Sementara itu… di kastil megah kerajaan Ardeal, seorang pria tua dengan rambut merah menyala dan badan tegap duduk di singgahsana emas, memancarkan aura penguasa.
“Yang mulia. Kami sudah melakukan pencarian selama empat hari tiga malam, tetapi…” salah satu dari tiga jendral yang berlutut, terhenti sebelum bisa menyelesaikan kata-katanya. “K-kami, tidak bisa menemukan putri Luna, dimanapun…” Krakk… Tidak sampai satu tarikan napas, tiba-tiba salah satu pilar di samping singgahsana retak, setelah kata-kata terakhir keluar dari mulut jendral. Seketika keringat dingin membasahi punggung ketiga jendral itu, mereka hanya mematung dengan nafas tertahan. “…Beraninya kalian menghadap kepada ku! Dengan tidak membawa kabar baik tentang putri ku Luna!“ suara berat terdengar mengandung kemarahan, menggema memasuki telinga para jendral. Jendral di sebelah kanan mendongak dan berkata dengan nada rendah. “Yang mulia. Kami sudah mencari nya hingga ke perbatasan utara, bahkan dengan kemampuan pelacak para heilhounds, kami tidak menemukan tanda-tanda keberadaan putri Luna. Saya merasa, penculiknya berisi beberapa orang, atau bahkan sebuah organisasi yang cukup besar.“ Raja kerajaan Ardeal. Bethort De Ficidel, atau biasa di kenal, Flame Lord. Adalah raja yang terkenal dengan kemampuan manipulasi api tingkat tinggi. Usianya yang memasuki senja, tidak membuatnya di remehkan, bahkan rumor yang beredar, ia telah mencapai ketinggiann yang dapat mengguncang suatu negara, yaitu tujuh spiral initial. Namun pada suatu malam, Putri Luna De Ficidel, satu-satunya anak dari Flame Lord, menghilang tanpa jejak, membuat hatinya risau tanpa bisa tidur setiap malam. Mengetahui rekannya dalam kesulitan, Jendral di sebelah kiri ikut mengangkat kepalanya dan menambahkan. “Yang mulia. Saya juga berpikir demikian. Saya menyarankan agar kita mengerahkan prajurit ke seluruh penjuru kerajaan, pencarian dengan jumlah akan lebih cepat bagi kita menemukan tuan Putri.“ Raja Bethort juga telah memikirkan hal ini sebelumnya, namun jika kabar bahwa putrinya yang menghilang menyebar sampai keluar kerajaan, ia takut hanya akan memperkeruh keadaan dan lebih membahayakan putrinya. “Bodoh! Kita bahkan tidak tau kemana Luna dibawa, jika kabar ini sampai ke telinga kerajaan sebelah, situasinya hanya akan semakin sulit “ Raja bethort menegur ketiga jendral di bawah. Membuat ketiganya kembali menunduk dan terdiam. Keheningan turun sejenak. Keheningan pecah saat Raja Bethort akhirnya bersuara. “Panggil para ketua dari ke tiga guild besar sekarang juga. Kita akan meminta bantuan mereka, ini akan lebih efektif menggunakan para petualang daripada prajurit untuk mencari Luna dalam skala lebih besar namun tetap rahasia.“ ujar Raja Bethort memerintahkan. Ketiga jendral yang berlutut menangkupkan tangan mereka. “Baik Yang Mulia!“ ucap ketiganya lalu berdiri dan mundur meninggalkan aula. Di dalam Guild Guardian, penuh dengan bermacam-macam petualang yang sedang mengambil tugas atau hanya sekedar bersantai, dan kebanyakan di antara nya adalah pria. Diantara keramaian itu, seorang petualang duduk dan mengobrol dengan empat petualang lainnya. “Hei, apa kalian tahu, aku mendengar ada harta karun yang di jaga oleh Griffin besar di hutan barat.“ ucap petualang itu sambil memegang sebotol arak. “Sungguh? Sebaiknya kau tidak membual kali ini.“ petualang lain menanggapi dengan tangan yang memegang sarung pedang. “Tapi, apa gunanya, kau hanya seorang Arcombat dua spiral dan lawanmu adalah Griffin, bukankah kau hanya akan jadi makan malam makhluk itu.“ sahut petualang berbadan gemuk mengejek. Sebelum petualang berpedang menanggapi, petualang yang memegang botol kembali berkata. “Hei-hei, sudah… aku tidak mengatakan hal ini untuk membuat kalian bertengkar, jadi maksudku adalah, bagaimana kalau kita bersama-sama mengambil harta itu?“ Petualang itu menenggak arak nya lalu melanjutkan. “Griffin itu hanya sendiri dan kita berlima adalah Arcombat yang rata-rata memiliki dua spiral initial. Bagaimana? Apa kalian tidak penasaran dengan isi harta karun itu?“ Keempat petualang itu terdiam sejenak berpikir. Namun kemudian, suara pintu terbuka. Seorang pria paruh baya dengan kumis tipis dan berpakaian mewah masuk ke ruangan itu tanpa aba-aba, ia berjalan lurus menuju meja resepsionis, membuat para petualang mengalihkan pandangan kepada nya. Ada yang terdiam, ada yang berbisik-bisik, ada yang menatap tajam ada juga yang tidak peduli dan berbagai reaksi lainnya. Di meja resepsionis, seorang gadis tersenyum hangat menyambut pria itu. “Jendral Kara! Selamat datang di Guild Guardian. Jarang sekali kami kedatangan tamu istimewa seperti mu, apa ada yang bisa saya bantu?“ ucap wanita itu dengan sopan. “Jessica… sudah lama tidak berjumpa, lihatlah dirimu, apa berat badanmu naik? Kau sedikit gemuk sekarang.“ ucap sang jendral, bercanda pada wanita itu. “Hei… jendral, sudah lama juga tak berjumpa, mulutmu jadi semakin pedas ya, dan juga lihatlah dirimu sekarang, kulihat kerutan pada wajahmu semakin banyak, Hahaha...“ ujarnya, dengan nada mengejek lalu tertawa cukup keras seolah itu hal ringan. Jendral Kara. “….“ Seisi ruangan ikut tertawa, adapula yang merasa ngeri dan hanya tersenyum kecut. Sang jendral melotot dan menoleh, aura di sekitar seketika berubah menjadi mencekam, membuat para petualang terdiam, dan hanya sedikit yang tetap santai. Jendral itu mencibir sambil melirik para petualang. “Sigh! Lihatlah orang-orang lemah ini, beraninya menertawakan seseorang penting dari kerajaan.“ Jendral Kara kembali menoleh melihat Jessica yang sedang menutupi tawanya, dan ia hanya bisa menghela nafas panjang melihat tingkah wanita di depannya. “Hei Jessica, kau juga, jangan memberikan keberanian kepada orang-orang lemah ini, dan hentikan candaanmu itu, itu tidak baik kau tahu.“ ucap sang jendral mengingatkan. “jendral… kau yang mulai duluan bukan, jadi jangan marah… hihihi” Namun setelahnya, suara serak terdengar dari lantai atas menuruni tangga. “Jessica! Jangan bersikap tidak sopan, apa yang aku ajarkan padamu tentang etika. Cepat minta maaf!“ Jessica yang mendengar itu, tertunduk lesu dan akhirnya berkata. “Baik ayah…” Ia menatap sang jendral lalu meminta maaf. “Maafkan aku jendral Kara…” Jendral Kara mengangguk dan menoleh ke arah pria paruh baya itu. “Sato… bagaimana kabarmu…” Ucapnya dengan ekspresi serius, namun ujung bibirnya melengkung. Guildmaster Guild Guardian, pria paruh baya kekar bernama Sato yang memiliki luka bakar di sekitar matanya menuruni tangga dengan wajah senang. “Kara… apa yang membawa mu kesini?“ Namun setelah melihat ekspresi serius sang jendral, Sato berdehem dan menambahkan. “Aku mengerti… Naiklah.“ Kedua pria itu naik ke ruangan atas, ruangan Guildmaster. Bingkai besar yang berisi foto dua pria muda yang sedang menginjak kepala naga terlihat terpajang jelas di dinding ruangan, bersama hiasan dinding lainnya. Mereka duduk di depan meja panjang dengan buah-buahan di tengahnya. “Aku akan langsung pada intinya. Raja membutuhkan bantuan mu.“ Sato mengernyit mengangkat alis karena kerajaan meminta bantuan. Dalam ingatannya, terakhir kali Guild ini berhubungan langsung dengan kerajaan adalah pada masa Guild ini pertama kali di bangun. “Apa maksud mu?“ Jendral kara menggelengkan kepala lalu menjelaskan dengan singkat. “Ini situasi darurat yang berhubungan dengan raja sendiri, aku tidak bisa menjelaskan secara langsung, ikutlah denganku ke istana.“ Mendengar situasinya yang tampak darurat, tanpa basa-basi, Sato mengangguk dan bergegas turun mengikuti jendral Kara. Di bawah, semua petualang memandang mereka dengan heran dan penasaran. “Ayah… kau mau kemana?“ Jesicca menegur ayahnya yang ingin melewati pintu keluar Guild. “Aku hanya akan pergi sebentar.“ kedua pria itu meninggalkan Guild dan menuju istana.Wuushh…Seketika tekanan di sekitar berubah, angin masuk dan berputar-putar di sekitar Guildmaster Cecilia. “Apa katamu?“ Cecilia mendesis, rahangnya mengeras.“Aku berkata… baumu amis!“ Bleum menegaskam suaranya.Tanpa aba-aba, dari atas Cecilia, pusaran angin berbentuk jangkar terlempar ke arah Bleum dengan sangat cepat. Surrfhh…Bleum menginjakkan salah satu kakinya ke lantai, kemudian sebuah tanah keras naik dari dalam lantai dan langsung membentuk dinding tanah menghalau jangkar itu.Bumbb…“Kalian berdua… sebaiknya tidak membuat keributan disini. Kita punya misi, jika memang ingin bertarung carilah tempat yang lebih baik.“ Sato dengan dingin berkata sambil tetap berjalan meninggalkan kedua orang itu.Keduanya terdiam sejenak, sebelum akhirnya Cecilia mendecakkan lidah lalu pergi. “Anggap saja kau beruntung karena ini istana, lain waktu kita bertemu, ku pastikan kau akan jadi makanan ikan.““Dalam mimpimu…” ucap Bleum meremehkan.Setelah kedua Guildmaster pergi dan hanya menyis
Tiga Guild besar. Adalah organisasi yang berisi para petualang, penuh dengan orang-orang kelas bawah maupun menengah yang rata-rata telah membentuk spiral dan ingin bertahan hidup dengan cara memanfaatkan kekuatan dan tenaga mereka. Ketiganya telah di kenal paling besar di antara Guild yang lain, dan yang terbesar adalah Guild Valhalla. Guild Valhalla terletak di pesisir pantai kerajaan Ardeal yaitu kota Marina, karena wilayah mereka sangat dekat dengan perairan, para petualang di sana biasanya mengerjakan misi dengan mengarungi lautan.Guild besar tentu saja memiliki seorang Guildmaster yang juga mempunyai kekuatan serta tanggung jawab besar. Cecilia Marina, wanita anggun berkulit tan dan selalu berpakaian menarik, dengan ciri khas tato ular melingkar di sepanjang lengan kirinya. Ia adalah seorang Arcanis tipe angin dan air, tidak di ketahui secara jelas tingkat spiral nya, namun yang pasti itu cukup tinggi, bahkan dengan pengaruh serta kekuatannya, ia berjaya menjalin kerja sama an
Di dalam aula raja. Raja Bethort duduk di singgahsana, sedang memandangi kristal es berbentuk simbol api di tangannya. Ekspresinya lesu, hatinya merasakan kesedihan sekaligus kemarahan pada saat bersamaan. Namun ketika dingin dari kristal es menyentuh kulitnya, itu juga menyentuh hatinya, amarahnya menghilang menyisakan kesedihan yang mendalam.Gambaran seorang gadis cantik berrambut merah dengan gaun istana muncul dalam pikirannya, gadis itu tersenyum bahagia ke arah Raja Bethort sambil memegang sebuah kristal es seukuran koin berbentuk simbol api.“Ayah! Lihat! Lihat! Aku sekarang dapat menggunakan es ku membentuk sesuatu yang baru!“Raja Bethort tersenyum hangat menanggapi putrinya yang ke girangan seolah telah melakukan pencapaian besar.“Hoho… kerja bagus Luna, ini sangat cantik seperti dirimu. Tapi… kenapa itu berbentuk api?“ tanya sang raja.gadis itu menyodorkan kristal es kepada sang raja. “Tentu saja karena Ini untukmu ayah! Lihatlah, bukankah aku cukup terampil. Akhirnya se
Sementara itu… di kastil megah kerajaan Ardeal, seorang pria tua dengan rambut merah menyala dan badan tegap duduk di singgahsana emas, memancarkan aura penguasa. “Yang mulia. Kami sudah melakukan pencarian selama empat hari tiga malam, tetapi…” salah satu dari tiga jendral yang berlutut, terhenti sebelum bisa menyelesaikan kata-katanya.“K-kami, tidak bisa menemukan putri Luna, dimanapun…”Krakk…Tidak sampai satu tarikan napas, tiba-tiba salah satu pilar di samping singgahsana retak, setelah kata-kata terakhir keluar dari mulut jendral. Seketika keringat dingin membasahi punggung ketiga jendral itu, mereka hanya mematung dengan nafas tertahan.“…Beraninya kalian menghadap kepada ku! Dengan tidak membawa kabar baik tentang putri ku Luna!“ suara berat terdengar mengandung kemarahan, menggema memasuki telinga para jendral.Jendral di sebelah kanan mendongak dan berkata dengan nada rendah.“Yang mulia. Kami sudah mencari nya hingga ke perbatasan utara, bahkan dengan kemampuan pelacak p
Dengan tangan di belakang punggung, ia berjalan keluar meninggalkan kabin, langkah nya santai. Tidak cepat, namun juga tidak lambat.“Bukankah sudah jelas.“Vivian terdiam sejenak.“6 spiral? Aku harap aku salah tentang pria bernama Dion ini, tapi kekuatannya mengatakan semuanya. Aku juga berharap Griffin itu bisa memberi sedikit perlawanan, mungkin aku bisa belajar beberapa hal dari pertarungan mereka.“ batinnya. Tanpa ia sadari, Dion telah jauh dari pandangannya.“Heyy! Tunggu aku!“Di depan hutan. Griffin sang penjaga harta Karun terbang melesat, mengeluarkan bola angin dari mulutnya, mengamuk menghancurkan area sekitar.Fushhh…Dumpp…mata elangnya menangkap satu sosok. Makhluk itu seketika berhenti di udara, kedua sayapnya menutup, kemudian makhluk itu terjun menuju sosok tersebut dengan cepat.“Cepat lari, itu berbahaya!“Dion tak menanggapi. Aura di sekitar seketika berubah menjadi menekan.“Sudah lama aku tidak menggunakan bela diri ini.“ Dion memasang kuda-kuda.Ia menarik n
Tangan Vivian mengepal erat, wajahnya yang basah sedikit memerah. Ia mendongak menatap Dion dengan rasa takut yang tersisa. “M-maaf!“ Dion mengangkat alisnya sedikit terkejut dengan sikap sang elf. “Hmm?“ Tersentak, Vivian menunduk memejamkan mata dan melanjutkan niatnya dengan lebih serius. “Aku. Vivian Van Millian ingin meminta maaf! Aku seharusnya tidak bersikap begitu bodoh kepada orang yang sudah menyelamatkan bukan hanya nyawa tapi juga harga diriku. Tidak bisa kubayangkan, apa yang terjadi padaku jika kau tidak datang menolong saat itu,” “Aku mohon… terimalah permintaan maaf atas sikap lancangku sebelumnya, dan terimakasih telah menyelamatkanku wahai manusia, karena ka-” “Sial, apa dia akan berpidato disini.“ batin Dion. “Berhenti.“ ucapnya pelan. Saat sedang di tengah-tengah pernyataan, Vivin tentu saja berhenti dan terkejut. “Masuklah terlebih dahulu.“ ucap Dion sambil masuk ke dalam kabin yang sudah tak layak huni. Vivian yang mendengar itu bergidik ngeri