Share

3.

Penulis: Jaeminia_
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-31 23:03:48

Matahari belum terbit, namun kecamatan 13 tampak lebih sibuk dari biasanya. Banyak sekali warga yang berkumpul di terminal kereta dengan tujuan Menara Kota untuk mengantar kepergian Archie yang akan mengikuti acara 'Pemberian Berkat oleh Menara Kota'.

Dengan Jas yang baru dibelikan oleh Sang Ayah, dan kemeja yang diberikan oleh Esther, Archie tampak lebih tampan dari biasanya. Ternyata, ungkapan bahwa lelaki akan terlihat berkali-kali lipat lebih tampan ketika memakai pakaian formal itu bukanlah sebuah omong kosong belaka. 

"Hati-hati dan jaga dirimu selama di sana, anakku."

Sang ibu memeluk Archie erat, hampir menitikkan air mata. 

"Jangan lupa jaga kesehatanmu, bu." Nada suara Archie sedikit bergetar. 

Ia memeluk Sang Ayah ketika ketika Sang Ibu melepaskan pelukannya. 

"Seorang pemuda harus bersikap seperti pria." 

Archie terkekeh kecil, suasana yang awalnya haru berubah menjadi penuh tawa karena ucapan Sang Ayah. Archie melepaskan pelukannya dan menatap Sang Ayah dengan tatapan tegas. Ia menepuk dadanya, "Jangan khawatir. Aku akan selalu menjadi Pria sejati!" 

"Pfft!" Para warga disekitarnya tampak menahan tawa karena ucapan Archie. 

"Tak semua pemuda tumbuh menjadi seorang Pria." Seorang pria tua berambut putih dengan tongkat kayu bersuara tegas, seketika mengsenyapkan suara di stasiun. 

Archie menatap pria itu  sambil tersenyum kecil, menghampirinya dengan langkah ringan. Ia menunduk, mengulurkan tangannya, "Anda tak akan menyesal, pak Camat." 

Pak Camat meneliti ekspresi wajah Archie, membuat Archie sedikit tidak nyaman karena tingkahnya. Setelah puas menatap wajah anak itu, Pak Camat tertawa puas, "Anak muda. Setelah kau turun dari kereta ini, kau akan menjelajahi dunia yang sebenarnya. Jadi,  jangan pernah lupakan ucapan mu." 

Pak Camat menjabat tangan Archie, "Tangan ini, harus digunakan untuk membantu orang. Kau mengerti bukan?"

Archie mengangguk, "Baik, Pak Camat."

Slingg.... 

Kereta listrik berwarna putih bersih dengan bendera Menara Kota-berwarna dasar hitam dengan lambang matahari berwarna coklat ditengahnya-tiba tepat waktu pada pukul 4 pagi. Sebenarnya alasan dari penjemputan setiap peserta pada pukul 4 pagi tak jauh dari simbol bahwa Menara kota dibentuk oleh Keempat kecamatan yang mengelilinginya. 

Seorang pria dengan jas berwarna pink neon dan rambut berwarna hijau itu turun dari mereka dengan tongkat emasnya. Matanya menatap terminal kereta kecamatan 13 dan para warga dengan teliti, sebelum pada akhirnya ia berjalan ke arah Archie. 

"Archie Anantaboga, perkenalkan saya Bianglala dari Menara Kota. Sayalah yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kenyamanan anda selama 10 hari kedepan. Jadi, ayo kita pergi sekarang karena aku sudah tidak tahan dengan suhu yang terasa seperti neraka di sini."

Nada bicaranya terdengar aneh dan sangat ekspresif. Belum lagi tubuhnya yang selalu bergerak membuat kesan dirinya semakin aneh. 

"Satu lagi! Tinggalkan ransel mu jika kau tidak mau ku tendang karena telah mempermalukan ku. Segala keperluan mu sudah disiapkan di sana jadi bawa saja dirimu yang tidak berharga ini." Bianglala memandang sinis ransel Archie yang tampak kusam. 

"A... Ah? Ah! Baiklah." Archie memberikan ransel itu kepada Sang Ibu setelah yakin kalau tidak ada hal yang benar-benar penting yang harus ia bawa di dalam ransel itu. "Mereka sudah menyiapkan segala keperluanku, bu." 

Sang ibu mengambil tas Archie sambil mengangguk paham. Archie menyesuaikan tingginya dengan Esther, "Selama kakak pergi, jaga ibu dan ayah oke?" 

"Mmm!" Esther mengangguk cepat. 

Archie terkekeh, mengelus puncak kepala Esther, "Jaga dirimu baik-baik, oke?" 

"Mmm!" 

Archie berdiri, menatap satu persatu orang di distrik 13. 

"Aku pergi dulu. Jaga diri kalian!" Archie berjalan mundur ke arah pintu masuk gerbong kereta dengan melambaikan tangannya. Bianglala sudah terlebih dahulu masuk ke kereta dan menunggu Archie dengan rasa penuh ketidaksabaran, sedari tadi kakinya menepuk-nepuk lantai sambil menghitung seberapa lama waktu yang habis terbuang karena acara pamitan yang menurutnya tidak penting, toh setelah sepuluh hari lelaki kumuh ini akan kembali juga. 

"Sampai jumpa Archie!" semua orang di sana ikut melambaikan tangannya. 

"AKU AKAN KEMBALI!" Teriak Archie sebelum pintu kereta tertutup sempurna dan berangkat pergi. 

Dengan senyuman tipis Archie membalikkan badannya. Entah sihir dari mana, mulutnya terbuka sempurna ketika melihat fasilitas mewah yang ada di kereta ini. 

Bianglala duduk dengan di sofa dengan santai layaknya tuan rumah sombong, "Fasilitas di gerbong ini adalah milikmu. Nikmati sesukamu." kemudian menyandarkan dirinya ke sofa dan memejamkan matanya. 

Kereta yang membawanya terdiri dari 8 gerbong yang tampaknya membawa kedelapan kandidat dari total 8 kecamatan luar yang berada di Utara Menara Kota. Masing-masing gerbong memiliki interior yang berbeda bergantung kepada siapa yang menjadi penanggungjawab mereka, Archie dapat melihat dari pintu penghubung antar gerbong yang dilapisi kaca buram bahwa gerbong disebelahnya tampak bernuansa merah jambu, berbeda dari miliknya yang lebih gelap dengan nuansa hijau gelap dan ornamen emas. 

Mata Archie kini mengelilingi setiap sudut dari gerbong tersebut, masih terpesona dan tak menyangka bagaimana bisa ada tempat semewah ini.  Baru saja dia pergi dari kecamatan 13, tapi ia sudah merasa bahwa kehidupannya telah berbalik 180°. Hatinya tak sabar menunggu kejutan lain yang tengah menanti dirinya di ujung sana.

"Tidurlah anak muda. Kau akan lelah nanti."

Archie tersentak kaget ketika tiba-tiba saja Bianglala bersuara dalam tidurnya. Archie mendekati Bianglala, berdeham pelan, "berapa lama sampai kita sampai di Menara Kota?"

"30 menit lagi." Bianglala menjawab dengan posisinya yang masih tertidur. 

"Hah?" 

'Jika akan tiba secepat itu, untuk apa tidur?' Archie membantin. 

"Aku sudah memperingatkan mu, jangan menyesal."

Bukan Archie namanya jika tidak keras kepala. Ia kini berjalan ke bar, dan mengambil sebotol wine dari rak wine dan gelas wine yang digantung tepat di hadapannya. 

Walaupun kecamatan 13 tidaklah kaya, tapi minuman beralkohol selalu tersedia di sana. Ia juga bukanlah lelaki polos yang tidak tahu apa-apa tentang 'kesenangan duniawi'. Kini, ia akan membuktikan kepada Bianglala bahwa ia bukanlah anak dari kecamatan kecil yang tidak tahu apa-apa.

Brak! 

Dengan cepat Archie menatap Bianglala, memastikan reaksi lelaki itu karena dirinya baru saja memecahkan sebuah gelas wine. 

Pikirannya sudah memikirkan scenario apa yang harus dia katakan agar terbebas dari omelan pria itu. 

Untungnya, Bianglala sama sekali tidak bergeming. Archie menghembuskan nafas lega dan beranjak mengambil gelas lain.  

"Aku akan mematahkan tanganmu jika kau berani menyentuh gelas ku lagi."

Archie segera menarik kembali tangannya. 'Acara Pemberian Bakat' yang sebenarnya bahkan belum mulai, tidak akan lucu jika lengannya patah sebelum itu. Pandangannya kini beralih ke sebuah televisi kecil yang tergantung di dinding. Televisi itu menayangkan tentang acara 'Pemberian Bakat' dan peserta yang masuk babak final. 

Dari 20 peserta, delapan diantaranya berasal dari Keempat Kecamatan Besar yang mengelilingi Menara Kota. Sisanya hanyalah pemuda dan pemudi berbakat dari kecamatan luar-termasuk dirinya sendiri-yang tak membuat Archie tertarik. Ketertarikannya tertuju kepada sebuah layar hologram yang menampilkan sebuah peta yang tak pernah ia lihat. 

"Tuan Bianglala, peta apa ini?" 

Mata Bianglala seketika terbuka, dengan cepat berlari ke arah Archie dan mengambil sebuah benda kotak berukuran 5×5 cm itu dengan gerakan gesit. Layar hologram itu seketika menghilang bersamaan dengan Bianglala yang kembali tidur di sofanya dengan nyaman. 

Archie mengendikkan bahu. Bianglala memang pria paling aneh yang pernah ia temui. 

Pemandangan diluar jendela yang mulanya dinding ber-semen, berganti menjadi gedung-gedung dengan arsitektur modern yang menjulang tinggi. 

"Anda sedang melewati kecamatan tiga kota Tajara, Technologia. Kecamatan ini merupakan kecamatan terbesar keempat di kota Tajara. Dikenal sebagai kecamatan yang menganut kepercayaan bahwa 'teknologi adalah segalanya' membuat kecamatan ini sangatlah maju dan menjadi tujuan para ilmuan." 

Suara dari sistem kereta memenuhi ruangan. Mata Archie membelalak ketika melihat sebuah benda bulat terbang yang baru saja melintas di atas mereka. Tanpa sadar, dia tersenyum dan menatap Bianglala yang tengah tertidur dengan semangat, tapi sedetik kemudian senyumnya luntur ketika menyadari bahwa Bianglala adalah manusia paling tidak menarik yang pernah ia temui. 

Ia memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya dibandingkan harus menyinggung Pria tersebut. 

Tak lama, pemandangan berganti menjadi bangunan-bangunan kuno yang tampak sangat cantik dan menenangkan hati. 

"Anda sedang melewati kecamatan kedua kota Tajara, Cultura. Kecamatan ini merupakan kecamatan terbesar ketiga di kota Tajara. Kecamatan ini dikenal sebagai satu-satunya kecamatan yang memegang erat kebudayaan leluhurnya, membuat banyak sekali bangunan-bangunan kuno bersejarah berdiri kokoh di tempat ini. Mereka yang menyukai kehidupan yang tenang dan santai akan memilih kecamatan dua sebagai tempat untuk tinggal ataupun menghabiskan waktunya dikala senggang."

"Wow..."

Jika ada yang bertanya momen apa yang paling membuatnya berdecak kagum berkali-kali, ia akan menjawab dengan lantang bahwa momen saat dia pertama kali meninggalkan Kecamatan 13 adalah momen yang paling tak pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya. 

"Anda akan tiba di Terminal Menara Kota dalam 100 detik." 

Bianglala bangun dari tidurnya, mengambil sebuah gunting besi dari meja didekatnya dan berjalan mendekati Archie, "Potong rambutmu."

"..."

"Tunggu apa lagi? Waktumu kurang dari 90 detik lagi." 

"..." Archie mengerjapkan matanya bingung.

"Persyaratannya rambut harus dipotong sependek mungkin." 

Dengan cepat Archie mengambil gunting tersebut, menuju kaca besar yang terletak tak jauh darinya, mulai menggunting rambutnya. 

"Lebih pendek."

Archie menggunting rambutnya lebih pendek. 

"Lebih pendek." 

Archie kembali menggunting rambutnya. Kini, lebih pendek dari sebelumnya. 

"Ck. Lebih pendek!"

Archie menghela nafas kesal. Rambutnya kini hanya tersisa sekitar 2 centimeter dari akarnya. Citra Bianglala yang semula adalah 'Pria Aneh' dan 'Pria Tak Menyenangkan' kini berubah menjadi 'Pria Menyebalkan' dimatanya. 

Bianglala tersenyum puas, tampak menahan tawa. Ini pertama kalinya Archie melihat Pria menyebalkan itu tersenyum. 

"Bagus. Ini baru sempurna."

Tbc... 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penghancur Dunia Magis   18

    Archie berlari sekuat tenaga menyusuri lorong demi lorong, belokan demi belokan, menuju pondok yang disebut oleh William tadi. Ia berencana untuk membicarakan strategi mereka di pondok itu. Walaupun pondok tersebut hanyalah menjadi zona aman tiap 30 menit sekali, setidaknya itulah daerah yang benar-benar aman bagi Archie sekarang.Hal itu juga terjadi di setiap tempat. Semua orang berlari menuju pondok zona mereka masing-masing tanpa sedikitpun menoleh kepada rumah-rumah di sekitar mereka.Setelah berlari dengan kecepatan kencang selama 10 menit, Archie sampai di pondok dengan nafas yang tak beraturan. Ia menoleh ke belakang, mendapati Duta dan Bernard yang masih berada jauh dibelakangnya. Ia memilih untuk masuk ke dalam pondok kayu untuk melihat isinya.Pondok itu memiliki dua akses masuk yang berada di kanan dan kirinya. Namun, entah kenapa pondok ini tidak memiliki pintu. Anehnya, Archie jelas merasakan hawa dingin sekilas saat melewati daerah kos

  • Penghancur Dunia Magis   17

    "Tentu saja berbeda."Bernard muncul dari kegelapan, berdiri tepat di belakang Archie. Archie bernafas lega, ia sangat berterimakasih kepada Bernard karena telah muncul dan menjadi penyelamatnya dari seorang Aldrik Leonard.Aldrik mengangkat alisnya, bibirnya sedikit terangkat, tampak tertarik dengan apa yang akan dikatakan oleh Bernard. "Ou, apa yang berbeda?""Kami bersama agar kami dapat melangkah menuju tempat yang lebih jauh, karena kami tidak seberuntung dirimu yang memiliki bantuan orang dalam." nada Bernard terdengar tegas. Namun entah kenapa, hal itu terdengar lucu ditelinga Archie-ia membayangkan perkataan itu keluar dari mulut seorang lelaki yang terkadang tampak kekanak-kanakan ketika sedang berdebat denganDuta-walaupun ia tak tahu jelas apa maksud 'tempat jauh' yang disebutkan oleh Bernard.Perkataan Bernard sama sekali tak membuat Aldrik marah, lelaki itu malah tersenyum, entah apa yang membuatnya senang. Jika Archie

  • Penghancur Dunia Magis   16.

    Para penjaga keamanan mengambil kontrak perjanjian dari atas meja setelah hitungan William selesai. Mereka berjalan dengan teratur, masuk ke dalam ruangan bersamaan dengan keluarnya pasukan penjaga keamanan lain. Setelah para pasukan penjaga keamanan baru itu berada di posisinya, William bersuara."Baiklah. Dari dua puluh peserta, terdapat 5 orang yang memilih untuk mengundurkan diri. Peserta nomor 18,17,16,10,9 diharapkan keluar dengan mengikuti pasukan keamanan di hadapan kalian."Para peserta yang mengundurkan diri itu dengan patuh berjalan dan keluar dari lapangan. Archie menatap punggung kelima peserta itu, 'apa seharusnya aku juga ikut mengundurkan diri?' ia membatin."Baiklah. Haruskah kita mulai permainannya sekarang?" William bicara seakan bertanya kepada dirinya sendiri. "Kelima belas peserta diharapkan masuk ke dalam tabung di samping kalian sekarang juga. Tabung tersebut akan membawa kalian menuju ke lokasi perlombaan yang akan dise

  • Penghancur Dunia Magis   15.

    Beberapa jam sebelum Acara dimulai...William menatap datar pantulan dirinya di cermin yang berbalut jas formal berwarna biru gelap. Ia tampak merasa 'asing' dengan pantulan dirinya sendiri. Tak ada senyum yang biasanya terlukis di sudut bibir lelaki itu.Ceklek!William menoleh ke arah pintu kamar yang dibuka, dari balik pintu, terlihat sesosok lelaki seusianya yang tampak rapuh, Jason Stanlala."Boleh aku masuk?" Kepala Jason masuk melalui sela antara pintu dan dinding.William tersenyum lebar, ia sangat merindukan sahabat karibnya ini. Mereka sudah saling mengenal dan bersahabat sejak kecil, sehingga rasanya aneh jika melewatkan hari tanpa berbincang ataupun bertukar kabar terhadap satu sama lain."Kau sudah membuka pintu. Apa kau masih butuh izinku?"Jason tersenyum tipis, ia masuk ke kamar William yang tak kalah mewah dari kamar para peserta. Ia berjalan mendekat ke arah William, gerakannya tampak ca

  • Penghancur Dunia Magis   14.

    Pusat kesehatan Pawky tampak berkali-kali lipat lebih maju dibandingkan Rumah Sakit Menara Kota. Dengan berada diatas sebuah lingkaran, data mengenai kesehatan dan jaringan-jaringan tubuh sudah dapat terbaca di sistem komputer. Entah itu berdiri tegap, berdiri malas, berjongkok, bahkan tiduran pun data kalian akan terbaca.Duta awalnya tidak mempercayainya, oleh karena itu ia memilih untuk meringkuk seperti bayi di atas lingkaran yang tidak terlalu besar disaat yang lainnya berdiri, dan benar saja, data tentang tubuhnya dapat terbaca di sistem komputer. Hal ini membuat dirinya takjub dan terkagum-kagum."Woah. Gila. Teknologi memang menyeramkan." Duta bertepuk tangan, mengitari para pekerja medis yang berada di dalam ruangan.Archie dan Bernard menutup wajah mereka, tampak malu dengan sikap Duta walaupun mereka tidak bisa menepis bahwa mereka juga cukup terkesan dengan teknologi canggih ini. Sebenernya, ada banyak teknologi canggih di Pawky yang akan

  • Penghancur Dunia Magis   13

    Alarm tanda evakuasi berbunyi keras di sepanjang lantai yang ditempati oleh Para Peserta Acara Pemberian Bakat. Mereka bangun karna terkejut, ada juga yang menggerutu marah karena baru tertidur selama beberapa jam, tak sedikit juga yang berlari dalam keadaan setengah sadar menuruni tangga darurat.Archie terbangun dari tidurnya dengan jantung yang berdebar karna terkejut, ia melihat sekeliling, memeriksa apakah ada kebakaran atau tidak. Setelah memastikan tidak ada kebakaran, ia sedikit bernafas lega sebelum pada akhirnya televisi dihadapannya tiba-tiba saja menyala, menampilkan William yang tengah tersenyum manis dan berpakaian rapi seperti seorang pembawa berita."Selamat pagi, semua. Saya William Gama. Dengan senang hati saya umumkan kepada kalian untuk segera berkumpul di lobi hotel karena kita akan pergi menuju ke lokasi Acara dalam waktu kurang dari 15 menit dari sekarang. Jadi, tunggu apa lagi? Pakai pakaian terbaik kalian, dan turunlah kebawah." Layar televisi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status