Share

Bab 10

Kyra menggenggam erat ponselnya dan duduk di atas tiang jembatan. Tiang jembatan itu terasa sangat dingin hingga menusuk ke tulang.

"Memangnya kenapa kalau iya? Kalau nggak juga, apa urusannya denganmu?" balas Deven sambil tertawa santai. Melihat Deven yang masih bisa tertawa di kondisi seperti ini, Kyra benar-benar merasa pria ini adalah seorang bajingan. Akan tetapi, semua itu tidak penting lagi sekarang.

"Deven, aku sudah mengikuti perintahmu untuk berlutut selama 2 jam di bawah gedung Grup Scott."

"Lalu, aku harus beri penghargaan padamu?" sindir Deven.

"Saatnya kamu menepati janjimu, berikan aku 10 miliar," ujar Kyra dengan bersusah payah. Selama Deven terus berpura-pura bodoh, Kyra terpaksa harus menanggung malu untuk terus-menerus mengingatkannya.

"Bu Kyra, memangnya sejak kapan aku berjanji mau menolong ayahmu?"

"Deven!" teriak Kyra sambil menggenggam erat ponselnya.

"Sepertinya aku bilang, justru orang yang paling menginginkan kematiannya itu adalah aku, 'kan? Kamu sendiri yang bodoh sampai berlutut di luar sana. Kamu yang cari penyakit sendiri, jadi mau salahkan siapa?"

Pertahanan terakhir di hati Kyra telah runtuh sepenuhnya. Dia menangis terisak-isak di ujung telepon. Kyra akhirnya tidak sanggup lagi berpura-pura tegar. Semua keangkuhan dan harga dirinya telah hancur lebur.

"Dia belum mati saja kamu sudah menangisinya, ternyata kamu berbakti juga. Kuberi sebuah ide untukmu. Aku bisa memberimu 10 miliar, tapi aku punya satu syarat."

Suara tangisan Kyra langsung berhenti. "Apa syaratnya? Katakanlah."

"Bukannya kamu bilang ingin mati semalam? Ayahmu berutang banyak sekali nyawa padaku. Kalau kamu mati untuknya, aku akan segera transfer uangnya. Pada akhirnya, tetap saja kamu yang lebih diuntungkan. Kita juga nggak perlu terus berkelit lagi soal perceraian. Ayahmu juga bisa mendapat pertolongan terbaik. Kamu juga bisa lebih cepat mati dan dilahirkan kembali. Kematianmu benar-benar banyak untungnya."

"Aku akan mengadakan pemakaman besar untukmu nanti dan membuat semua wanita di dunia ini merasa iri padamu. Bukannya kamu suka warna merah muda? Aku akan kirimkan bunga warna merah muda di pemakamanmu, fotomu juga akan dibingkai dengan warna merah muda. Tentu saja, aku akan menyalakan kembang api selama beberapa malam untuk merayakan agar kematianmu bisa tenang."

Nada bicara yang ketus itu berulang kali mengucapkan kata yang sama, yaitu mati. Seberapa besar dendam Deven padanya sampai begitu menginginkan kematiannya? Kyra hanya fokus pada ucapan Deven tentang mengadakan pemakaman besar untuknya, tapi tidak menyadari bahwa Deven mengatakan Nelson berutang nyawa padanya.

"Benar juga. Lagi pula si tua bangka itu bakal mati cepat atau lambat, kamu nggak perlu mengorbankan nyawamu juga," timpal Deven lagi setelah tidak mendengar respons Kyra untuk beberapa saat.

Kyra tahu bahwa Deven akan menutup teleponnya saat ini, sehingga dia berteriak, "Deven! Hal yang paling kusesalkan seumur hidup ini adalah salah memilih orang. Aku salah memilihmu menjadi suamiku dan pengawal pribadiku! Aku memang buta dan nggak bisa menilai orang. Aku akui, memang aku penyebab semua hal yang terjadi saat ini!"

"Sebaiknya kamu tepati janjimu! Aku akan menuruti perintahmu untuk mati! Kalau kamu ingkar janji dan nggak mengirimkan uangnya untuk ayahku, aku akan menghantuimu! Aku akan membuat kamu dan Irish mati konyol!"

Kyra mulai menangis dengan histeris. Ini adalah pertama kalinya dia kehilangan kendali di hadapan Deven. Kyra berjalan ke tepi danau dan menginjak permukaan danau yang telah membeku. Jika melompat ke dalam danau ini, dia mungkin bisa mati kedinginan. Namun, jasadnya juga pasti baru akan ditemukan beberapa hari kemudian dalam keadaan membengkak dan membusuk. Dia pasti akan sangat jelek nantinya.

Kyra adalah wanita yang mengutamakan penampilan. Dalam perjalanan pulang, Kyra membeli sekotak pisau silet yang paling tajam. Dia takut percobaan bunuh dirinya akan gagal, sehingga akan semakin menderita jika harus mengulanginya berkali-kali.

Sepulangnya ke rumah, Kyra mengisi bak mandinya dengan air hangat hingga penuh, lalu menebarkan kelopak bunga mawar di atasnya. Kyra paling menyukai kelopak bunga mawar.

Darahnya menetes memenuhi bak mandi yang dipenuhi bunga mawar tersebut, seakan-akan sedang menceritakan kesedihannya dalam hidup ini. Dia takut Deven tidak mengetahui kematiannya dan menunda untuk mentransfer biaya operasi ayahnya. Oleh karena itu, Kyra mengambil ponselnya dan memotret pergelangan tangannya yang bersimbah darah, lalu mengirimkannya ke ponsel Deven.

[ Sesuai keinginanmu, aku sudah mati sekarang. Segera transfer uangnya ke rekening ibuku. ]

Setelah mengetik pesan tersebut, dia pun mengirimkannya. Kyra bahkan dengan konyolnya berkhayal bahwa Deven akan membalas pesannya dan menyuruhnya jangan mati. Ini benar-benar konyol. Jika Kyra meninggal, Deven bahkan tidak perlu repot-repot lagi mengurus perceraian. Jadi, mana mungkin dia akan menghalangi Kyra untuk bunuh diri?

Air di bak mandi dipenuhi dengan uap panas dan sedikit demi sedikit berubah menjadi merah karena darah.

Bzz bzz bzz ....

Ponselnya di wastafel terus bergetar. Seketika, mata Kyra langsung berbinar. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah itu adalah telepon dari Deven?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status