Share

Bab 9

Tangannya yang putih mulus terinjak-injak oleh sepatu para wartawan tersebut. Kyra kesakitan hingga air mata dan keringat dinginnya mengalir deras. Namun, Deven dan Irish malah pergi begitu saja dari pintu belakang gedung Grup Scott, meninggalkannya seorang diri di sana.

Sungguh menggelikan! Bisa-bisanya Kyra beranggapan Deven akan menolongnya. Ternyata Deven hanya teringat dengan Irish dan melupakan istrinya yang dikerumuni wartawan. Banyak sekali kamera yang terus memotret wajahnya. Kyra baru saja ingin berdiri, tetapi dia malah didorong hingga terjatuh lagi oleh para wartawan itu.

Pertanyaan yang mereka ajukan juga sangat menyudutkan Kyra. Mereka menyodorkan mikrofon itu ke hadapan Kyra dan mengajukan pertanyaan bertubi-tubi. Isinya seputar situasi pernikahannya saat ini dan apakah ayahnya sudah tidak bisa diselamatkan lagi?

Kyra merasa sangat sakit hati mendengar semua pertanyaan itu. Dalam hatinya terus mengutuk Deven yang membuat harga dirinya terinjak-injak seperti sekarang ini. Yang lebih konyolnya lagi adalah, situasi ini disiarkan secara langsung. Ada banyak sekali penonton di internet yang menyaksikan Kyra dikerubungi dan diserang para wartawan.

Tiba-tiba, terdengar sirene polisi yang mendekat. Beberapa polisi itu kemudian membubarkan massa dan menyuruh para wartawan untuk mematikan kamera mereka serta menghapus semua rekaman yang diambil tadi.

Kyra tidak tahu siapa yang telah berbaik hati menolongnya kali ini dan menyelamatkan harga dirinya. Para polisi itu merasa kasihan melihat kondisi Kyra, sehingga mereka memutuskan untuk mengantarkannya pulang.

Namun, ponselnya tiba-tiba berdering. Orang yang meneleponnya adalah Mia. Raut wajah Kyra langsung berubah melihat nama yang tertera di layar. Dia buru-buru mengucapkan terima kasih kepada para polisi itu dan berpamitan. Polisi bahkan membelikan salep untuk mengobati lebam pada kaki Kyra dan memaksanya untuk menerima obat itu.

Setelah menerima obat tersebut, Kyra ingin membayarnya, tetapi ditolak oleh polisi itu. Setelah itu, polisi berpesan pada Kyra untuk melapor polisi jika dia menemui kesulitan kelak. Setelah para polisi itu pergi, Kyra baru menjawab panggilan dari ibunya.

Mia langsung mengeluh begitu teleponnya diangkat, "Kenapa baru jawab teleponnya sekarang? Kamu nggak tahu waktunya sangat mendesak?"

"Tadi aku ada urusan ...." Lutut Kyra sangat pegal dan sakit saat ini. Namun karena takut Mia akan mengkhawatirkannya, Kyra berusaha untuk berbicara dengan nada normal.

"Mana uang yang kamu kumpulkan?" tanya Mia.

Kyra hanya terdiam.

"Kenapa kamu diam saja? Kyra, kondisi ayahmu sekarang sudah semakin parah. Dokter sudah mengeluarkan surat pemberitahuan kritis. Kumohon kamu lebih berusaha lagi."

"Coba kamu jujur saja sama Ibu, apa kamu benar-benar sudah mendapatkan uangnya? Nggak ada gunanya kamu bohong sekarang, Nak."

Di sisi lain, Mia yang berusaha menahan diri sedari tadi, kini akhirnya menangis tersedu-sedu. "Ayo cepat katakan, Kyra."

Kyra benar-benar tidak sanggup mengatakan kondisinya saat ini. Nelson dan Keluarga Scott bisa berakhir seperti sekarang ini, semua karena salahnya. Apakah dia harus berkata jujur pada Mia dan membuat Mia pingsan sekali lagi? Kyra benar-benar tidak sanggup berbuat sekejam itu.

Sebuah kebohongan hanya bisa ditutupi dengan kebohongan lain yang tak terhitung jumlahnya. Pada akhirnya Kyra berkata, "Uangnya sudah dapat. Maksimal setengah jam lagi uangnya akan segera ditransfer."

"Benarkah?" tanya Mia.

"Badai ini akan segera berlalu, kita bertahan sebentar lagi ya. Sudah ya Bu, aku sedang mendesak uangnya." Setelah menutup panggilan tersebut, Kyra menyeka air matanya dan kembali menelepon Deven.

Awalnya Kyra mengira semuanya akan berjalan mulus setelah dia berlutut di depan Grup Scott dan dipermalukan oleh para wartawan seperti itu. Namun, si bajingan Deven ini ternyata tetap tidak mau menjawab panggilannya. Mungkin karena merasa jengkel terhadap Kyra.

Saat Kyra menelepon untuk ketiga kalinya, Deven telah mematikan ponselnya. Pada saat ini, Kyra baru sadar bahwa dia telah dipermainkan Deven. Namun, Kyra benar-benar tidak punya cara lain lagi sekarang. Dia memanggil taksi dan bergegas menuju properti milik Deven lainnya untuk mencari keberadaannya.

Namun, usaha Kyra berujung sia-sia. Deven benar-benar menghilang seperti ditelan bumi. Akan tetapi, Kyra tidak punya waktu untuk menangis sekarang. Dia kembali membeli kartu SIM yang baru di kios terdekat.

Tatapan penjaga toko saat melihat Kyra seperti sedang melihat orang gila. Namun, dia tetap menjual kartu SIM itu dengan senang hati padanya. Setelah mengganti nomornya, Kyra kembali berjalan tanpa arah di tengah terpaan angin musim dingin. Salju beterbangan menutupi jarak pandangnyaa.

Tanpa disadari, Kyra tiba di tepi danau yang telah membeku. Dia kembali menghubungi Deven beberapa kali dengan nomornya yang baru. Kali ini Deven telah mengaktifkan kembali ponselnya. Mungkin karena tidak tahu siapa peneleponnya, kali ini Deven menjawab panggilan tersebut dengan cepat.

Suaranya yang dingin terdengar ke telinga Kyra. "Siapa ini?" tanya Deven. Masih seperti sebelumnya, suara Deven terdengar tanpa emosi dan sedikit serak. Namun bagi Kyra, suara ini justru terdengar begitu menyakitkan.

"Deven, kamu yang memanggil semua wartawan itu tadi, 'kan?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status