Fatur yang menyadari bahwa ponselnya tak ada dalam genggamannya, bergegas merogoh semua saku celananya. Dia juga mengacak-acak tempat tidur, untuk mencarinya. Namun, barang yang dia cari tidak ada di sana. "Dimana Hp ku?" Gumamnya sambil terus sibuk mencari. "Bisa mampus kalau ada yang nemuin!" Imbuhnya dengan suara jantung yang berdegup kencang. "Apa jangan-jangan ketinggalan di luar?" Ucapnya lagi. "Astaga! Jangan sampai Mama tahu rahasiaku. Mudah-mudahan aja Mama tidak mengotak-atiknya," Fatur pun gegas keluar dari kamarnya. Sejenak, Laki-laki itu menelan ludahnya kasar kala melihat Ponsel miliknya berada dalam genggaman Mamanya."Ma,.." panggilnya dengan suara yang tercekat. Takut, jika Mama Diana membuka ponsel miliknya. Fatur takut, andai ada telpon atau pesan aneh yang masuk. Tahu sendiri, Mama Diana keponya level dewa, mau itu rahasia orang lain ataupun keluarga sendiri pasti akan di korek sampai ke akarnya."Siapa Tante Mira?" Tanya Mama Diana to the point."T-tante Mira?"
"Jika Anda merasa keberatan dengan keputusan saya, silahkan keluar dari perusahaan saya!" Mendengar pernyataan Kaila, membuat Fatur terdiam. Pasalnya, dia hanya seorang manager yang bekerja di bawah kepimpinan Kaila saat ini. Jika dirinya terus bersikeras membantu sang Adik untuk mempertahankan jabatannya, justru malah dirinya yang terancam kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika Andika kehilangan jabatannya juga akan berdampak buruk padanya. Dia tidak akan bisa lagi bersikap sombong dan angkuh atau bahkan mendapatkan proyek-proyek yang bisa menghasilkan keuntungan pribadi. Selama ini, ada Andika yang selalu berdiri di belakangnya. Fatur benar-benar dilema, maju kena mundur juga kena. Fatur memutuskan untuk terus maju, karena dia yakin Kaila tidak mungkin seseram yang Fatur bayangkan. Yang Fatur tahu, Kaila hanya perempuan lemah."Anda jangan sombong! Tega sekali anda berbuat begitu pada suami sendiri. Lagi pula, saya ini masih Kakak Ipar anda, jadi anda tidak bisa menyuruhku keluar begit
Fatur mematung. Darahnya berdesir deras, tubuhnya terasa panas. Jantungnya berdegup tidak beraturan, bak pencuri yang tertangkap basah oleh masa. Pelan, ia meraih tumpukan prosal yang sudah di gabung menjadi satu itu, lalu membuka secara perlahan. Di bacanya setiap lembar kertas tersebut, di sana tertera nama dirinya sebagai pengaju proposal yang mana sebenarnya proyek tersebut tidak ada. Tujuan Fatur membuat proposal tersebut tak lain dan tak bukan ialah untuk mendapatkan dana dari perusahaan. Setelah dana tersebut cair, Fatur langsung memindahkannya ke rekening pribadi. Demi keuntungan pribadi, Fatur nekat berbuat seperti itu. Tentu saja, ada yang membantunya. Jika tidak, bagaimana mungkin dia melakukan itu dan berulang kali. "Setelah melihat bukti itu, apa anda akan menyangkalnya lagi?" Tanya Kaila ketika sudah berada di dekat kursi Fatur.Fatur tidak bisa berkata apa-apa. Bukti yang Kaila tunjukkan membuatnya tidak bisa berkutik. "Coba anda hitung, ada berapa banyak proposal pal
"Apa-apan kamu, Mas! Ternyata begini kelakuan kamu selama ini? Tega sekali, kamu mencurangi istri sendiri! Apa kamu masih kekurangan uang, sampai-sampai harus mengkorupusi uang perusahaan?" Teriak Kaila di hadapan suaminya. "Seberapa banyak kebohongan yang kamu simpan, Mas? Mau seperti apa lagi kamu menyakiti, ku! Jawab, Mas!" "Sayang, A-aku tidak melakukan itu. Mereka semua memfitnah ku!" "Fitnah! Fitnah! Selalu kata itu yang kamu ucapkan ketika kebohongan kamu terungkap. Itu hanya alibi kamu! Apa masih belum cukup bukti dan saksi yang menyatakan bahwa kamu memang bersalah, kamu dalang semuanya, Mas!" Ujar Kaila menunjuk dada Andika. "Kamu pikir di saat mereka terpojok, mereka asal menyebut nama kamu? Jangan gila kamu, Mas! Mereka mana mungkin berani menyebut nama kamu kalau memang kamu tidak terlibat.""Sayang, dengarkan aku,....""Cukup! Aku sudah tidak mau mendengar alasan apapun lagi dari kamu." Kaila mengangkat tangannya keatas mengisyaratkan bahwa dirinya sudah tidak mau mend
Andika terheran-heran dengan perkataan sang istri. "Apa maksudmu, sayang?" Andika balik bertanya. Andika bingung, kenapa Kaila malah bertanya seperti itu. Apa kepalanya terbentur sesuatu hingga di lupa pada suaminya sendiri. "Aku ini suami, kamu!""Suami siapa?" Tanya Kaila lagi dengan tampang serius nya, bukan seperti ekspresi di buat-buat."Hei, sayang!" Andika meraih bahu sang istri. "Apa yang sudah terjadi padamu? Kenapa kamu tidak mengenali suami mu sendiri? Aku Andika! Suami yang sudah menemani kamu selama dua tahun. Bagaimana, kamu bisa lupa dengan ku? Jangan bercanda," ujarnya yang masih terheran-heran. "Aku tidak punya suami seorang penghianat, pencuri, dan tukang korupsi seperti kamu! Segera angkat kaki dari rumah ku sekarang juga! Jangan jadi orang yang nggak tahu malu!" Teriak Kaila nyaring. "Sayang, sayang! Tolong jaga emosi kamu. Jangan berteriak seperti itu, tidak baik jika di dengar oleh yang lain." Kata Andika sembari mengusap bahu Kaila. "Aku tidak perduli! Mau se
Pagi-pagi sekali, Andika dan Luna sudah terlihat sangat sibuk. Keduanya mengemasi barang-barang mereka. Sesuai janji Andika tadi malam, hari ini mereka akan keluar dari rumah Kaila. Jujur saja, Andika merasa berat meninggalkan Kaila apalagi saat ini dirinya tidak punya apa-apa. Bersama Kaila, dirinya tidak perlu pusing memikirkan uang. Semuanya sudah terpenuhi dan terjamin. Selain itu, Andika juga masih mencintai Kaila ketika berpisah seperti ini hatinya sedikit sakit. Namun, apalah daya semua ini terjadi akibat keserakahan dan tidak bersyukurnya dirinya. Sudah di beri yang terbaik oleh sang maha pencipta, Andika malah menciptakan keadaan yang tidak baik. Betul-betul tidak bersyukur! Andika juga berharap beberapa hari, minggu atau beberapa bulan kedapan Kaila mau memaafkan dan menerima dirinya lagi. Laki-laki itu bertekad untuk tidak pantang menyerah meminta maaf pada sang istri pertama. Dia akan mengerahkan segala tenaga dan segala acara agar bisa di terima lagi oleh sang istri. B
"Apa, Mas?" Teriak Luna. "Talak dia, atau kamu nggak akan pernah ketemu sama anak kamu!" Ancamnya bersungguh-sungguh. Kalimat yang baru saja Luna lontarkan semakin menambah kekacauan hati Andika. Laki-laki itu menarik-narik rambutnya sambil menangis terisak-isak. Dia tidak bisa memilih antara Kaila dan anaknya. Bagi Andika, keduanya sangat berarti. "Kamu beneran mau berpisah sama anak kamu, Mas?" Desak Luna lagi. "Apa yang kamu pertahankan dari perempuan itu, Mas? Dia sudah mengambil semuanya dari kamu, dia perempuan serakah. Dia juga nggak bisa ngasih kamu anak. Lantas, apa yang membuat kamu ragu? " tanya Luna. "Oh, kamu masih menginginkan hartanya? Iya, Mas? Bukannya kamu bilang, kalau aku dan anak kita adalah segalanya di banding dia ataupun hartanya?"Dada Kaila naik turun, ucapan adik madunya itu sudah keterlaluan. Demi berhasil mendapat talak dari sang suami, Kaila memilih mengunci mulutnya rapat-rapat tanpa mau menyahut. "Talak dia sekarang juga atau aku bunuh diri bersama b
Kaila tertawa mendengar ucapan dari mantan mertuanya itu. Sebenarnya, perempuan paruh baya itu tahu atau tidak sih, perbuatan anak-anaknya? Kenapa selantang dan seberani itu mengungkit hak-hak mereka yang katanya sudah Kaila ambil. Anak dan Ibu nggak ada yang beres, sama-sama Zalim."Apa Ibu, sudah mencari tahu kebenarannya sebelum datang kesini? Jika, Ibu belum tahu kenapa Mobil dan Rekening putra ibu aku ambil, silahkan pulang dan tanyakan pada mereka!" "Cih, dasar sombong! Belagu banget jadi orang, sok-sokan!" Umpat Bu Diana. "Terserah Ibu, mau menilai aku bagaimana. Aku nggak perduli!""Kamu jangan macam-macam, ya! Mama bisa laporin kamu kepolisi atas tuduhan perampasan aset, mau masuk penjara kamu?" Ancam Bu Diana dengan mata mendelik."Laporin aja, Bu! Aku nggak takut. Aku tinggal lapor balik, dan kita lihat siapa yang bakal masuk penjara." Balas Kaila tak takut, baginya ancaman Bu Diana itu tidak ada apa-apanya. "Kamu itu kenapa jadi manusia serakah banget! Ngerasa nggak cuk