Share

16 – Menunggu Jawaban

Shen Shen sibuk menutupi wajahnya dengan helaian-helaian rambutnya yang panjang. Sebisa mungkin ia tak ingin wajahnya tertangkap oleh lima orang yang beberapa saat lalu membahas tentang dirinya dan Yang Zi. Ketika Zhou Fu mengatakan padanya bahwa Zhou Fu akan menghabisi mereka semua, Shen Shen menginjak kaki Zhou Fu sembari menggeleng-gelengkan kepala.

“Percaya padaku, kita lebih baik diam saja dan tidak memberi reaksi!” Shen Shen berbicara nyaris tanpa suara.

“Sialan, harusnya aku tak perlu izin padamu tadi!” Zhou Fu mencengkeram tangannya kuat-kuat. Geram karena ia gagal berkelahi. Padahal akan sangat menyenangkan jika ia bisa berkelahi. Apa daya, Shen Shen melarangnya dan ia harus menuruti apa kata perempuan tersebut.

Sejatinya, Zhou Fu sudah memegang janji pada kakeknya untuk menurut pada Shen Shen jika ia dicegah untuk berkelahi. ‘Janji, bagaimanapun sulitnya ditepati tetap harus ditepati. Dengan demikian, kau akan disebut pria sejati’ begitulah kata-kata kakek Li Xian yang sering muncul di kepala Zhou Fu.

”Ngomong-ngomong, mengapa kakekku sangat percaya padamu melebihi ia percaya padaku? Mengapa justru aku yang harus menurut padamu, bukan sebaliknya?” Zhou Fu memicingkan matanya pada Shen Shen yang masih sibuk menutupi wajah.

Shen Shen menoleh sedikit ke arah Zhou Fu, ketika ia hendak menjawab pertanyaan tersebut, segerombolan pelayan datang ke meja mereka.

“Tuan muda, ini pesanan tuan dan nona, selamat menikmati…” Ucap seorang kepala pelayan yang kini sudah berada di samping meja Zhou Fu dan Shen Shen. Pelayan tersebut melempar senyum pada Shen Shen dan Zhou Fu secara bergantian. Kepalanya menggeleng-geleng beberapa kali selagi ia mengamati raut muka Shen Shen yang masam.

“Ehm, apakah kalian sepasang kekasih yang sedang bertengkar? Ah, semoga hidangan ini bisa menghangatkan suasana hati kalian ya!” kepala pelayan itu mengira jika wajah Shen Shen yang masam dan sedikit tegang adalah karena bertengkar dengan pria yang bersamanya, yaitu Zhou Fu. Kepala pelayan pun menepuk-nepuk pundak Shen Shen sekaligus melempar senyum sebelum ia kembali ke dapur.

“Kekasih?” Zhou Fu mengangkat alis dan menolehkan kepala pada Shen Shen, ekspresinya menjelaskan jika Zhou Fu butuh penjelasan dari Shen Shen tentang definisi kekasih.

“Makan dulu, nanti kujelaskan,” jawab Shen Shen dengan raut muka cemberut, berdua bersama dengan remaja hutan seperti Zhou Fu membuat Shen Shen harus menjelaskan tentang banyak hal yang seharusnya sepele.

“Ingat, kau juga belum menjelaskan tentang apa itu wanita penghibur!” Zhou Fu mengingatkan kembali sebab Shen Shen tampak menghindari untuk menjelaskan istilah tersebut sementara Zhou Fu sudah terlanjur penasaran begitu istilah itu diucapkan Shen Shen di penginapan.

“Jangan memandangiku, arahkan wajahmu ke meja! Lihat ada banyak hidangan yang kau senangi!” Shen Shen kembali mengelak untuk menjelaskan tentang wanita penghibur. Baginya, penjelasan tentang hal tersebut akan sulit dimengerti Zhou Fu sebab remaja tersebut sepertinya bahkan tidak memiliki hasrat pada perempuan.

Zhou Fu mengarahkan pandangannya ke meja makan, dua bola matanya membesar ketika melihat ada banyak sekali hidangan makanan yang disajikan. Untuk sejenak, Zhou Fu melupakan istilah-istilah yang tadi mengganggu kepalanya. Ia bahkan juga lupa pada kekecewaannya akibat gagal berkelahi dengan lima orang yang duduk di seberangnya. Sebaliknya, suasana hatinya berubah menjadi sangat ceria begitu melihat aneka masakan yang tersaji di meja makan.

***

“Setelah ini kita berpencar. Aku akan kembali ke markas untuk memberi laporan jika tak ada perempuan yang tersesat di Dozhu! Sementara itu, kalian bertiga silakan melanjutkan pencarian tiga pendekar dari sekte Sungai Utara, keluarlah dari pulau ini dan sisir pulau-pulau terdekat,” seorang yang sepertinya paling senior memberi perintah pada teman-temannya.

“Baik, Kakak! Apakah kakak akan pergi ke pelabuhan sekarang juga?” tanya seorang anggota yang sepertinya paling muda dan paling jarang bicara sebelumnya.

“Tidak, kapal di pelabuhan akan berangkat nanti malam. Setidaknya aku akan berkeliling sambil mengumpulkan informasi tambahan. Tapi, ada baiknya kita berpisah di sini! Long, ayo kau ikut aku!” senior tersebut beranjak berdiri sambil mengajak seseorang yang ia panggil dengan sebutan Long.

Tiga orang yang tersisa lantas berdiri memberi salam perpisahan. Mereka duduk kembali setelah memberi b**a-basi perpisahan kepada dua rekannya yang saat itu sudah berjalan keluar dari rumah makan.

“Bagaimana ini? Kudengar pulau Jidong adalah pulau paling ujung yang dihuni manusia. Jika kita melanjutkan perjalanan lebih jauh, kita tak mungkin bertemu peradaban manusia lagi. Apakah menurut kalian seorang gadis bangsawan yang manja bisa bertahan hidup sendirian jika ia tersesat di pulau tak berpenghuni?” salah seorang membuka percakapan begitu dua seniornya sudah lenyap dari pandangan.

“Ya, apalagi kapal-kapal di pelabuhan tak memiliki jalur menuju ke pulau yang lebih dalam dari pulau ini. Ah, ini adalah misi yang menyebalkan!” jawab seorang lainnya.

Mendengar orang-orang masih meributkan Shen Shen, Zhou Fu yang masih asyik menggerogoti ayam panggang lantas menyenggol pundak Shen Shen dengan sikunya sembari bertanya pelan, “mengapa orang terlalu mengurusi hidupmu? Apakah keberadaanmu dan keluargamu sangat berpengaruh di Caihong?”

“Kabarnya, ayahku akan diangkat menjadi gubernur dalam waktu dekat. Sepertinya ada pihak yang kebakaran jenggot karenah hal tersebut. Entahlah, itu hanya kecurigaanku yang sementara dan tak berdasar,” jawab Shen Shen yang juga berbicara dengan suara yang cukup pelan.

“Hey, bocah-bocah… Kelihatannya kalian bukan penduduk asli Dozhu. Dari mana asal kalian?”

Zhou Fu mendongak ke arah seseorang yang mengajaknya berbicara sementara Shen Shen kaget seperti tersengat aliran listrik. Gadis itu membiarkan rambut panjangnya terurai jatuh demi menenggelamkan wajahnya dari si penanya.

Begitu melihat siapa yang bertanya, Zhou Fu menghela napas panjang sebab si penanya itu ternyata memang benar adalah salah satu anggota dari kelompok yang mencari keberadaan Shen Shen. Tiga orang tersebut sepertinya hendak keluar dari rumah makan tetapi satu dari mereka tampak tertarik dengan keberadaan Zhou Fu dan Shen Shen yang memang terlihat seperti orang asing di Dozhu.

Zhou Fu tak terbiasa berbohong, matanya melirik ke atas lalu ke bawah, ia sedikit kebingungan menjawab pertanyaan yang sebenarnya tak sulit untuk dijawab itu.

“Oh ya, aku bukan berasal dari Dozhu!” jawab Zhou Fu singkat, ia khawatir jika jawabannya terlalu panjang ia akan membuat kesalahan.

“Begitukah, dari mana kalian berasal? Kalian cukup muda untuk berkelana berdua saja,” pria tersebut melanjutkan pertanyannya. Menginterogasi beberapa orang asing adalah salah satu kebiasaannya sebab kelompok mereka memang ditugaskan untuk mengumpulkan informasi.

“Aku? Aku berasal dari pulau Youhi…”

Shen Shen menginjak kaki Zhou Fu kuat-kuat, membuat Zhou Fu menelan ludah dan menghentikan ucapannya untuk sesaat.

“Pulau Youhi??? Ha ha ha, sepertinya bocah ini belum bangun dari tidurnya! Semua orang juga tahu jika pulau tersebut tidak bisa ditinggali oleh manusia ha ha ha! Jangan coba-coba berbohong pada kami, cepat katakan dari mana kau berasal!” tiga pria tersebut saling berpandangan sebelum akhirnya mereka kembali tertawa bersama. Mereka pun jadi lebih tertarik untuk menginterogasi Zhou Fu.

“Aku sudah menjawabnya. Kalau kalian tidak percaya itu hak kalian,” jawab Zhou Fu menimpali.

“Sombong sekali bicaramu, Bocah! Lihat mataku jika aku sedang mengajak berbicara!” si pria tersebut menarik baju Zhou Fu di bagian dada, mengangkatnya dengan kekuatan penuh hingga membuat posisi Zhou Fu yang tadinya duduk kini terpaksa berdiri.

Tangan Zhou Fu mencengkeram erat, ia sudah ingin berkelahi dengan pria-pria itu tapi tentu saja ia tak akan melakukannya selama Shen Shen belum memberi izin.

“Kami tidak mengganggu tuan-tuan sekalian, silakan tinggalkan kami dan lanjutkan perjalanan tuan,” Zhou Fu berbicara dengan nada yang dibuat sesantai dan setenang mungkin.

“Bagaimana jika kami yang justru ingin mengganggu kalian? Ha ha ha!” pria tersebut menyeringai disambut dengan gelak tawa dua teman lainnya.

“Benar, sepertinya aku juga butuh hiburan. Mari kita beri pelajaran bocah congkak ini!” rekan dari pria yang mencengkeram baju Zhou Fu menimpali.

Zhou Fu melirik ke arah Shen Shen, ia berharap gadis itu segera mengatakan kalimat yang sudah ia tunggu dari tadi.

-------- Halo, Novel ini bab 1-110 isi babnya puanjang-panjang sehingga harga koin lebih mahal, padahal keseruan cerita justru ada di bab setelah 110. Nah, khusus untuk bab 1-110 kalian bisa mengaksesnya dengan sangat murah dgn cara hub ke 1n5TA9ram saya di @banin.sn, karena sayang banget kalau kalian stop baca sebelum membaca bab 110 ke atas. Bab 110 ke atas sudah lebih murah dan silakan baca di sini -------

Komen (19)
goodnovel comment avatar
budi yanto
ganti hape udah bab 700an hrs awal lg babnya hadeh
goodnovel comment avatar
Joni Joni
lanjutannya
goodnovel comment avatar
Willa Sastrawiguna
kereeen,,lanjuttt suhu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status