang ingin kau tanyakan? kau bisa tanyakan pada Rey atau kepala pelayan karena aku akan pergi keluar kota dalam jangka waktu yang lama. Kau mengerti?" ucap nyonya Sinta panjang lebar dan Hafsa mengangguk mengerti."Ada yang ingin kau tanyakan." tanyanya dengan wajah selembut mungkin dan selalu tersenyum."Tidak ada nyonya." jawab Hafsa sungkan."Baiklah, kau boleh keluar.""Terimakasih!".Hafsa keluar dari ruangan itu dengan membawa buku tugas itu dan menghela nafas lega, meskipun nyonya Sinta terlihat lembut dan ramah tapi tetap saja auranya begitu mengintimidasi.*****"Hey, kau merayu tuan muda kan supaya kau terpilih." Nina mencerca Hafsa saat mereka selesai makan malam dan menghadangnya sebelum masuk kamar."Aku, merayu tuan muda dari mana kau melihat aku merayu tuan muda, bukannya kita sama-sama baru bertemu tadi pagi." jawab Hafsa santai."Heh alasan aku tau kau sudah merayunya sehingga tuan muda mau memilihmu." ujar Nina ketus."Terserah kau saja ingin bicara apa?"."Hafsa, sepertinya dia iri denganmu karena dia tidak terpilih makanya dia memfitnahmu." kata Melati yang kesal karena Nina menuduh temannya."Sudah tidak apa-apa biarkan saja!" balas Hafsa pelan."Eh siapa yang iri? untuk apa juga aku iri lihat saja kau pasti akan langsung tersingkir dalam menghadapi tuan muda. Asal kau tau yah tuan muda itu sangat kejam dan tidak berperasaan sudah banyak pengasuh dan pelayan yang dipecatnya dan itu pasti termasuk dirimu." oceh Nina membuat Melati menatap kesal sedangkan Hafsa berusaha tenang.Setelah berkata seperti itu dia melenggang pergi dengan sengaja menabrakkan bahunya kepada Hafsa dan Melati membuat mereka mundur mendadak."Eh... sontoloyo punya masalah apa kamu?" ucap Melati kesal karena Nina sengaja menabraknya."Sudah, lain kali kita balas nanti. Biarkan saja sekarang." kata Hafsa juga kesal namun masih menahan emosinya.*****Pagi hari telah tiba semua pelayan dirumah Rahardian sudah beraktifitas masing-masing.Mereka bangun pagi sekali.Begitu juga dengan ketiga pelayan baru sudah bangun dan memulai pekerjaan baru mereka.Hafsa dengan sikap tenang memasuki kamar tuan muda dengan hati-hati.Dia melihat kamar yang remang-remang membuatnya merinding karena kamar itu bernuansa gelap ditambah Elang yang selalu mematikan lampu disaat tidur dan hanya menyisakkan lampu tidur didekat nakas saja.Hafsa berjalan secara perlahan melihat seorang pria yang sedang tidur berbaring, sungguh pemandangan yang sangat indah dipagi hari yang Hafsa dapat karena bisa memandangi wajah tampan rupawan milik tuan muda Elang.'wah tampan sekali meskipun sedang tertidur juga, tapi sayang sekali ternyata dia sedang sakit. Aku akan merawatnya sampai dia sembuh. Kau tenang saja tuan.'ucap Hafsa dalam hatinya."Apa begini tugasmu? hanya memandangiku." reflek Hafsa terperanjat mendengar suara dari orang yang masih berbaring.Elang membuka matanya menampakkan mata yang indah berwarna coklat gelap, Elang menatap Hafsa dengan tajam namun Hafsa bingung tatapan matanya mengarah padanya namun bola matanya menatap lurus."Maafkan saya tuan muda, saya tidak sengaja membangunkan tuan. Kalau begitu saya permisi." Hafsa gugup hanya kata maaf yang bisa dia ucapkan."Tunggu.." Hafsa berhenti dengan degup jantung yang berdebar."Mau kemana kau? apa setelah ketauan memandangiku kau mau pergi begitu saja." kata Elang mulai bangun dari tidurnya.Ternyata dia tidak memakai atasan kebiasaan Elang jika tidur tidak mau memakai baju atasan hanya celana pendek boxer yang dia kenakan.Tentu saja hal itu bisa dipandangi oleh Hafsa yang pipinya memerah mendapati bentuk tubuh Elang yang bagus dan berotot sampai Hafsa memalingkan wajahnya karena malu."Aku... aku hanya ingin mengerjakan tugas ku yang lain tuan, aku berfikir bahwa tuan masih mau berlama-lama di kasur." jawaban Hafsa yang menurut Elang konyol itu membuatnya berdecak."Kau pikir aku seorang pemalas, setelah bangun harus tidur lagi." ucapnya datar dan dingin."Aku bukan seorang pemalas." tambahnya tegas."A-ku tidak bicara begitu tuan.""Sudah, aku tidak mau mendengar alasanmu. Cepat antarkan aku kekamar mandi."Hafsa cepat meraih kursi roda untuk mengantarkan tuan Elang kekamar mandi dia juga membantu Elang untuk duduk dikursi rodanya.Gadis itu dengan sekuat tenaga membantu Elang yang bertubuh besar dan berat untuk duduk dikursi roda, dengan keringat yang membasahinya dia berhasil mendudukkan Elang dikursi rodanya.Karena jarak mereka dekat Hafsa bisa melihat wajah Elang dari dekat meskipun belum mandi tapi wajahnya tetap tampan dan badannya tetap wangi, tapi ada yang aneh Elang sama sekali tidak menyadarinya sampai Hafsa melambaikan tangan didepan matanya tapi tidak berubah tapi Elang bisa merasakannya."Aku buta dan lumpuh." jawab Elang merasakan gerakan Hafsa.Hafsa terdiam dia baru berfikir pantas saja pandangannya selalu lurus kedepan dan tidak berkedip."Maaf tuan saya tidak tau!" Hafsa merasa tidak enak karena tidak mengetahui penyakit tuan muda."Sudah cepat antarkan aku kekamar mandi." perintah nya kemudian."Baik tuan."Lalu Hafsa mengantarkan Elang kekamar mandi yang terletak dipojok ruangan setelah masuk Hafsa tertegun mendapati kamar mandi yang super mewah dan luas lebih luas dari kamarnya ditempat tinggalnya bersama ayah, ibu dan saudari tirinya."Kenapa malah berhenti? cepat siapkan air."kata Elang."Baik tuan."Segera Hafsa menyiapkan air hangat didalam bath up dengan sabun aroma terapi lavender yang sangat harum seperti petunjuk dalam tugasnya.Saking harumnya Hafsa sampai ingin berendam didalamnya tapi dia teringat tuan mudanya segera dia menghampiri."Tuan muda airnya sudah siap, silahkan!""Bantu aku."Hafsa kemudian mengangkat kembali dengan susah payah."Sudah tinggalkan aku, aku bisa sendiri. Akan aku panggil setelah selesai kau siapkan saja pakaianku.""Baik tuan!".Kemudian Hafsa keluar dari kamar mandi dia sudah berfikir bahwa dirinya apakah akan disuruh memandikannya, untung saja tidak sudah berdua dengan tuan muda dengan jarak yang begitu dekat saja dia sudah menahan nafas karena otot tubuhnya yang begitu atletis.Setelah menanggalkan pakaiannya Elang berendam didalam air hangat itu, sungguh menenangkan dan membuatnya nyaman serta rileks. Dan mungkin dia akan lama memanggil pengasuhnya itu.Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya