Eryk mengendap-ngendap di sepanjang puncak tembok sambil terus mengikuti langkah pria bersetelan rapi di bawah sana.“Ini menggelikan,” ujar sang burung gagak. “Kau akan menempatkan kita semua dalam masalah lagi, seperti sebelum-sebelumnya.”Sedangkan White masih membisu, meski kepakan sayapnya terus mengikuti langkah Eryk dalam diam.Eryk mengabaikan gerutuhan sang gagak hitam. Mereka sudah mencapai ujung tembok dan lelaki bersetelan rapih itu berbelok ke kanan ke arah gerbang penjara. Untuk sesaat, Eryk panik. Dia tak bisa terus mengikuti pria itu tanpa terlihat. Tapi kemudian dia teringat sesuatu.Eryk melompat turun dari tembok dan berlari melintasi jalan yang gelap dan sepi. Pada saat itulah, White mulai penasaran dan ingin tahu apa rencana Eryk selanjutnya. Burung hantu itu mengepakkan sayap lebih kuat dan menyusul Eryk.“Apa yang akan kau lakukan?” tanya White ketika terbang di atas kepala Eryk.“Akhirnya kau penasaran juga? Kupikir kau benar-benar tidak akan mau berbicara lagi
Perhatian Eryk kembali teralihkan pada gang gelap di bawah sana. Lelaki yang baru muncul dari dalam lubang inspeksi saluran air bawah tanah kini mendongak. Seketika rasa ngeri menyangkut di tenggorokan Eryk.“Ada yang salah dengan mulut orang itu,” ujar Eryk pada White dan juga si gagak yang bertengger di langkan. “Perhatikan mulutnya. Jika saja brewok di wajahnya dibersihkan, pasti akan terlihat jelas kalau mulutnya terlalu lebar. Seakan-akan pipinya terbelah dalam cengiran yang mengerikan.”Tatapan Eryk sangat tajam. Meskipun gang itu dalam keadaan remang-remang, dia bisa melihat semuanya dengan sangat jelas. Eryk sendiri baru menyadari ketajaman penglihatannya pada jarak jauh di malam hari seiring dengan kemampuannya mengerti bahasa burung.“Ya, dia lebih menyerupai Joker dalam versi brewok!” Sang gagak berusaha melucu, tapi suaranya terdengar sangat serak dan berisik.Sedetak jantung kemudian, Eryk tersadar bahwa itu adalah tato. Apa yang diguraukan oleh sang gagak tidak sepenuhny
Perut Eryk terasa seperti diaduk-aduk karena melihat pemandangan yang menakutkan itu. Rasa traumanya masih tersisa. Meski kini dia sudah memiliki kekuatan untuk mengendalikan roh summon, tapi turun langsung ke sana dan bersikap seolah-olah dia sebagai pahlawan adalah hal yang selalu Eryk hindari.Eryk masih terpaku dari tempatnya berada di atap. Turun ke bawah terasa jauh sekali. Dia pikir bisa sampai di bawah sana dengan beberapa lompatan, tapi setelah itu apa? Dia menelan ludah dan melangkahkan kaki melewati langkan.“Itu bukan urusanku!” gumam Eryk.“Ya, itu memang bukan urusanmu, Wayland. Sudah kukatakan sejak awal, sebaiknya kita pergi dari sini. Kau malah terus mengikuti pria itu. Apa sebenarnya yang ingin kau ketahui?” protes White.Ketika pertanyaan White meluncur masuk ke dalam kesadaran Eryk, pemuda itu kembali memfokuskan pikiran.“Kau benar, White. Tujuanku mengikuti Kepala Penjara Jarvis tidak lain hanya karena rasa penasaran. Dan entah ini suatu kebetulan atau bukan, aku
Eryk melirik sedikit ke arah pria yang berhasil mencengkeram pergelangan kakinya. Pria itu mengenakan seragam polisi. Rekannya yang lain yang berlari di belakangnya menyorotkan senter ke arah Eryk.Eryk menendangkan sebelah kakinya pada tangan sang polisi sampai cengkeramannya terlepas. Lalu, dia melompat ke jalinan besi yang membatasinya dengan halaman belakang bekas pabrik kaleng.Eryk melentingkan kaki melewati puncak pagar. Dia mendarat di sisi lain. Ketika menengok ke belakang, Eryk melihat selusin petugas polisi mendekatinya bersama tiga atau empat anjing. Alland dan ayahnya juga ada di sana.Eryk meluncur menuruni undakan tanah tepat di depan pagar dan menghilang dari pandangan.“Tunggu!” teriak Kepala Penjara.“Enak saja!” pikir Eryk.Pemuda itu berlari dan tidak berhenti. Dia mengambil jalan memutar dan kembali ke arah taman lagi. Eryk sengaja memilih jalur terjauh untuk mengecoh mereka dan agar tidak mengikutinya.Eryk mengintip ke masing-masing ujung jalan. Dia harus memast
Mungkin bocah laki-laki itu tak menyadari. Tapi, tangan Eryk gemetar memegangi belatinya.Di sisi lain, White terus mendesak Eryk untuk menyingkirkan bocah itu. Tak peduli cara apa pun yang harus Eryk tempuh. White tidak suka jika sampai tempat persembunyian mereka terbongkar hanya karena ulah bocor laki-laki iseng berusia tujuh tahun.“Tidak!” jawab Eryk atas pertanyaan dan permintaan Alland untuk singgah di sarangnya. “Tinggalkan aku sendiri!”Wajah Alland tampak kecewa.“Baiklah... baiklah...,” katanya. “Santai saja. Aku tak akan memaksa. Beri aku waktu sebentar untuk beristirahat. Oke? Setelah itu aku akan pergi.”Eryk terus memperhatikan bocah itu dengan curiga.Alland tiba-tiba melepas ransel di punggungnya dan mulai membuka resleting. Gerakan tangan Alland membuat Eryk waspada. Secara refleks, dia kembali mengacungkan belatinya ke arah Alland.“Hei, jangan seperti itu!” Alland kaget. “Aku akan segera pergi. Kau tak perlu mengancamku. Kau bisa melukaiku dengan itu!”Alland pun m
“Hei, ini aku!”Eryk sedikit kaget dan hampir saja melompat turun dari sarang. Ketika burung-burung merpati terbang berhamburan, Eryk mengira ada manusia yang datang ke sana menyusul kemunculan Alland. Rupanya, itu hanyalah si burung gagak yang semalam ikut membantunya dan White menolong Kepala Penjara Jarvis.“Haruskah kau datang dengan membuat keributan seperti itu, Black?” Eryk tampak kesal.“Aku benci pada merpati-merpati itu,” keluh sang gagak. “Mereka selalu bergerombol dan merebut makananku. Aku hanya ingin sedikit menakut-nakuti mereka.”Tiba-tiba, Eryk dan Black terdiam. Mereka bersama-sama melirik ke arah Alland. Betapa terkejutnya Black ketika dia terlambat menyadari bahwa ada manusia lain di dalam sarang Eryk.“Wayland, siapa manusia kecil ini?” Black menjadi waspada. “Aku pikir kau tak suka berhubungan dengan manusia lain?”Eryk tak menjawab.“Seperti itukah caramu berbicara dengan para burung?” tanya Alland dengan antusias. “Apakah burung gagak itu mengerti ucapanmu? Itu
Eryk selalu merasa gelisah jika keluar pada siang hari. Saat malam, ketika menjelajahi kota mencari makanan dan persediaan atau sekadar berjalan-jalan, kegelapan melindunginya dari tatapan para manusia yang ingin tahu.Bergerak di malam hari membuatnya lebih bebas di jalanan dan di sepanjang bubungan atap. Tapi, di darat di bawah cahaya menyilaukan sinar matahari, Eryk merasa terpapar.Eryk harus menutupi kepalanya dengan tudung jaket dan berjalan dengan kepala tertunduk. Di sepanjang trotoar, Eryk terus melipat kedua lengannya ke dada. Seolah-olah, dengan begitu dia akan mampu menghalau pandangan orang pada keberadaan dirinya.“Rockwool kota yang cukup luas,” gumam Eryk. “Jalan-jalannya diatur menyerupai kisi-kisi. Sayangnya, aku tak bisa membaca nama jalan. Karena beberapa ditulis menggunakan huruf-huruf asing yang aku tak mengerti.”Seolah-olah Rockwool adalah sebuah kota fantasi yang tak ada dalam kehidupan nyata. Faktanya sela
“Tempat itu?” Alland mengerutkan keningnya. Bocah laki-laki itu terlihat lucu dan sangat polos.“Maksudku,” ujar Eryk. “Antarkan aku ke ruangan arsip yang menyimpan sejarah dan informasi apa pun mengenai kota ini. Kau mengerti, kan?”“Yah, tentu saja. Ruang arsip adalah tujuan yang tepat jika kau ingin belajar tentang sejarah. Jadi, dugaanku benar, kan? Kau memang menyukai sejarah, Eryk.”Alland bersikap seolah-olah dia pria dewasa. Dia berusaha menyejajarkan diri dengan Eryk dalam percakapan. Meski terlihat sangat lucu, tapi Eryk menghargai usaha bocah itu.Eryk mengekor di belakang Alland dan berjalan di antara rak-rak. Dia berusaha tidak menatap buku-buku yang sangat menggoda di seluruh deretan rak-rak itu. Eryk harus fokus dan memperhatikan tujuannya.Alland terus melangkah menaiki tangga hingga sampai di lantai dua. Mereka menyusuri lorong dan koridor lalu berbelok ke kanan. Tiba-tiba, Allam berhenti.“Di sini!” katanya sambil menunjuk sebuah pintu besar di hadapannya. “Tapi, ada