Share

Bab 5

Hafsa dan Melati gemetaran saat melihat pria yang duduk dikursi roda menatap mereka dengan tajam.

Ya mereka sadar telah melakukan kesalahan karena terlambat datang mereka hanya bisa berdoa dalam hati masing-masing semoga mereka tidak dipecat.

Sedangkan Nina tersenyum kecut melihat mereka, dia berada diatas angin karena lebih unggul dari mereka diapun sangat berharap akan kebagian tugas untuk mengasuh tuan muda tampan itu.

"Kalian berdua terlambat 3 menit!" ucap Elang si tuan muda dengan nada yang dingin membuat Hafsa dan Melati merasakan aura yang begitu kuat darinya.

Hafsa dan Melati terdiam menundukkan kepala tidak berani menjawab dan Nina semakin tersenyum kemenangan dalam hatinya.

"Mohon kalian jawab semua ucapan tuan muda, jangan membuat tuan muda mengulangi kata-kata nya." ucap Rey memberitahu.

Dengan berani Hafsa menaikkan kepalanya menatap mereka yang berada didepan.

"Aku yang salah tuan muda, aku yang terlambat karena tadi ketiduran dan tolong jangan bawa-bawa temanku dia hanya menungguku saja, kalau tuan ingin memecat pecat aku saja." kata Hafsa mengakui kesalahannya.

Melati membulatkan matanya tidak menyangka bahwa Hafsa akan melindunginya.

Elang tersenyum smirk, "Apa kau mengenal temanmu yang sekarang ini?, kenapa kau membelanya, kau bisa saja menyalahkannya dan mengambil keuntungan kan." pancing Elang matanya memang tepat memandang kearah Hafsa sehingga Hafsa berfikir bahwa tuan mudanya tidak buta padahal sebenarnya dia buta. Hafsa hanya tau bahwa tuan muda itu tidak bisa berjalan karena memakai kursi roda.

"Aku tidak mau melakukan itu tuan muda, karena selain berbuat dosa tidak akan ada manfaatnya bagiku karena itu memang kesalahanku." jawab Hafsa sopan dan tenang.

Nyonya Sinta dan Rey saling lirik tersenyum mendengar jawaban Hafsa.

"Jadi kalau ini bukan kesalahan mu kau akan melakukan sebaliknya." pancingnya lagi.

"Tergantung situasi tuan, terkadang seorang manusia harus rela mengorbankan dirinya untuk seseorang yang dia sayangi meskipun orang itu telah melakukan kesalahan dan prinsipku aku lebih baik berbuat baik kepada siapapun walaupun orang berbuat jahat kepadaku asal tidak melewati batas." jawab Hafsa lugas membuat Melati terharu tapi tidak dengan Nina dia malah seperti ingin muntah mendengarnya dan malah berfikir Hafsa hanya mencari muka.

"Mendekatlah!" perintah Elang pada Hafsa.

"Hah mendekat kemana?" tanya Hafsa.

"Mendekat padaku.!" kata Elang lagi.

Tentu saja itu membuat mereka semua bingung terlebih nyonya Sinta dan Rey karena Elang selama ini tidak pernah menyuruh seorang wanita pun untuk mendekat padanya dan berbicara panjang lebar seperti itu karena biasanya tanpa basa basi akan langsung dipecat.

Tapi walaupun begitu nyonya Sinta merasa senang karena Elang memiliki respon terhadap wanita dia juga senang melihat Hafsa entah karena cara bicaranya atau karena sikapnya atau penampilannya.

Hafsa mendekat secara perlahan sampai berjarak dua meter dari Elang.

Elang berkata lagi, "Maju lagi."

Dengan ragu Hafsa mendekat lagi lalu tiba-tiba Elang menarik tangannya dan menjatuhkannya ke pangkuannya serta memeluknya.

Sontak saja itu membuat semuanya terkejut bukan main apalagi Hafsa dia tidak menyangka bahwa si tuan muda akan melakukan hal seperti ini didepan orang banyak membuat Hafsa malu sendiri.

"Tuan lepaskan, apa yang tuan lakukan?" Hafsa memberontak melepaskan tangan Elang tapi susah sekali karena Elang memeluknya erat.

Nyonya Sinta hanya diam saja melihatnya dia malah tersenyum.

"Tuan lepaskan...!" Hafsa masih memberontak tapi Elang masih diam saja dan itu membuat Nina merasa cemburu.

Tiba-tiba Elang melepaskan tangannya dari pelukan itu dan tersenyum samar. Hafsa segera menjauh dan kembali kepada Melati, dia gemetaran dan ketakutan juga menyangkan akan diapa-apakan oleh tuan muda.

"Ibu, aku sudah memilih siapa pelayan yang mengasuhku selebihnya terserah ibu." ucap Elang datar kemudian menyuruh pelayan lain untuk membawanya menuju kamarnya karena acara pemilihan bagi Elang selesai.

Nyonya Hafsa dan Rey menganggukkan kepala.

Hafsa, Melati dan Nina tentu saja bingung tuan muda sudah memilih siapa yang dipilihnya.

"Terimakasih untuk kalian, karena masih bertahan sampai sekarang ini, aku membawa anakku satu-satunya kesini dengan tujuan agar dia memilih sendiri pelayan untuk mengasuhnya." nyonya Sinta berkata dengan anggunnya terlihat citra wanita terbaik yang melekat didalam dirinya tentu saja membuat Hafsa dan Melati terpesona hanya dengan mendengar suaranya saja karena nyonya pun baru mengeluarkan suaranya didepan mereka sekarang.

"Dan sekarang dia sudah mendapatkannya, kau siapa namamu?" tunjuk nyonya Sinta pada Hafsa.

"Aku... eh namaku Hafsa Aulia.". jawab Hafsa gugup.

"Kau lah yang dipilih oleh tuan muda!" ucap nyonya Sinta lugas membuat Hafsa kaget serta Nina menahan emosi. Sedangkan Melati tersenyum senang.

Lalu nyonya Sinta melihatnya, "Ada apa? siapa namamu?" tanyanya pada Nina yang terlihat gelisah.

"Nyonya maaf, saya tidak mengerti kenapa tuan dan nyonya memilih pelayan yang tidak disiplin seperti dia? dia juga sudah melakukan kesalahan dan berani memberontak pada tuan muda." Jawab Nina, ada nada tidak suka dalam pembicaraannya yang terlihat jelas oleh nyonya Sinta.

"Ya dia memang tidak disiplin, tapi setidaknya dia jujur, amanah dan tulus tidak mencari muka atau perhatian seseorang " jawab nyonya Sinta tersenyum membuat Nina tak bisa menjawabnya.

"Dan kau mendapat tugas membersihkan semua keperluan diluar pribadi tuan, serta kau menjadi koki untuk anakku." tunjuk Nyonya Sinta pada Nina dan Melati.

Melati bersyukur mendapat tugas koki karena itu memang termasuk hobinya jadi dia merasa senang sekali.

Nina meraasa tidak terima dia malah mendapatkan yang paling buruk, niat hati melamar untuk mendapatkan posisi mengasuh tuan muda malah diambil oleh orang lain.

Padahal Nina bisa saja bekerja ditempat lain karena dia termasuk orang berada niatnya melamar pekerjaan itu hanya untuk mendekati tuan muda dan juga hartanya yang melimpah.

'Kurang ajar kenapa malah gadis kampungan itu yang mendapat bagianku, awas saja aku akan membuatmu keluar dari sini.' ucapnya dalam hati dengan dipenuhi emosi.

Sedangkan Hafsa diam saja tidak tau harus menjawab apa dia juga bingung kenapa tuan muda malah memilihnya yang jelas dia melakukan perlawanan.

"Baiklah saya rasa sudah cukup untuk hari ini, silahkan kalian kembali keruangan kalian untuk mendapatkan tugas apa saja yang harus kalian kerjakan dan besok kalian sudah mulai bekerja." ucap nyonya, mereka bertiga mengangguk hormat kemudian berbalik.

"Tunggu... kecuali kau Hafsa" ujar Nyonya Sinta menghentikan langkah Hafsa.

Hafsa berbalik, "Saya nyonya."

"Kau ikut denganku karena agendamu ada padaku!" kata nyonya lagi kemudian berjalan mendahului semuanya.

"Kalian semua boleh bubar!" titahnya lagi pada semua orang.

"Baik nyonya!" mereka pun bubar termasuk Rey.

Hafsa kemudian mengikuti nyonya Sinta menuju ruangannya dengan sikap tak menentu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ALFAJAYA
Bagus. . .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status