Di dalam aula raja. Raja Bethort duduk di singgahsana, sedang memandangi kristal es berbentuk simbol api di tangannya. Ekspresinya lesu, hatinya merasakan kesedihan sekaligus kemarahan pada saat bersamaan. Namun ketika dingin dari kristal es menyentuh kulitnya, itu juga menyentuh hatinya, amarahnya menghilang menyisakan kesedihan yang mendalam.
Gambaran seorang gadis cantik berrambut merah dengan gaun istana muncul dalam pikirannya, gadis itu tersenyum bahagia ke arah Raja Bethort sambil memegang sebuah kristal es seukuran koin berbentuk simbol api. “Ayah! Lihat! Lihat! Aku sekarang dapat menggunakan es ku membentuk sesuatu yang baru!“ Raja Bethort tersenyum hangat menanggapi putrinya yang ke girangan seolah telah melakukan pencapaian besar. “Hoho… kerja bagus Luna, ini sangat cantik seperti dirimu. Tapi… kenapa itu berbentuk api?“ tanya sang raja. gadis itu menyodorkan kristal es kepada sang raja. “Tentu saja karena Ini untukmu ayah! Lihatlah, bukankah aku cukup terampil. Akhirnya sekarang aku bisa membuat hal lain selain es batu.“ keduanya tertawa bersama setelah itu, tawa yang menggema bukan dalam ruangan tapi dalam pikiran sang raja. Flame Lord. Seorang raja yang sangat dihormati, bukan hanya karena wibawa, tetapi kekuatannya yang nyata. Bukan hanya di dalam kerajaan, namun dalam medan perang ia kerap kali turun tangan dalam garda terdepan. Setiap peperangan, apinya yang berkobar terang juga membangkitkan semangat juang prajurit-prajuritnya dan membunuh keyakinan para musuhnya. Namun kini… api itu telah padam. Istri Flame Lord, Ratu Diana meninggal setelah melahirkan anak mereka yaitu Putri Luna. Membuat Luna besar hanya dalam asuhan para pelayan istana dan ayahnya, tanpa pernah merasakan sentuhan hangat kasih sayang seorang ibu. Kehilangan istrinya sudah menjadi pukulan berat baginya waktu itu, dan sekarang anaknya, sekaligus satu-satunya keluarga yang ia miliki menghilang tanpa tau bagaimana kondisinya. “Aku benar-benar ayah yang buruk…" Sementara itu di taman kerajaan yang luas, para prajurit dan pelayan melakukan pekerjaannya. “Hei… kudengar raja meminta bantuan Guildmaster ketiga Guild besar, daripada mengerahkan prajurit.“ ucap salah satu prajurit bertombak yang sedang berjaga sekitar taman. “Tapi sebenarnya bukankah itu hal bagus, pekerjaan kita akan jadi lebih ringan. Aku takut akan di ikut sertakan dalam pencarian, menjadi penjaga saja sudah sangat berat, apalagi melakukan hal seperti itu… kemungkinan terburuknya kita bisa mati!” prajurit di sebelah nya menanggapi dengan nada lesu. Siang itu, angin berhembus seperti biasa, dalam ketenangan, suara langkah kaki dua orang terdengar pelan di jalan setapak taman. Seorang jendral botak utusan raja berjalan bersama seorang wanita bertato. Kedua prajurit itu reflek menoleh dan melihat diam-diam wanita yang berjalan dengan jendral. “Hei… siapa wanita yang bersama jendral raven itu? Bukankah menurutmu dia sangat menawan, dia… seperti tipeku!“ ucap prajurit yang baru saja mengeluh tentang pekerjaan, kini ia kembali bersemangat. Prajurit di sebelah nya menanggapi dengan nada tidak percaya. “Sungguh? Apa kau gila! Apa kau tidak tahu dia adalah Guildmaster Valhalla, Cecilia Marina! Bagaimana mungkin kau menyukainya, dia Guildmaster Guild terbesar di kerajaan ini. Maksudku lihatlah dirimu… kau bahkan bukan master Arcana.“ Jendral Raven dan wanita itu berhenti di depan pintu. Kemudian dua jendral yang di perintahkan sebelumnya juga terlihat bersama dua pria menyusul sebelum akhirnya mereka berkumpul. Jarak ketiga Guild sebenarnya sangat jauh, namun menggunakan gerbang warp, hanya membutuhkan beberapa jam bagi mereka untuk sampai di kerajaan. Sebelum memasuki ruangan, ketiga Guildmaster yang akhirnya bertemu saling memandang sinis. Kemudian, tak berselang lama setelahnya, pintu aula yang berukuran delapan belas kaki perlahan terbuka membuat Raja Bethort keluar dari pikirannya. Ketiga jendral masuk dengan para Guildmaster dari ketiga Guild, dua pria dan satu wanita. Mereka segera berjejer dan bertekuk lutut. Namun hanya ketiga Guildmaster yang menangkupkan tangan mereka. “Salam yang mulia!“ Raja Bethort mendongak, menyimpan kristal itu dalam saku lalu memperbaiki posisi duduknya. “Selamat datang para Guildmaster, terimakasih karena telah menanggapi panggilanku yang mendesak. Aku harap ini tidak menggangu kalian.“ Raja Bethort menyambut mereka dengan tangan yang sedikit terangkat. “Apa yang kau katakan yang mulia, tentu saja kami akan sangat senang jika bisa berguna bagi kerajaan.“ Pria paruh baya dengan luka bakar di sekitar matanya berkata dengan senyum tipis. “Sejujurnya… ini bukan permintaan agung. Ini lebih seperti masalah pribadi ku.“ Sang raja terdiam sejenak sebelum akhirnya menambahkan. “Putriku… telah menghilang.“ Ketiga Guildmaster langsung terkejut, mereka saling memandang satu sama lain sebelum akhirnya, salah seorang dari mereka yaitu pemuda tampan berambut putih bertanya dengan nada cemas. “Apa yang sebenarnya terjadi yang mulia?“ Raja Bethort terdiam sejenak sebelum akhirnya menjelaskan dengan semua yang ia ketahui. “Tidak ada yang tahu… pagi itu, pelayan menemukan jendela kamar Luna terbuka… ia menghilang, tetapi tidak ada jejak, benar-benar kosong… para pelayan dan saksi teredekat, mereka sudah di interogasi secara hati-hati, bahkan ketiga jendral kerajaan sudah mengerahkan kemampuan mereka, tapi tetap saja…” dan tiba-tiba tekanan di sekitar berubah, membuat aula bergetar seolah terjadi gempa kecil di dalam ruangan itu. Semua orang di aula sedikit panik, mereka tentu tau ini ulah siapa dan segera menenangkan sang raja. “Yang mulai! Harap tenang! Kami semua tentu akan membantu anda.“ ucap pemuda itu sambil mengangkat tangan mencoba menenangkan raja. Aula berhenti bergetar bersamaan dengan tekanan di sekitar kembali normal. “Walaupun ini permintaan pribadi ku. Aku harap kalian dapat membantuku sepenuhnya.“ ucap sang raja setelah menghela nafas panjang. Seorang wanita bertato yang berada di ujung tersenyum tipis sebelum akhirnya menimpali perkataan raja. “Tidak perlu sungkan yang mulia, jasa anda bagi negeri ini sangat besar, untuk meminta bantuan seperti ini tentu kami akan melakukannya dengan sekuat tenaga. Terlebih lagi apa yang anda katakan tentang ini masalah pribadi, sudah pasti hilangnya tuan putri adalah masalah yang cukup besar bagi kerajaan, di tambah putri adalah satu-satunya pewaris saat ini.“ ujarnya dengan nada tegas namun suaranya merdu. Semua orang di dalam aula mengangguk pelan, setuju dengan pernyataan wanita itu. Melihat orang-orangnya peduli pada putrinya, sang raja merasa lebih tenang. “Terimakasih… kau benar Cecilia.”Wuushh…Seketika tekanan di sekitar berubah, angin masuk dan berputar-putar di sekitar Guildmaster Cecilia. “Apa katamu?“ Cecilia mendesis, rahangnya mengeras.“Aku berkata… baumu amis!“ Bleum menegaskam suaranya.Tanpa aba-aba, dari atas Cecilia, pusaran angin berbentuk jangkar terlempar ke arah Bleum dengan sangat cepat. Surrfhh…Bleum menginjakkan salah satu kakinya ke lantai, kemudian sebuah tanah keras naik dari dalam lantai dan langsung membentuk dinding tanah menghalau jangkar itu.Bumbb…“Kalian berdua… sebaiknya tidak membuat keributan disini. Kita punya misi, jika memang ingin bertarung carilah tempat yang lebih baik.“ Sato dengan dingin berkata sambil tetap berjalan meninggalkan kedua orang itu.Keduanya terdiam sejenak, sebelum akhirnya Cecilia mendecakkan lidah lalu pergi. “Anggap saja kau beruntung karena ini istana, lain waktu kita bertemu, ku pastikan kau akan jadi makanan ikan.““Dalam mimpimu…” ucap Bleum meremehkan.Setelah kedua Guildmaster pergi dan hanya menyis
Tiga Guild besar. Adalah organisasi yang berisi para petualang, penuh dengan orang-orang kelas bawah maupun menengah yang rata-rata telah membentuk spiral dan ingin bertahan hidup dengan cara memanfaatkan kekuatan dan tenaga mereka. Ketiganya telah di kenal paling besar di antara Guild yang lain, dan yang terbesar adalah Guild Valhalla. Guild Valhalla terletak di pesisir pantai kerajaan Ardeal yaitu kota Marina, karena wilayah mereka sangat dekat dengan perairan, para petualang di sana biasanya mengerjakan misi dengan mengarungi lautan.Guild besar tentu saja memiliki seorang Guildmaster yang juga mempunyai kekuatan serta tanggung jawab besar. Cecilia Marina, wanita anggun berkulit tan dan selalu berpakaian menarik, dengan ciri khas tato ular melingkar di sepanjang lengan kirinya. Ia adalah seorang Arcanis tipe angin dan air, tidak di ketahui secara jelas tingkat spiral nya, namun yang pasti itu cukup tinggi, bahkan dengan pengaruh serta kekuatannya, ia berjaya menjalin kerja sama an
Di dalam aula raja. Raja Bethort duduk di singgahsana, sedang memandangi kristal es berbentuk simbol api di tangannya. Ekspresinya lesu, hatinya merasakan kesedihan sekaligus kemarahan pada saat bersamaan. Namun ketika dingin dari kristal es menyentuh kulitnya, itu juga menyentuh hatinya, amarahnya menghilang menyisakan kesedihan yang mendalam.Gambaran seorang gadis cantik berrambut merah dengan gaun istana muncul dalam pikirannya, gadis itu tersenyum bahagia ke arah Raja Bethort sambil memegang sebuah kristal es seukuran koin berbentuk simbol api.“Ayah! Lihat! Lihat! Aku sekarang dapat menggunakan es ku membentuk sesuatu yang baru!“Raja Bethort tersenyum hangat menanggapi putrinya yang ke girangan seolah telah melakukan pencapaian besar.“Hoho… kerja bagus Luna, ini sangat cantik seperti dirimu. Tapi… kenapa itu berbentuk api?“ tanya sang raja.gadis itu menyodorkan kristal es kepada sang raja. “Tentu saja karena Ini untukmu ayah! Lihatlah, bukankah aku cukup terampil. Akhirnya se
Sementara itu… di kastil megah kerajaan Ardeal, seorang pria tua dengan rambut merah menyala dan badan tegap duduk di singgahsana emas, memancarkan aura penguasa. “Yang mulia. Kami sudah melakukan pencarian selama empat hari tiga malam, tetapi…” salah satu dari tiga jendral yang berlutut, terhenti sebelum bisa menyelesaikan kata-katanya.“K-kami, tidak bisa menemukan putri Luna, dimanapun…”Krakk…Tidak sampai satu tarikan napas, tiba-tiba salah satu pilar di samping singgahsana retak, setelah kata-kata terakhir keluar dari mulut jendral. Seketika keringat dingin membasahi punggung ketiga jendral itu, mereka hanya mematung dengan nafas tertahan.“…Beraninya kalian menghadap kepada ku! Dengan tidak membawa kabar baik tentang putri ku Luna!“ suara berat terdengar mengandung kemarahan, menggema memasuki telinga para jendral.Jendral di sebelah kanan mendongak dan berkata dengan nada rendah.“Yang mulia. Kami sudah mencari nya hingga ke perbatasan utara, bahkan dengan kemampuan pelacak p
Dengan tangan di belakang punggung, ia berjalan keluar meninggalkan kabin, langkah nya santai. Tidak cepat, namun juga tidak lambat.“Bukankah sudah jelas.“Vivian terdiam sejenak.“6 spiral? Aku harap aku salah tentang pria bernama Dion ini, tapi kekuatannya mengatakan semuanya. Aku juga berharap Griffin itu bisa memberi sedikit perlawanan, mungkin aku bisa belajar beberapa hal dari pertarungan mereka.“ batinnya. Tanpa ia sadari, Dion telah jauh dari pandangannya.“Heyy! Tunggu aku!“Di depan hutan. Griffin sang penjaga harta Karun terbang melesat, mengeluarkan bola angin dari mulutnya, mengamuk menghancurkan area sekitar.Fushhh…Dumpp…mata elangnya menangkap satu sosok. Makhluk itu seketika berhenti di udara, kedua sayapnya menutup, kemudian makhluk itu terjun menuju sosok tersebut dengan cepat.“Cepat lari, itu berbahaya!“Dion tak menanggapi. Aura di sekitar seketika berubah menjadi menekan.“Sudah lama aku tidak menggunakan bela diri ini.“ Dion memasang kuda-kuda.Ia menarik n
Tangan Vivian mengepal erat, wajahnya yang basah sedikit memerah. Ia mendongak menatap Dion dengan rasa takut yang tersisa. “M-maaf!“ Dion mengangkat alisnya sedikit terkejut dengan sikap sang elf. “Hmm?“ Tersentak, Vivian menunduk memejamkan mata dan melanjutkan niatnya dengan lebih serius. “Aku. Vivian Van Millian ingin meminta maaf! Aku seharusnya tidak bersikap begitu bodoh kepada orang yang sudah menyelamatkan bukan hanya nyawa tapi juga harga diriku. Tidak bisa kubayangkan, apa yang terjadi padaku jika kau tidak datang menolong saat itu,” “Aku mohon… terimalah permintaan maaf atas sikap lancangku sebelumnya, dan terimakasih telah menyelamatkanku wahai manusia, karena ka-” “Sial, apa dia akan berpidato disini.“ batin Dion. “Berhenti.“ ucapnya pelan. Saat sedang di tengah-tengah pernyataan, Vivin tentu saja berhenti dan terkejut. “Masuklah terlebih dahulu.“ ucap Dion sambil masuk ke dalam kabin yang sudah tak layak huni. Vivian yang mendengar itu bergidik ngeri