Alex terkesiap oleh tingkahnya sendiri, hampir saja dia mengulangi kesalahan yang sama. Lara menatapnya dengan pandangan penuh tanda tanya."Geser dikit, aku betulin bantalnya biar kamu enakan." Alasan Alex, salah tingkah, berusaha menyembunyikan niat hatinya tadi.Dia berdiri menarik bantal, menepuk-nepuk lalu meletakkan kembali, sehingga posisi Lara kini lebih nyaman.'Duh, hampir saja, kenapa bertindak bodoh lagi. Entah mengapa tiap kali berdekatan aku tidak bisa mengendalikan diriku," umpat Rey dalam hati.Pintu terbuka, sosok paruh baya yang tetap terlihat cantik dan modis masuk dengan kantong di tangan."Maaf sayang, Mami lama, yang ngantri banyak. Kamu makan dulu ya, baru minum obat." ujar Metha."Aku udah makan, Mi, Alex yang suapin."Sudut bibir Metha melengkung, senyum dengan kerutan halus terlukis dengan mata yang sedikit menyipit karena tarikan bibirnya."Makasih, Lex." "Nggak papa, Tante.""Oh, iya Ra aku balik dulu, ntar aku balik lagi buat jagain kamu malam ini.""Kalo
Alex menarik tubuh itu perlahan, membawanya menuju ranjang lalu membaringkannya. Menyingkirkan semua helaian benang yang melekat pada tubuh mereka.Alex memimpin permainan. Menautkan kedua jemari mereka dengan sangat erat, saat rasa itu menerjang, hingga permainan berakhir tautan jemari mereka masih bersatu."Aku mencintaimu," bisik Alex, kata-kata itu meluncur begitu saja. Mata Tari yang sayu berbinar dengan indah. Saat ini Alex belum bisa mendeskripsikan hatinya, yang pasti dia tidak ingin menyakiti Tari, tidak ingin membuat wanita itu kecewa apalagi sampai terluka. Tidak seperti sebelumnya, yang tak mempedulikan Tari, apapun yang dirasakan oleh Tari diacuhkannya tapi sekarang rasanya sangat berbeda.Alex sadar saat ini belum bisa menyingkirkan Lara dari hatinya, tapi dia juga sudah mulai mencintai Tari, walau tidak sebesar rasa cintanya pada Lara. Hal itu membuatnya merasa menjadi laki-laki brengsek, menyimpan dua nama di dalam hatinya."Ayo kita menikah, kita tidak bisa melakuk
Tari dengan cepat menyelinap masuk di kamar yang berada disampingnya, sebelum Alex keluar. Kakinya yang semula goyah tiba-tiba menjadi kuat karena takut ketahuan Alex. Entah kenapa dia bersembunyi, dia hanya tidak ingin Alex melihatnya.Alex menengok kiri kanan, tidak ada seorang pun, dia tadi merasa seperti melihat Tari dan instingnya mengatakan jika Tari memang ada. Alex melangkah semakin keluar hingga berdiri di depan pintu kamar yang dibaliknya ada Tari yang bersembunyi dengan wajah was-was. Dengan ekor matanya Alex dapat menangkap sosok Tari, hatinya trenyuh, dia berpikir jika Tari membuntutinya dan mengetahui keberadaan Lara di dalam, sekarang pasti dia sedang terluka. Sesaat Alex terdiam di depan pintu itu tapi tak lama kembali melangkah menuju kamar Lara."Orangnya sudah pergi." Lara terkesiap saat mendengar suara di belakangnya, resplek berbalik, matanya melebar saat menyadari dua pasang mata yang sedang memandangnya, seorang lelaki yang berdiri di sampingnya dan seorang
Rey menempelkan kartunya, tangannya hendak mendorong pintu namun tiba-tiba terkejut, saat seseorang menyerobot masuk duluan.Dia sudah memasang kuda-kuda untuk menyerang orang tersebut namun terhenti saat menyadari sosok yang berada di depannya.Rey dengan cepat mendorongnya masuk dan menutup pintu rapat-rapat."Ada apa kamu ke sini." tanya Rey dengan nada kasar. Rey heran dengan tindakan Alex yang bisa muncul di hadapannya. Detik berikutnya dia menyadari jika pasti ada hubungannya dengan Lara."Bukannya misimu sudah selesai, seharusnya kamu sudah pulang, kenapa masih di sini," sarkas Alex.Tentu saja Alex tidak tahu jika Rey masih sedang menjalankan misi lanjutannya, karena bukti yang terkumpul belum kuat untuk menjerat target mereka.Setahu Alex , menurut data yang di dapatnya, misi Rey sudah selesai dengan berhasil membongkar sindikat senjata ilegal. Namun Alex tidak tahu jika yang ditargetkan bukan yang telah tertangkap, mereka hanya kaki tangannya, otak dari penyelundupan senjata
"Apa yang kamu lakukan?" hati Rey trenyuh, sahabat baiknya itu rela bersujud di kakinya demi menyelamatkan hubungannya dengan Lara.Rey tahu Alex sangat merasa bersalah karena telah menggoda Lara. Rasa bersalah yang sangat besar sehingga dia rela bersujud, merendahkan dirinya, atau mungkin karena cintanya yang terlampau besar untuk Lara. Alex tidak sadar jika Rey hanya menggunakan hal itu sebagai alasan saja."Aku akan melakukan apapun asalkan kamu bisa kembali pada Lara.""Berdirilah, apapun yang kamu lakukan tidak akan mengubah apapun."Rahang Alex mengetat, dia berdiri dengan wajah garangnya."Jika aku tau akhirnya seperti gini, dulu aku tidak akan membiarkan kamu mendekatinya!"Mata Alex berkilat-kilat, bara didalam dirinya seakan memanggang tubuhnya, tapi biar bagaimanapun dia harus berhasil membujuk Rey pulang. Seumur-umur dia baru pernah merasakan amarah yang begitu dahsyat terhadap Rey. Namun lelaki di depannya itu begitu tenang dan kalem menghadapinya."Kami sudah bertunanga
Alex langsung masuk begitu Tari membuka pintu. Dia pulang ke apartemen Tari untuk mengambil motornya yang dititip.Tari spontan memeluk Alex, melepas kerinduannya biar baru sehari tapi rasanya dia sudah sangat merindukan kekasihnya itu. "Kok cepat pulangnya, memangnya urusan kamu udah selesai?" Tari senang bercampur heran, baru sehari Alex sudah kembali."Rey lagi tugas, aku tidak bisa mengganggunya." Alex melonggarkan pelukannya lalu menuju sofa."Jadi belum beres?"Alex menatap Tari sesaat."Kamu masak apa?" alih Alex."Aku tadi pesan gofood, masih ada, ayo makan. Tidak bakalan habis kalau masak, nanti mubasir, nggak tau kalo kamu baliknya cepat. Kamu nginap di sini kan?""Aku jaga Lara, sampai dia keluar."Tari terdiam, ada yang tercubit di balik rongga dadanya.Suasana hening, tidak ada yang berbicara di antara mereka. Tari memperhatikan gerakan Alex yang menyendok makanan ke mulut, matanya menerawang seperti memikirkan masalah yang berat."Apa kamu memikirkan sesuatu?" tanya Tar
"Bagaimana dengan Lara?" kejar Tari lagi setelah Alex hanya membisu.Tari tergugu.Udara seakan menipis, sesak kian menghimpit dadanya."Jangan bersumpah, atau berjanji apapun padaku jika kamu sendiri tidak yakin. Kamu semakin melukai aku Lex!" Tari menyeka bening yang mengaburkan pandangannya. Alex semakin mengeratkan pelukannya, ingin menarik Tari keluar dari rasa sakit yang dia berikan, namun nyatanya malah semakin dalam jika Lara masih tetap bertahta di hatinya. Alex menyadari itu, tapi dia tak berdaya untuk menyingkirkan Lara, atau menggesernya sedikit saja. Rasa cinta itu tertanam begitu dalam dan sekarang ada kesempatan untuknya saat Rey menjauh meninggalkan Lara sendiri.Dia ingin menggenggam Lara erat agar tidak semakin terpuruk tapi di saat bersamaan dia juga tidak bisa melepas genggamannya dari Tari."Aku mencintaimu." ucap Alex ambigu. "Perasaan apa ini Tuhan! Aku bukan laki-laki bajingan tapi nyatanya aku memang bajingan." Semakin ambigu kata-kata yang keluar dari mulu
Berbagai macam prasangka muncul di kepalanya. Apakah setelah mendengar yang sebenarnya, Lara akan berubah pikiran.Tari mundur beberapa langkah secara perlahan, rasanya dia tidak sanggup, mendengar kekasihnya mengatakan perasaan cintanya untuk orang yang dicintainya. Hal yang membuatnya gamang, dia takut membayangkan reaksi Lara.Tari limbung, dengan cepat menahan dinding sebagai pegangan, sambil menyisir tembok bercat putih itu dia melangkah menjauh dari situ."Aku melakukannya karna aku memang menyayangimu, rasa sayangnya seorang kakak kepada adiknya."Lara tersenyum manis.'Bodoh! kesempatan untuk kamu jujur tentang perasaanmu, kenapa malah disia-siakan,' rutuk Alex pada dirinya sendiri.'Bisa saja Lara yang terpuruk, ingin berpaling pada cinta yang lain demi mengobati rasa sakitnya. Bukankah sebagian perempuan begitu, mencari pelarian untuk mengobati lukanya.' Alex membatin lagi. Setan dalam dirinya semakin menggodanya. Tapi wajah Tari tiba-tiba terbayang."Kembalilah, aku menung