Kaneesa merasa nyaman saat bersama Jaime. Tidak ada tekanan, tidak ada rasa takut, meski sedikit membosankan, tapi dia yakin bisa bertahan dengan hal tersebut.“Baiklah, mari kita mencobanya, tapi jangan menuntutku untuk melakukan sesuatu yang belum bisa aku lakukan.”“Apa pun syaratmu, aku akan berusaha menerima dan memenuhinya,” kata Jaime dengan senyum yang mengembang di bibir.Tangan Jaime menggenggam tangan Kaneesa dan membawa ke bibirnya. Malam itu menjadi kali pertama mereka makan berdua sebagai sepasang kekasih.“Apakah minggu ini kamu ada waktu?” tanya Kaneesa setelah menghabiskan makanannya.“Mungkin pekan depan aku ada waktu longgar. Ada apa?” Jaime balik bertanya.“Keluargaku mengundangmu untuk makan malam.”“Benarkah? Itu sebuah kehormatan bagiku. Diundang oleh keluarga Pierre seperti mimpi yang menjadi kenyataan.”Kaneesa tertawa mendengar perkataan Jaime. “Jangan bersikap berlebihan, itu hal biasa.”“Buatku tentu saja bukan hal biasa, itu luar biasa. Aku pasti akan sang
Merasa Kaneesa sudah bisa menerimanya, Buck membuka dan menurunkan celananya menjadi seonggok kain di lantai. Bibirnya kembali melumat bibir Kaneesa agar tetap dalam pengaruh dirinya. Tangannya mengangkat satu kaki Kaneesa dan mengaitkannya ke pinggang.Dengan perlahan Buck tenggelam dalam kelembutan milik Kaneesa. Rasanya seperti pulang ke rumah? Rumah yang hangat dan membuatnya betah.Desahan puas Kaneesa terdengar saat merasa miliknya sangat penuh oleh milik Buck di dalamnya. Dia tidak peduli lagi dengan segala ketakutan dan pemikiran yang menghantui selama ini, yang dia inginkan adalah Buck bergerak di dalamnya dan memuaskannya.Buck bergerak dengan ritme pelan namun semakin lama semakin cepat, membuat desahan Kaneesa semakin kencang.Tangan Kaneesa melingkar erat di leher Buck untuk menahan goncangan yang terciptakan oleh gerakan tubuh mereka. Kedua kakinya melingkar ke pinggang Buck saat pria itu menggendongnya dan memindahkannya ke atas meja, membaringkannya di sana lalu berger
“Di mana Nicholas dan Laura? Apakah mereka tidak ikut sarapan?” tanya Fernando keesokan harinya.“Sepertinya semalam mereka sedikit bertengkar,” kata Olivia yang tanpa sengaja mendengar pertengkaran mereka di dapur.“Laura semalam sempat meneleponku dan menitipkan Athena untuk tidur denganku. Sepertinya mereka akan bangun siang, hari ini?” sambung Kaneesa.“Mereka akan seperti itu jika bertengkar, biarkan saja. Hari ini mereka pasti mesra kembali. Aku sudah sangat tahu karakter Nicholas,” kata Tomshon menenangkan keluarganya.Tomshon memang sudah tahu karakter Nicholas karena seumur hidup pria itu, Tomshonlah yang menemaninya. Bahkan saat menikah dengan Laura, dialah yang ada di sana.Setelah semua selesai sarapan dan berkumpul di taman belakang, benar saja Nicholas dan Laura baru saja turun. Nicholas begitu posesif memeluk pinggang istrinya. Semua yang melihat hanya tersenyum penuh arti.“Maaf karena kami terlambat bangun,” kata Nicholas dengan senyuman ceria, terlihat jika pertengka
“Apakah semua keluarga Pierre sama sepertimu yang bekerja sampai larut malam? Kalian terkenal gila kerja,” ujar Jaime saat mereka sudah sampai di restoran.“Hanya jika ada kasus tertentu mereka bisa sampai pagi untuk menyelesaikannya. Jika semua berjalan normal, mereka lebih memilih untuk bersama istri dan anak mereka dibanding berkutat dengan pekerjaan,” jawab Kaneesa.“Para pria Pierre sepertinya pantas jadi panutan.”“Tidak semua sifat mereka bisa ditiru. Mereka sangat suka baku hantam, beberapa kejadian membuat mereka hampir meregang nyawa,” beber Kaneesa yang mendapat cerita dari para istri Pierre.“Benarkah? Itu sangat keren, mereka terlihat sangat pemberani dan maskulin,” puji Jaime dari sudut pandang seorang pria.Kaneesa mengernyit tidak setuju, “Menurutku itu sangat tidak keren.”Jaime tersenyum mengetahui respon Kaneesa, dia kemudian menggenggam tangan wanita itu hingga membuat Kaneesa membeku kaget.Tidak mengerti maksud Jaime, Kaneesa menghentikan makannya lalu menegakkan
Setelah lelah beberapa kali melompat untuk meraih file yang dibutuhkan, Kaneesa keluar dari ruang dokumen untuk mencari orang yang bisa membantunya, tapi karena sudah malam, kantor tampak sepi dan semua orang sudah pulang.Terpaksa dia harus mengambil sendiri dokumen tersebut sehingga dia memutuskan untuk mencari tangga, sialnya dia tetap tidak menemukannya.Dengan mengerahkan usaha terakhir, dia memutuskan pergi ke ruang dokumen dan berusaha mengambil dokumen tersebut dengan berjinjit. Sayangnya kotak dokumen yang dia kira ringan, ternyata penuh dengan file-file yang lain.Saat kotak tersebut hampir berhasil dia ambil, tangan kecilnya tidak mampu menahan berat beban kotak tersebut. Dia menjerit sambil menutup kepala saat kotak itu ambruk ke arahnya.Kaneesa merasa heran saat kotak itu jatuh tetapi tidak menimpanya, dia membuka mata dan terkejut saat matanya bertabrakan dengan tubuh bidang yang melindungi tubuhnya.Seseorang menutup tubuhnya sehingga kotak itu tidak jatuh menimpanya,
Meskipun Angel mengatakan bahwa mereka tetap harus menggunakan topeng, tapi Buck menandai setiap apa yang dia sentuh dan memetakannya, berharap suatu hari nanti dia bisa bertemu dengan wanita itu lagi.Jika saat itu terjadi, dia tidak akan melepaskannya.Hal yang membuat Buck sangat terkejut adalah saat mengetahui jika Angel masih perawan, dia mengira wanita itu sudah berpengalaman karena mereka tidak malu saat saling menggoda. Pantas saja wanita itu terasa sangat polos saat dia menciumnya, bahkan pertama kali dalam hidupnya dia kesulitan tenggelam dalam kelembutan seorang wanita.Namun usahanya tidak sia-sia karena dia mendapatkan mahkota yang murni yang belum tersentuh oleh siapapun.Malam itu menjadi malam yang tak pernah bisa dia lupakan, tubuh mereka menari indah, saling memberi dan menerima. Desahan dan erangan saling bersautan menggema di dinding kamar hotel. Meski Angel baru pertama kali melakukannya, tapi gerakannya begitu alami dan menggoda, membuat gairahnya meningkat di se