Share

Pengorbanan untuk Suamiku
Pengorbanan untuk Suamiku
Penulis: Dianning

Merasa shock

Suasana di sebuah pondok pesantren modern yang berada di sebuah pulau Jawa, terlihat sangat ramai dengan banyaknya kendaraan dari pihak keluarga yang menjemput para santriwan santriwati yang sudah menyelesaikan pendidikannya. 

   Raut wajah penuh haru terlihat saat momen perpisahan para santrinya bersama para ustadz dan ustadzah dan pemilik pondok pesantren yang akan melepaskan alumni pondok pesantren dan kembali ke daerah asalnya untuk melaksanakan cita-citanya masing-masing.

   Begitu pun dengan seorang wanita cantik bernama Aisyah Maulia Azzahra yang terlihat tengah berpelukan dengan para sahabat terbaiknya selama di pondok pesantren. Ada lima perempuan yang saat ini sama-sama terlihat meneteskan air mata saat akan berpisah. 

   Sementara itu, pasangan suami istri yang tak lain adalah Andi Setiawan dan sang istri Neni Rahmawati, saat ini berada agak sedikit jauh dari keponakannya. Keduanya tengah mengamati interaksi dari keponakannya. Andi mulai berkomentar, mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.

  "Bagaimana reaksi dari Aisyah nanti setelah sampai di rumah? Apalagi sekarang Abang Rendy sedang berembug hari pernikahan dengan Tuan Atmadja yang sudah mendesak agar Abang segera menyetujui lamarannya untuk putranya satu-satunya yang merupakan pewaris tahta Atmadja Group yang sangat besar itu."

   Neni Rahmawati refleks menganggukkan kepalanya dan mulai menanggapi perkataan dari suaminya. "Iya Sayang, aku merasa sangat heran, kenapa tuan Atmadja terkesan terburu-buru untuk menikahkan putranya? Sebenarnya apa yang dipikirkannya? Apa dia tidak berpikir bahwa Aisyah baru saja kembali dari pondok pesantren? Dan pastinya dia masih ingin melepas rindu bersama keluarganya yang sudah lama ia tinggalkan."

   "Entahlah, aku pun tidak tahu. Kasihan Abang Rendi dan Kakak ipar Mila. Mereka sudah terikat janji semenjak jaman muda dulu yang berjanji akan menikahkan anak mereka. Dan sebuah janji memang harus ditepati. Namun, akan ada hati yang tersakiti dari sebuah janji itu," ucap Rendy dengan tatapan iba yang daritadi mengarah pada keponakannya.

    Neni menganggukkan kepalanya, seolah membenarkan perkataan dari sang suami. "Iya Sayang, bagaimana dengan nasib Aisyah nanti setelah menikah dengan pewaris tahta Atmadja Group yang terkenal sangat arogan dan suka berganti-ganti wanita itu. Aku kasihan sekali dengan Aisyah," ucap Neni yang sudah berkaca-kaca.

   "Kita berdoa saja agar hidup Aisyah ke depannya akan dilimpahi rahmat oleh Tuhan dengan kebahagiaan. Kita tidak akan pernah tahu akan rahasia Illahi mengenai jodoh, rejeki dan maut. Kita hanya bisa berikhtiar dan juga berdoa kepada-Nya, agar selalu diberikan kebaikan dan dirahmati-Nya," ucap Rendi dengan posisi tangan mengusap punggung tangan sang istri. Berharap perbuatannya itu mampu menenangkan kekhawatiran dari sang istri.

   Dan beberapa saat kemudian, dilihatnya Aisyah sudah berjalan mendekat ke arah mereka. Gadis cantik berkulit putih dengan mata bulat yang dilengkapi dengan bulu mata lentik, serta alisnya yang tipis berwarna hitam, dan hidung mancung dengan bibirnya yang tipis, membuatnya terlihat semakin mempesona di mata kaum Adam. 

   Saat ini Aisyah memakai gaun syar'i modern berwarna biru dengan kerudungnya yang berwarna senada. Senyuman mengembang tampak jelas dari wajahnya yang terlihat berbinar, karena akan kembali ke surganya yang selama ini dirindukannya. Karena baginya, rumahnya dan keluarganya adalah surganya di dunia.

   "Alhamdillah Aisyah sudah siap Om, Tante. Ayo, kita pulang sekarang! Rasanya aku sudah tidak sabar untuk menemui Abi dan Ummi. Sebenarnya mereka kedatangan tamu siapa? Kenapa tidak datang menjemput Aisyah langsung?" keluh Aisyah yang merasa agak sedikit kecewa karena orang tuanya tidak menjemputnya.

   "Mereka adalah sahabat baik Abimu, Aisyah. Bukankah Abi dan Umimu sudah menjelaskannya padamu di telefon? Nanti juga kamu bertemu mereka di rumah. Sekarang kita pulang!" ajak Rendi yang sudah berjalan ke arah mobil BMW mewah berwarna hitam. 

   Dimana sang supir sudah menunggu di luar mobil dan langsung membukakan pintu, begitu tiga orang itu berjalan mendekat ke arahnya. "Silahkan masuk Tuan, Nyonya dan Nona!" ucap Pak Bejo yang merupakan supir setia di keluarga Atmadja.

   "Terima kasih Pak," ucap Rendi dan beralih menatap ke arah dua wanita yang berada di belakangnya, "kalian berdua duduk di belakang! Aku akan duduk di depan bersama Pak Bejo. Karena perjalanannya membutuhkan waktu sekitar lima jam, jadi aku akan menemaninya mengobrol, agar Pak Bejo tidak mengantuk."

   Neni menganggukkan kepalanya dan mengajak keponakannya untuk segera masuk ke dalam mobil mewah itu. "Ayo, kita segera masuk ke dalam mobil! Bukankah kamu ingin segera bertemu dengan orang tuamu?"

   Aisyah yang sama sekali tidak memahami dengan situasi saat ini, dimana ia tidak mengenal pria paruh baya yang dipanggil Pak Bejo itu yang membawa mobil mewah untuk menjemputnya. Karena ia berpikir bahwa Om dan Tantenya itu akan menyewa sebuah mobil biasa seperti yang biasanya dilakukan oleh kedua orang tuanya saat mengunjunginya di pesantren.

   "Tante, ini memangnya Pak Bejo itu siapa? Dan mobil mewah ini?" tanya Aisyah yang sudah mengamati interior mewah di dalam mobil yang sudah mulai melaju meninggalkan kawasan pondok pesantren.

    "Ini adalah mobil milik sahabat dari Abimu, dan Pak Bejo bekerja sebagai supir," jawab Neni yang berusaha untuk menghapus rasa penasaran dari keponakannya.

   "Kenapa Abi dan Umi harus merepotkan orang lain? Biasanya mereka tidak pernah seperti itu. Harusnya seperti biasanya saja, karena tidak baik menyusahkan orang lain. Ataupun memanfaatkan kebaikan dari orang lain," ungkap Aisyah yang masih merasa ada keanehan yang terjadi hari ini.

   "Tidak masalah Aisyah, karena ini merupakan keinginan dari sahabat Abimu yang menyuruh Pak Bejo menjemputmu. Jadi, kamu tidak perlu mempermasalahkan hal ini. Lebih baik kalian berdua beristirahat saja, karena perjalanannya masih panjang," jawab Rendi pada keponakannya. 

   "Iya Om, Aisyah mengerti. Akan tetapi, Aisyah belum mengantuk, biar Tante saja yang tidur. Karena pasti Tante sangat capek setelah melakukan perjalanan cukup jauh. Tante tidur saja!" ucap Aisyah pada wanita yang duduk disebelahnya.

   "Baiklah, Tante memang sangat capek dan mengantuk. Jadi, Tante tidur dulu," ucap Neni yang sudah menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi mobil dan langsung memejamkan kedua matanya.

   Sedangkan Aisyah mengambil tasbih yang berada di dalam tas selempang miliknya dan mulai berdzikir di dalam hati. Karena merasa ada yang mengganjal di pikirannya dengan apa yang terjadi hari ini, membuat dirinya merasa sedikit tidak tenang. Dan untuk menenangkan perasaannya, ia lebih memilih untuk berdzikir dan juga melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di dalam hati.

    Tanpa terasa, beberapa jam kemudian, mobil mewah yang membawa Aisyah telah tiba di sebuah rumah sederhana dengan area depan yang cukup luas. Rumah minimalis dengan desain klasik itu menandakan bahwa rumah itu sudah sangat lama berdiri, karena merupakan peninggalan dari sang Kakek.

   Aisyah dan sang Tante langsung turun dari mobil. Sedangkan Rendi yang sudah terlebih dulu turun, mulai mengeluarkan semua barang-barang milik keponakannya dibantu oleh sang supir. 

   "Alhamdulillah, akhirnya kita tiba di rumah dengan selamat," ucap Aisyah yang terlihat tidak berkedip menatap ke sekeliling rumah yang telah lama ia tinggalkan. Dan bisa dilihatnya orang tuanya yang baru saja membuka pintu rumah bersama dengan pasangan suami istri yang tidak dikenalnya berjalan ke arahnya. 

   "Assalamualaikum Abi, Umi," ucap Aisyah yang berjalan mendekati orang tuanya yang sangat dihormarti dan disayanginya tersebut. Kemudian ia langsung mencium penuh takdim punggung tangan dan telapak tangan dari kedua orang tuanya.

   "Wa'alaikumsalam," jawab Rendi dan Mila bersamaan. Lalu Mila langsung memeluk erat putrinya yang sangat dirindukannya. "Alhamdulillah kamu sudah tiba dengan selamat, Nak!"

   "Sedangkan Rendi hanya mengusap lembut kepala putrinya yang tertutupi hijab. "Akhirnya kamu pulang putriku, Alhamdulillah tidak ada halangan apapun dan kamu bisa tiba di rumah dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun," ucap Rendi yang beralih melirik ke arah sahabat baiknya.

   "Sapa teman Abi, putriku. Dia adalah Ryan Atmadja dan istrinya yang akan menjadi mertuamu. Karena Abi akan menikahkanmu dengan putra dari sahabat Abi yang bernama Adyaksa Ramadhan Atmadja."

   Mendengar perkataan dari Abinya yang mengatakan akan menikahkannya saat dirinya bahkan baru kembali dari pondok pesantren, membuat Aisyah refleks melangkah mundur satu langkah. Rasa tidak percaya dan terkejut yang teramat sangat dirasakannya begitu mendengar perkataan dari Abinya. 

   Aisyah hanya bisa mengungkapkan kesedihannya di dalam hatinya dengan berkeluh kesah pada sang pencipta-Nya.

   'Ya Allah, ternyata inilah yang membuat hatiku daritadi merasa sangat gelisah. Apakah aku harus pasrah dengan rencana Abi mengenai hidupku yang sudah dijodohkan dengan seorang pria yang merupakan putra dari sahabatnya? Apakah aku harus menerima dengan ikhlas perjodohan ini? Sementara aku masih belum siap untuk menikah. Apakah ini semua adalah rencana-Mu untuk hidupku ya Allah?' Jerit batin Aisyah.

TBC ...

   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status