Tari dengan cepat menyelinap masuk di kamar yang berada disampingnya, sebelum Alex keluar. Kakinya yang semula goyah tiba-tiba menjadi kuat karena takut ketahuan Alex. Entah kenapa dia bersembunyi, dia hanya tidak ingin Alex melihatnya.Alex menengok kiri kanan, tidak ada seorang pun, dia tadi merasa seperti melihat Tari dan instingnya mengatakan jika Tari memang ada. Alex melangkah semakin keluar hingga berdiri di depan pintu kamar yang dibaliknya ada Tari yang bersembunyi dengan wajah was-was. Dengan ekor matanya Alex dapat menangkap sosok Tari, hatinya trenyuh, dia berpikir jika Tari membuntutinya dan mengetahui keberadaan Lara di dalam, sekarang pasti dia sedang terluka. Sesaat Alex terdiam di depan pintu itu tapi tak lama kembali melangkah menuju kamar Lara."Orangnya sudah pergi." Lara terkesiap saat mendengar suara di belakangnya, resplek berbalik, matanya melebar saat menyadari dua pasang mata yang sedang memandangnya, seorang lelaki yang berdiri di sampingnya dan seorang
Rey menempelkan kartunya, tangannya hendak mendorong pintu namun tiba-tiba terkejut, saat seseorang menyerobot masuk duluan.Dia sudah memasang kuda-kuda untuk menyerang orang tersebut namun terhenti saat menyadari sosok yang berada di depannya.Rey dengan cepat mendorongnya masuk dan menutup pintu rapat-rapat."Ada apa kamu ke sini." tanya Rey dengan nada kasar. Rey heran dengan tindakan Alex yang bisa muncul di hadapannya. Detik berikutnya dia menyadari jika pasti ada hubungannya dengan Lara."Bukannya misimu sudah selesai, seharusnya kamu sudah pulang, kenapa masih di sini," sarkas Alex.Tentu saja Alex tidak tahu jika Rey masih sedang menjalankan misi lanjutannya, karena bukti yang terkumpul belum kuat untuk menjerat target mereka.Setahu Alex , menurut data yang di dapatnya, misi Rey sudah selesai dengan berhasil membongkar sindikat senjata ilegal. Namun Alex tidak tahu jika yang ditargetkan bukan yang telah tertangkap, mereka hanya kaki tangannya, otak dari penyelundupan senjata
"Apa yang kamu lakukan?" hati Rey trenyuh, sahabat baiknya itu rela bersujud di kakinya demi menyelamatkan hubungannya dengan Lara.Rey tahu Alex sangat merasa bersalah karena telah menggoda Lara. Rasa bersalah yang sangat besar sehingga dia rela bersujud, merendahkan dirinya, atau mungkin karena cintanya yang terlampau besar untuk Lara. Alex tidak sadar jika Rey hanya menggunakan hal itu sebagai alasan saja."Aku akan melakukan apapun asalkan kamu bisa kembali pada Lara.""Berdirilah, apapun yang kamu lakukan tidak akan mengubah apapun."Rahang Alex mengetat, dia berdiri dengan wajah garangnya."Jika aku tau akhirnya seperti gini, dulu aku tidak akan membiarkan kamu mendekatinya!"Mata Alex berkilat-kilat, bara didalam dirinya seakan memanggang tubuhnya, tapi biar bagaimanapun dia harus berhasil membujuk Rey pulang. Seumur-umur dia baru pernah merasakan amarah yang begitu dahsyat terhadap Rey. Namun lelaki di depannya itu begitu tenang dan kalem menghadapinya."Kami sudah bertunanga
Alex langsung masuk begitu Tari membuka pintu. Dia pulang ke apartemen Tari untuk mengambil motornya yang dititip.Tari spontan memeluk Alex, melepas kerinduannya biar baru sehari tapi rasanya dia sudah sangat merindukan kekasihnya itu. "Kok cepat pulangnya, memangnya urusan kamu udah selesai?" Tari senang bercampur heran, baru sehari Alex sudah kembali."Rey lagi tugas, aku tidak bisa mengganggunya." Alex melonggarkan pelukannya lalu menuju sofa."Jadi belum beres?"Alex menatap Tari sesaat."Kamu masak apa?" alih Alex."Aku tadi pesan gofood, masih ada, ayo makan. Tidak bakalan habis kalau masak, nanti mubasir, nggak tau kalo kamu baliknya cepat. Kamu nginap di sini kan?""Aku jaga Lara, sampai dia keluar."Tari terdiam, ada yang tercubit di balik rongga dadanya.Suasana hening, tidak ada yang berbicara di antara mereka. Tari memperhatikan gerakan Alex yang menyendok makanan ke mulut, matanya menerawang seperti memikirkan masalah yang berat."Apa kamu memikirkan sesuatu?" tanya Tar
"Bagaimana dengan Lara?" kejar Tari lagi setelah Alex hanya membisu.Tari tergugu.Udara seakan menipis, sesak kian menghimpit dadanya."Jangan bersumpah, atau berjanji apapun padaku jika kamu sendiri tidak yakin. Kamu semakin melukai aku Lex!" Tari menyeka bening yang mengaburkan pandangannya. Alex semakin mengeratkan pelukannya, ingin menarik Tari keluar dari rasa sakit yang dia berikan, namun nyatanya malah semakin dalam jika Lara masih tetap bertahta di hatinya. Alex menyadari itu, tapi dia tak berdaya untuk menyingkirkan Lara, atau menggesernya sedikit saja. Rasa cinta itu tertanam begitu dalam dan sekarang ada kesempatan untuknya saat Rey menjauh meninggalkan Lara sendiri.Dia ingin menggenggam Lara erat agar tidak semakin terpuruk tapi di saat bersamaan dia juga tidak bisa melepas genggamannya dari Tari."Aku mencintaimu." ucap Alex ambigu. "Perasaan apa ini Tuhan! Aku bukan laki-laki bajingan tapi nyatanya aku memang bajingan." Semakin ambigu kata-kata yang keluar dari mulu
Berbagai macam prasangka muncul di kepalanya. Apakah setelah mendengar yang sebenarnya, Lara akan berubah pikiran.Tari mundur beberapa langkah secara perlahan, rasanya dia tidak sanggup, mendengar kekasihnya mengatakan perasaan cintanya untuk orang yang dicintainya. Hal yang membuatnya gamang, dia takut membayangkan reaksi Lara.Tari limbung, dengan cepat menahan dinding sebagai pegangan, sambil menyisir tembok bercat putih itu dia melangkah menjauh dari situ."Aku melakukannya karna aku memang menyayangimu, rasa sayangnya seorang kakak kepada adiknya."Lara tersenyum manis.'Bodoh! kesempatan untuk kamu jujur tentang perasaanmu, kenapa malah disia-siakan,' rutuk Alex pada dirinya sendiri.'Bisa saja Lara yang terpuruk, ingin berpaling pada cinta yang lain demi mengobati rasa sakitnya. Bukankah sebagian perempuan begitu, mencari pelarian untuk mengobati lukanya.' Alex membatin lagi. Setan dalam dirinya semakin menggodanya. Tapi wajah Tari tiba-tiba terbayang."Kembalilah, aku menung
Tari tahu kalau Alex yang saat ini sedang berbaring di sampingnya. Seharusnya dia senang karena Alex sudah kembali, tapi saat ini rasanya Tari ingin terlelap tanpa memikirkan apapun, hatinya patah dan dia memilih untuk tidak menata ulang kembali hatinya, saat ini."Kamu udah tidur, sayang?" Degh.Pertanyaan Alex menghancurkan hatinya yang memang sudah berkeping-keping, bukan pertanyaan itu yang membuatnya terluka, tapi kata sayang yang Alex ucapkan, Alex tidak pernah memanggilnya seperti itu.'Apakah kata itu untuk Lara? Kenapa kamu kembali jika masih memikirkan dia?' jerit Tari dalam hati."Kamu sudah tidur?" ulang Alex sambil mengecup tengkuknya."Aku merindukanmu, baru tadi melihatmu tapi aku sudah sangat merindukanmu, sayang." Dia menggenggam tangan Tari membawanya ke arah mulutnya, mendaratkan kecupan yang begitu mesra. Tari tidak merespon."Aku tau kamu belum tidur." tangan Alex mulai bergerilya. "Aku cape." Akhirnya Tari membuka mulutnya.Alex agak heran dengan sikap Tari, bu
Rey memarkirkan mobilnya di samping jalan, lalu menyeberang, sambil sesekali melirik ke sana ke mari, hingga tiba di depan sebuah hotel ternama di pulau itu. Dia sengaja memarkirkan mobil agak jauh dari tempat tujuannya.Melangkahkan kakinya yang panjang, dengan langkah yang lebar-lebar. Wajahnya ganteng mempesona ditopang tubuh tegap yang atletis, apalagi saat tersenyum memancarkan senyum khas yang membuat orang menjadi candu untuk selalu menatapnya. "You very handsome," ujar seorang turis wanita yang berpapasan dengan Rey di pintu masuk hotel. Rey menanggapinya dengan senyum, kepalanya mengggeleng kecil, hatinya merasa tergelitik lucu. Dia memasuki loby, lalu menuju lift. Saat ini dia akan bertemu dengan komandannya yang selama ini memberinya perintah yang datang ke pulau itu dalam rangka kunjungan kerja. Rey ingin membahas masalah bukti yang belum ditemukannya. Sekaligus ingin menyampaikan maksudnya yang sangat penting baginya.Begitu bertemu mereka membahas tentang misi yang s