Shen Shen sibuk menutupi wajahnya dengan helaian-helaian rambutnya yang panjang. Sebisa mungkin ia tak ingin wajahnya tertangkap oleh lima orang yang beberapa saat lalu membahas tentang dirinya dan Yang Zi. Ketika Zhou Fu mengatakan padanya bahwa Zhou Fu akan menghabisi mereka semua, Shen Shen menginjak kaki Zhou Fu sembari menggeleng-gelengkan kepala.
“Percaya padaku, kita lebih baik diam saja dan tidak memberi reaksi!” Shen Shen berbicara nyaris tanpa suara.
“Sialan, harusnya aku tak perlu izin padamu tadi!” Zhou Fu mencengkeram tangannya kuat-kuat. Geram karena ia gagal berkelahi. Padahal akan sangat menyenangkan jika ia bisa berkelahi. Apa daya, Shen Shen melarangnya dan ia harus menuruti apa kata perempuan tersebut.
Sejatinya, Zhou Fu sudah memegang janji pada kakeknya untuk menurut pada Shen Shen jika ia dicegah untuk berkelahi. ‘Janji, bagaimanapun sulitnya ditepati tetap harus ditepati. Dengan demikian, kau akan disebut pria sejati’ begitulah kata-kata kakek Li Xian yang sering muncul di kepala Zhou Fu.
”Ngomong-ngomong, mengapa kakekku sangat percaya padamu melebihi ia percaya padaku? Mengapa justru aku yang harus menurut padamu, bukan sebaliknya?” Zhou Fu memicingkan matanya pada Shen Shen yang masih sibuk menutupi wajah.
Shen Shen menoleh sedikit ke arah Zhou Fu, ketika ia hendak menjawab pertanyaan tersebut, segerombolan pelayan datang ke meja mereka.
“Tuan muda, ini pesanan tuan dan nona, selamat menikmati…” Ucap seorang kepala pelayan yang kini sudah berada di samping meja Zhou Fu dan Shen Shen. Pelayan tersebut melempar senyum pada Shen Shen dan Zhou Fu secara bergantian. Kepalanya menggeleng-geleng beberapa kali selagi ia mengamati raut muka Shen Shen yang masam.
“Ehm, apakah kalian sepasang kekasih yang sedang bertengkar? Ah, semoga hidangan ini bisa menghangatkan suasana hati kalian ya!” kepala pelayan itu mengira jika wajah Shen Shen yang masam dan sedikit tegang adalah karena bertengkar dengan pria yang bersamanya, yaitu Zhou Fu. Kepala pelayan pun menepuk-nepuk pundak Shen Shen sekaligus melempar senyum sebelum ia kembali ke dapur.
“Kekasih?” Zhou Fu mengangkat alis dan menolehkan kepala pada Shen Shen, ekspresinya menjelaskan jika Zhou Fu butuh penjelasan dari Shen Shen tentang definisi kekasih.
“Makan dulu, nanti kujelaskan,” jawab Shen Shen dengan raut muka cemberut, berdua bersama dengan remaja hutan seperti Zhou Fu membuat Shen Shen harus menjelaskan tentang banyak hal yang seharusnya sepele.
“Ingat, kau juga belum menjelaskan tentang apa itu wanita penghibur!” Zhou Fu mengingatkan kembali sebab Shen Shen tampak menghindari untuk menjelaskan istilah tersebut sementara Zhou Fu sudah terlanjur penasaran begitu istilah itu diucapkan Shen Shen di penginapan.
“Jangan memandangiku, arahkan wajahmu ke meja! Lihat ada banyak hidangan yang kau senangi!” Shen Shen kembali mengelak untuk menjelaskan tentang wanita penghibur. Baginya, penjelasan tentang hal tersebut akan sulit dimengerti Zhou Fu sebab remaja tersebut sepertinya bahkan tidak memiliki hasrat pada perempuan.
Zhou Fu mengarahkan pandangannya ke meja makan, dua bola matanya membesar ketika melihat ada banyak sekali hidangan makanan yang disajikan. Untuk sejenak, Zhou Fu melupakan istilah-istilah yang tadi mengganggu kepalanya. Ia bahkan juga lupa pada kekecewaannya akibat gagal berkelahi dengan lima orang yang duduk di seberangnya. Sebaliknya, suasana hatinya berubah menjadi sangat ceria begitu melihat aneka masakan yang tersaji di meja makan.
***
“Setelah ini kita berpencar. Aku akan kembali ke markas untuk memberi laporan jika tak ada perempuan yang tersesat di Dozhu! Sementara itu, kalian bertiga silakan melanjutkan pencarian tiga pendekar dari sekte Sungai Utara, keluarlah dari pulau ini dan sisir pulau-pulau terdekat,” seorang yang sepertinya paling senior memberi perintah pada teman-temannya.
“Baik, Kakak! Apakah kakak akan pergi ke pelabuhan sekarang juga?” tanya seorang anggota yang sepertinya paling muda dan paling jarang bicara sebelumnya.
“Tidak, kapal di pelabuhan akan berangkat nanti malam. Setidaknya aku akan berkeliling sambil mengumpulkan informasi tambahan. Tapi, ada baiknya kita berpisah di sini! Long, ayo kau ikut aku!” senior tersebut beranjak berdiri sambil mengajak seseorang yang ia panggil dengan sebutan Long.
Tiga orang yang tersisa lantas berdiri memberi salam perpisahan. Mereka duduk kembali setelah memberi b**a-basi perpisahan kepada dua rekannya yang saat itu sudah berjalan keluar dari rumah makan.
“Bagaimana ini? Kudengar pulau Jidong adalah pulau paling ujung yang dihuni manusia. Jika kita melanjutkan perjalanan lebih jauh, kita tak mungkin bertemu peradaban manusia lagi. Apakah menurut kalian seorang gadis bangsawan yang manja bisa bertahan hidup sendirian jika ia tersesat di pulau tak berpenghuni?” salah seorang membuka percakapan begitu dua seniornya sudah lenyap dari pandangan.
“Ya, apalagi kapal-kapal di pelabuhan tak memiliki jalur menuju ke pulau yang lebih dalam dari pulau ini. Ah, ini adalah misi yang menyebalkan!” jawab seorang lainnya.
Mendengar orang-orang masih meributkan Shen Shen, Zhou Fu yang masih asyik menggerogoti ayam panggang lantas menyenggol pundak Shen Shen dengan sikunya sembari bertanya pelan, “mengapa orang terlalu mengurusi hidupmu? Apakah keberadaanmu dan keluargamu sangat berpengaruh di Caihong?”
“Kabarnya, ayahku akan diangkat menjadi gubernur dalam waktu dekat. Sepertinya ada pihak yang kebakaran jenggot karenah hal tersebut. Entahlah, itu hanya kecurigaanku yang sementara dan tak berdasar,” jawab Shen Shen yang juga berbicara dengan suara yang cukup pelan.
“Hey, bocah-bocah… Kelihatannya kalian bukan penduduk asli Dozhu. Dari mana asal kalian?”
Zhou Fu mendongak ke arah seseorang yang mengajaknya berbicara sementara Shen Shen kaget seperti tersengat aliran listrik. Gadis itu membiarkan rambut panjangnya terurai jatuh demi menenggelamkan wajahnya dari si penanya.
Begitu melihat siapa yang bertanya, Zhou Fu menghela napas panjang sebab si penanya itu ternyata memang benar adalah salah satu anggota dari kelompok yang mencari keberadaan Shen Shen. Tiga orang tersebut sepertinya hendak keluar dari rumah makan tetapi satu dari mereka tampak tertarik dengan keberadaan Zhou Fu dan Shen Shen yang memang terlihat seperti orang asing di Dozhu.
Zhou Fu tak terbiasa berbohong, matanya melirik ke atas lalu ke bawah, ia sedikit kebingungan menjawab pertanyaan yang sebenarnya tak sulit untuk dijawab itu.
“Oh ya, aku bukan berasal dari Dozhu!” jawab Zhou Fu singkat, ia khawatir jika jawabannya terlalu panjang ia akan membuat kesalahan.
“Begitukah, dari mana kalian berasal? Kalian cukup muda untuk berkelana berdua saja,” pria tersebut melanjutkan pertanyannya. Menginterogasi beberapa orang asing adalah salah satu kebiasaannya sebab kelompok mereka memang ditugaskan untuk mengumpulkan informasi.
“Aku? Aku berasal dari pulau Youhi…”
Shen Shen menginjak kaki Zhou Fu kuat-kuat, membuat Zhou Fu menelan ludah dan menghentikan ucapannya untuk sesaat.
“Pulau Youhi??? Ha ha ha, sepertinya bocah ini belum bangun dari tidurnya! Semua orang juga tahu jika pulau tersebut tidak bisa ditinggali oleh manusia ha ha ha! Jangan coba-coba berbohong pada kami, cepat katakan dari mana kau berasal!” tiga pria tersebut saling berpandangan sebelum akhirnya mereka kembali tertawa bersama. Mereka pun jadi lebih tertarik untuk menginterogasi Zhou Fu.
“Aku sudah menjawabnya. Kalau kalian tidak percaya itu hak kalian,” jawab Zhou Fu menimpali.
“Sombong sekali bicaramu, Bocah! Lihat mataku jika aku sedang mengajak berbicara!” si pria tersebut menarik baju Zhou Fu di bagian dada, mengangkatnya dengan kekuatan penuh hingga membuat posisi Zhou Fu yang tadinya duduk kini terpaksa berdiri.
Tangan Zhou Fu mencengkeram erat, ia sudah ingin berkelahi dengan pria-pria itu tapi tentu saja ia tak akan melakukannya selama Shen Shen belum memberi izin.
“Kami tidak mengganggu tuan-tuan sekalian, silakan tinggalkan kami dan lanjutkan perjalanan tuan,” Zhou Fu berbicara dengan nada yang dibuat sesantai dan setenang mungkin.
“Bagaimana jika kami yang justru ingin mengganggu kalian? Ha ha ha!” pria tersebut menyeringai disambut dengan gelak tawa dua teman lainnya.
“Benar, sepertinya aku juga butuh hiburan. Mari kita beri pelajaran bocah congkak ini!” rekan dari pria yang mencengkeram baju Zhou Fu menimpali.
Zhou Fu melirik ke arah Shen Shen, ia berharap gadis itu segera mengatakan kalimat yang sudah ia tunggu dari tadi.
-------- Halo, Novel ini bab 1-110 isi babnya puanjang-panjang sehingga harga koin lebih mahal, padahal keseruan cerita justru ada di bab setelah 110. Nah, khusus untuk bab 1-110 kalian bisa mengaksesnya dengan sangat murah dgn cara hub ke 1n5TA9ram saya di @banin.sn, karena sayang banget kalau kalian stop baca sebelum membaca bab 110 ke atas. Bab 110 ke atas sudah lebih murah dan silakan baca di sini -------
Pria yang mencengkeram pakaian Zhou Fu itu menarik tangannya dan membuat wajahnya hanya berjarak satu kepalan tangan dari wajah Zhou Fu. Pria itu kian menyeringai lebar ketika mendapati tubuh Zhou Fu tak mengeluarkan aura apapun yang menandakan bahwa Zhou Fu adalah remaja biasa tanpa ilmu bela diri sedikit pun.Braaaakkk……Tubuh Zhou Fu dihantamkan ke meja makan hingga membuat punggungnya berbenturan dengan aneka hidangan yang tadinya ia makan bersama Shen Shen. Seluruh hidangan di meja itu pun kini telah berantakan tak berbentuk. Meja makan pun pecah terbelah menjadi dua bagian. Zhou Fu terjatuh ke lantai dengan posisi telentang sedang Shen Shen seperti orang kebingungan dan ketakutan. Tangan Zhou Fu mengepal semakin kuat, tapi sebagian tubuhnya masih menyimpan kesabaran.“Hei perempuan, apakah kau juga ingin mendapat giliran seperti kekasihmu yang lemah ini?” Pria itu maju selangkah mendekati Shen Shen, tangan pria itu menjul
Desa Shuiyang adalah desa yang lebih maju daripada desa Dozhu sebab sepertinya Shuiyang menjadi pusat perekonomian di pulau Jidong. Berbeda dengan Dozhu yang dipadati rumah penduduk, bangunan-bangunan di Shuiyang lebih didominasi oleh penginapan, rumah makan, toko oleh-oleh dan tempat-tempat hiburan.Zhou Fu memilih untuk tidak terburu-buru agar ia bisa sedikit lebih menikmati perjalanan pertamanya di luar pulau terpencil. Segala hal yang ia lihat merupakan sesuatu yang baru dan ia merasa perlu untuk mengenalkan dirinya dengan hal-hal baru yang ditemuinya tersebut. Lagipula, kapal baru akan berangkat malam nanti, sementara hari itu masih baru beranjak senja. Tentu Zhou Fu masih memiliki beberapa jam sebelum kapal berangkat berlayar.Di lain sisi, Shen Shen sedang dimasukkan ke dalam sebuah tempat hiburan oleh tiga pria yang menculiknya. Satu pria membawa Shen Shen masuk sementara dua lainnya seperti berjaga-jaga di luar bangunan. Si pemilik tempat hiburan tampak begitu
“Jika kapal tersebut sudah melaju sekitar satu jam sebelumnya, berapa jauh jarak antara kapal ini dan kapal tersebut?” Zhou Fu bertanya untuk memastikan satu hal.Petugas kapal nampak berpikir beberapa saat lalu menjelaskan beberapa kemungkinan jarak kapal yang dimaksud Zhou Fu. Ia tak bisa memberi satu jawaban pasti karena laju kapal bisa dipengaruhi oleh beberapa hal.“Hem… Dengan jarak seperti itu, kukira aku masih bisa memanfaatkan kekuatanku,” Zhou Fu menjawab penjelasan petugas kapal dengan anggukan kepala pelan sembari dua tangan menyilang di dada. Ia sedang menghitung berapa kecepatan yang ia butuhkan untuk bisa menyusul kapal Shen Shen dengan cara berlari di atas air.Kemampuan berlari di atas air biasanya baru dikuasai oleh pendekar-pendekar yang sudah berusia di atas tiga puluh tahun karena hal tersebut berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menaikkan tingkatan tenaga dalamnya. Zhou Fu termasuk remaja yang beruntun
“A… Apakah itu artinya ada tamu lain di kapal ini?” salah seorang penculik Shen Shen bergumam khawatir, tangannya yang sudah membuka selongsong pedang nampak terlihat gemetaran antara takut dan kedinginan.Lima orang pendekar yang menculik Shen Shen memang memiliki kemampuan bela diri yang tak terlalu tinggi. Hal tersebut terbukti ketika tubuh mereka tidak bisa menahan sergapan aura dingin yang masih menggelayut entah dari mana datangnya.“Bbbbocah, bagaimana kau bisa masuk ke kapal ini? Apakah kau membawa orang lain bersamamu?” si pemimpin kelompok bertanya pada Zhou Fu yang berdiri dengan tatapan siaga.“Aku baru saja hendak bertanya pada kalian, siapa yang melepaskan aura dingin ini. Jelas ini bukan milik kalian berlima,” jawab Zhou Fu tak kalah penasaran dengan lima pendekar penculik Shen Shen.“Dia tampak sama sekali tak terpengaruh dengan hawa dingin ini, apakah dia memang kuat atau dia adalah kawan d
Rao Guohoa adalah salah satu pendekar berpengaruh di organisasi Kelelawar Merah, sebuah organisasi hitam yang memiliki markas di wilayah bebas hukum di daratan Caihong. Negeri Caihong merupakan sebuah negeri yang memiliki daratan paling luas di antara yang lain, di dalamnya ada sebuah wilayah khusus yang disebut sebagai wilayah bebas hukum Caihong. Wilayah bebas hukum Caihong adalah sebuah daratan luas yang dipisah oleh sungai Juda. Sungai seluas tiga kilo meter itu berhasil membuat daratan yang dibelahnya menjadi sebuah wilayah terisolir. Wilayah tersebut kemudian menjadi lokasi bersarangnya beberapa sekte dan organisasi hitam.Daratan Caihong sendiri memiliki jarak setara dengan berjalan kaki selama enam bulan dengan pulau Jidong. Keberadaan Rao Guohoa di sekitar pulau Jidong menandakan jika organisasi Kelelawar Merah sudah berhasil melakukan perluasan wilayah dan kemungkinan besar Rao Guohoa diangkat menjadi pemimpin di wilayah baru.Tak diketahui dengan jelas
Sesaat ketika Rao Guohoa melepaskan serangan terakhirnya, Zhou Fu sempat melihat jika Rao Guohoa terkulai tak sadarkan diri. Karena tubuhnya berada di udara, Rao Guohoa pun jatuh dari ketinggian dengan laju kecepatan yang tinggi. Pedang Rao Guohoa terjun bebas mendahului pemiliknya, dan Zhou Fu menangkap pedang tersebut dengan sempurna.Anehnya, Zhou Fu tak mendengar suara tubuh tercebur air. Mata Zhou Fu pun menyisir ke segala arah, tetapi hanya remah-remah kapal yang nampak. Jika tubuh Rao Guohoa jatuh ke air, tentu telinganya mendengar meski jika pada saat yang bersamaan kebetulan matanya tak sedang melihat. Baik mata maupun telinga Zhou Fu, tak menangkap kejadian Rao Guohoa jatuh ke air.“Perempuan itu masih hidup,” Zhou Fu berbisik pada Shen Shen begitu menyadari ada aura dingin yang sekelebat melewati tubunya. Bulu kuduk Zhou Fu berdiri, bukan karena takut tetapi karena aura dingin yang lewat itu nyatanya lebih pekat dari beberapa saat sebelumnya.
Jika dilihat dari atas awan, Dengguang akan nampak seperti sebuah titik yang berada di tengah-tengah beberapa pulau. Karena lokasinya yang strategis, Dengguang dikelola oleh seorang saudagar kaya untuk dijadikan sebagai sebuah persinggahan sementara untuk kapal-kapal yang mengalami keadaan darurat. Tak hanya bermanfaat ketika ada kapal yang mengalami keadaan darurat, Dengguang juga biasa digunakan sebagai tempat beristirahat sementara untuk kapal-kapal yang melakukan pelayaran jarak jauh.Di Dengguang, seorang penumpang kapal bisa turun dari suatu kapal dan berganti menaiki kapal lain jika memang ada yang ingin melakukan perubahan arah perjalanan. Semua orang bebas berlayar ke mana saja asal mereka memiliki uang yang cukup untuk membayar biaya perjalanan.“Tuan muda, kita sudah hampir sampai ke Dengguang,” salah seorang petugas kapal membangunkan Zhou Fu dengan sangat sopan. Jika saja Zhou Fu tidak sedang tidur dalam kondisi siaga, ia tak akan terbangun han
Shen Shen mengusap keringat yang mulai mengucur di dahinya, sesekali ia juga melirik Zhou Fu yang sedang sibuk berlatih mengayun-ayunkan pedang. Ada sebuah ekspresi kesal yang nampak di wajah Shen Shen ketika lirikannya sama sekali tak membuat Zhou Fu bereaksi. Selagi Shen Shen mencuri-curi pandang, sedetik pun Zhou Fu tak pernah mengarahkan matanya pada Shen Shen. Zhou Fu sedang menikmati mainan barunya yaitu pedang pusaka milik Rao Guohoa.Usaha Shen Shen untuk mendapatkan perhatian dari Zhou Fu tak membuahkan hasil. Karena merasa triknya tak bekerja, Shen Shen terpaksa mengubah strategi, ia pun menarik napas panjang sebelum meneriakkan sebuah kalimat panjang pada Zhou Fu.“Kita sudah mengapung di sini cukup lama! Matahari kini berada tepat di atas kepala, dan kita hanya mengapung di sini tanpa melakukan apa-apa? Kau masih waras bukan?” Shen Shen memanyunkan bibirnya karena tak bisa menahan kesal, “aku benci panas. Aku benci berkeringat! Aku juga la