MasukDengan tangan di belakang punggung, ia berjalan keluar meninggalkan kabin, langkah nya santai. Tidak cepat, namun juga tidak lambat.
“Tunggu, kau mau kemana?“ "bukankah sudah jelas." sahut Dion. Vivian terdiam sejenak. “Aku rasa dia seorang 6 spiral, dan kuharap itu salah, namun kekuatannya mengatakan semuanya.“ batinnya. Tanpa ia sadari, Dion telah jauh dari pandangannya. “Heyy! Tunggu aku!“ Di depan hutan. Griffin sang penjaga harta Karun terbang melesat, mengeluarkan bola angin dari mulutnya, mengamuk menghancurkan area sekitar. Fushhh… Dumpp… mata elangnya menangkap satu sosok. Makhluk itu seketika berhenti di udara, kedua sayapnya menutup, kemudian makhluk itu terjun menuju sosok tersebut dengan cepat. “Cepat lari, itu berbahaya!“ Dion tak menanggapi. Aura di sekitar seketika berubah menjadi menekan. “Sudah lama aku tidak menggunakan bela diri ini.“ Dion memasang kuda-kuda. Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya. Kakinya bergerak memutar, kemudian bergeser kesamping lalu kebelakang menyapu tanah. Kwuarkkhh…! Griffin itu semakin mendekat, melawan angin, menatap tajam ke arahnya. Vivian yang menyaksikan itu menggertakan gigi. “Pria ini sudah gila!“ Saat tinggal beberapa kaki lagi, makhluk itu berputar-putar dengan cepat dan mengendalikan angin di sekitarnya. Sekarang mahkluk itu tampak seperti sebuah bor yang terbungkus oleh angin. Shurrrffff! beberapa inci lagi… Seolah-olah dunia melambat. Dengan tenang Dion bergeser, dan tangan nya bergerak… “Silat Gunung… Teknik pertama...” Jubahnya berkibar memperlihatkan kepalan tangan. Rerumputan berterbangan, hal-hal di sekitar terhempas dan berhamburan. Griffin itu menerjang tanpa ampun. “Tiger King's Grip…” Ujung paruh Grifiin bersentuhan dengan tangan Dion. Ia memutar kedua pergelangan tangannya, menangkis, mengalir mengikuti arah serangan Grifiin seolah membelokkan nya, seperti angin kencang yang menerpa sebuah rumput. Suara kencang hempasan angin terus menggema. Hingga akhirnya ujung paruh Grifiin menancap ke tanah, serangan bor makhluk itu telah gagal. Lalu Saat makhluk itu hendak bergerak lagi… Kwakk…? Ternyata ekor Grifiin telah di cengkram erat oleh Dion. Ia menariknya, membuat Grifiin itu terangkat dan membantingnya ke tanah hingga menyebabkan tanah itu bergetar. DUMM... Vivian melihat semuanya tepat di depan mata, tersentak mundur dan jatuh kebelakang. “I-ini… dia seorang Arcombat? Apa ini kekuatan Arcombat 6 spiral…“ Griffin itu merintih, berusaha melepaskan diri. Namun, seperti sebuah pohon besar yang di ayunkan oleh rantai baja, Dion tetap mencekram, membantingnya lagi ke arah yang berlawanan, membuat Griffin itu tak berkutik sama sekali. Makhluk itu semakin tak berdaya, dan mulai mengeluarkan suara menggeram aneh. Matanya bersinar merah, menyatu dengan darah. Vivian yang melihat hal itu merasa sangat familiar. “Tunggu! Ini berbahaya, dia akan menggunakan kutukan!“ “Tuan Dion Hentikan! Cepat menyingkir darinya. Makhluk itu akan menggunakan kutukan penyegel!“ Dengan lantang Vivian memperingati. Dion tak menggubris dan melanjutkan ayunannya, namun tiba-tiba… Kruaaakkk… Griffin mengeluarkan bola energi merah dari mulutnya, kemudian melesat masuk kedalam tubuh Dion seolah tahu targetnya. “Ini sudah berkahir… Begitu kau terkena kutukan Grifiin, spiral mu akan berhenti beberapa saat, dan kau tidak akan bisa menggunakan ether sama sekali.“ gumam Vivian dalam hati. Namun apa yang terjadi… Dion tetap melanjutkan serangannya. Hal ini berlangsung beberapa kali hingga menyebabkan rumput beterbangan, dan tanah di area Griffin cekung. Membuat Keheningan padang rumput hanya diisi oleh rintihan dan suara dentuman. “.….“ Tidak hanya sekali. Vivian hanya bisa mematung dan terkejut lagi. Ia sebelumnya mengikuti Dion berharap untuk melihat pertarungan intens, namun sekarang yang ia lihat, tidak lebih hanya sekedar penyiksaan terhadap binatang. “Heheh… sungguh konyol… memperingatkan seseorang seperti itu… ini sangat memalukan.“ ujar Vivian sambil menunduk merasa tak berdaya. Hingga kemudian keheningan turun. Dion akhirnya berhenti, merapikan kembali pakaiannya, dan melirik malas Grifiin yang tergeletak sudah tak bernyawa, bahkan sudah tak berbentuk. “Efek pakaian dan Beyond Eternal Core. Kenyataan bahwa kedua hal ini saja, membuat kekuatan mentah ku sangat tidak manusiawi. Belum lagi, aku merasa kekuatan ini semakin berkembang dalam diriku…“ pikirnya. Ia berkata sebelum mengangguk pelan. “Bagus sekali…” Dion ingin berbalik, namun Vivian dengan cepat menghampiri. “Itu luar biasa manusia. Ma-maksudku tuan Dion.“ ucap Vivian dengan senyum terpaksa. “Tapi apa kau benar-benar akan meninggalkan nya?“ Vivian bertanya. “Hm… Apa maksud mu?“ “Hah? Apa kau juga tidak tahu Tentang hal ini?“ Merasa tiba-tiba ada yang salah dengan hawa disekitar, Vivian dengan tergesa menambahkan. “B-baiklah, akan ku jelaskan. Jadi-” “Singkat saja, langsung pada intinya.“ “….“ Vivian menyilangkan lengan, menatap mayat Griffin. “Singkatnya. Setiap makhluk hidup yang telah membentuk spiral lalu akhirnya mati, spiral mereka akan hancur dan menyisakan inti, inti ini kemudian akan memadat dan membentuk sesuatu seperti batu, atau di sebut spiral core. Namun spiral core hanya bisa terbentuk ketika makhluk itu memiliki setidaknya sedikit kecerdasan. Setelah itu, Dion mendekati mayat Griffin, ia memasukan lengannya, merobek perut makhluk itu. Beberapa detik berlalu, Dion menarik lengannya membawa sebuah batu seukuran setengah kepalan tangan, seperti berlian namun memiliki cahaya redup di dalamnya. “Ah! Ini spiral core tipe angin!“ ucap Vivian, sepertinya tertarik dengan benda itu. “Hmm?“ Vivian mendekat dan menjelaskan dengan bersemangat. “Setiap spiral core tentu saja berbeda, dan ketika makhluk itu memiliki 4 spiral atau lebih tinggi, kecil kemungkinan dia akan mengeluarkan spiral core yang memiliki atribut, semakin tinggi semakin bagus efeknya. Kau sungguh beruntung tuan Dion!“ Dion melirik batu itu dan memainkannya. “Jika begitu, bukankah ini hanya akan berguna bagi seorang Arcanis daripada Arcombat?“ “Benar! Karena itu ini cukup langka untuk makhluk yang memilki spiral core ber atribut. Tapi bukan tidak bisa digunakan, kegunaannya sama untuk Arcombat atau Arcanis. Namun karena ber atribut, ini akan sangat bagus jika di gunakan oleh Arcanis, terlebih lagi atributnya sama.“ mata Vivian berbinar menatap batu itu. “Karena aku tidak bisa menggunakan Arcana, ini hanyalah sampah bagiku.“ gumam Dion dalam hati, tangannya merasakan hawa dingin yang menyejukkan. Dion mengulurkan batu itu kepada Vivian. “Ambillah.“ “Ehh?“ Vivian mundur, menatap Dion tak percaya. Keheningan turun sejenak… “Ambil, atau aku akan mengahancurkannya.“ Vivian tersentak dan segera mengambil batu itu tanpa ragu-ragu. “T-terima kasih! Tapi kenapa?“ “Tidak perlu bertanya.“ sahut Dion. Di mata Dion, batu ini tidak lebih dari sekedar batu biasa, namun di dunia dimana kekuatan adalah segalanya, sesuatu seperti ini sangat berharga, terlebih lagi, spiral core biasanya tidak di jual atau bahkan akan di perebutkan. Dalam hidupnya, Vivian belum pernah memiliki spiral core beratribut, bahkan ketika ia masih bersama keluarganya di hutan agung ia hanya mendapatkan spiral core biasa atau lebih tinggi. Oleh karena itu ketika Vivian melihat Dion menyerahkan hal yang menurutnya berharga, jantungnya tiba-tiba berdegup lebih cepat, ia tersentuh. Vivian jarang merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, terlebih lagi kepada seorang manusia. “Sekali lagi. Terimakasih! Aku akan menggunakan ini sebaik mungkin!“ Vivian berkata dengan sepenuh hati. Vivian selalu melihat manusia dengan rasa benci dan jijik, setiap manusia yang ia temui atau mencoba berkomunikasi padanya hanya akan berakhir mendapat tanggapan dingin darinya. Tapi kali ini, kebenciannya yang tak tergoyahkan perlahan hilang, ia juga baru menyadarinya, entah karena apa, ia bisa berbicara dengan normal kepada Dion. Dion mengibaskan lengannya yang berlumuran darah, sambil melirik Vivian yang sedang memandangi dirinya. “Kurasa elf ini cukup berpengetahuan, akan bagus bagiku untuk memanfaatkan hal itu.“ batinnya. Ia berbalik menghadap hutan dengan tangan di belakang punggung. “Hei elf, dimana pemukiman terdekat?“ Vivian mengedipkan matanya dan akhirnya tersadar, lalu menjawab dengan canggung. “A-apa, desa? Emm, maksudmu desa Tialos.“ “Tunjukkan padaku jalannya.“ sahut Dion tanpa berpikir. Vivian mengangguk pelan seperti anak ayam. “Baiklah! Tapi sebelum itu, namaku bukan elf, tapi Vivian apa kau mengerti?“ ujarnya dengan senyum tipis. Dion berjalan ke arah hutan sambil berkata dengan tenang. “Tidak masalah, sekarang tunjukkan jalannya Vivi.“ “Vivi?“ Tanpa sadar, Dion telah berjalan menjauh meninggalkannya. “Hei tunggu! Jalannya bukan ke sana!“Lisa dan Skiser terhenti mendengar suara Dion. Bersamaan dengan itu, tekanan yang berbeda dari sebelumnya muncul, kali ini bahkan lebih berat hingga membuat dataran sekitar bergetar. Dbugg! Dbugg! Kedua orang itu tergeletak seperti mayat yang tetap sadar karena tak kuasa menahan tekanan Dion yang semakin kuat. "Aura macam apa ini? pria itu... apa dia sebelumnya hanya bermain-main?" Tekanan itu menahan mereka ke tanah, seperti gravitasi yang memberat, bahkan Lisa yang ingin menoleh melihat Skiser tidak bisa. "Skiser. Maafkan aku, aku seharusnya bisa menjadi kakak yang baik. Tapi kita berakhir mati oleh monster ini karena keegoisan ku. Aku sungguh minta maaf telah menjadi kakak yang sangat buruk." batin Lisa penuh penyesalan. Lisa dengan susah payah menggerakkan ujung jarinya untuk menyentuh tangan mungil Skiser. Wajah mereka memucat dengan cepat. Di saat-saat terakhir tangan mereka berdua bersentuhan walau hanya ujung jari saja. Skiser seolah tahu apa yang ingin di sampaik
"Sekarang apa yang harus kulakukan? Haruskah aku lari?" pikir Dion dengan ekspresi datarnya sembari mundur perlahan.Groomm…Gemuruh petir tiba-tiba terdengar."Lightning Chain!" Lisa mengayunkan tongkat nya. Langit menggelap dengan cepat dan dua petir menyambar lurus ke arah Dion.DUARRR!"TUAN!" Vivian membelakkan mata melihat Arcana tingkat tinggi yang di keluarkan Lisa, ia berlari menghampiri Dion, dalam hatinya ia tidak bisa merasa tidak khawatir sama sekali.Dubb…Dubb…Dentuman hening terdengar dari dalam diri Dion. Sebelum petir itu mengenai dirinya, dunia melambat seakan tunduk dengan suara itu.Dubb…Suara itu terdengar lagi, Dion tahu itu bukan dari jantungnya, ia memejamkan mata memfokuskan kesadaran nya menelusuri suara itu."Ini... Beyond Eternal Core…" BOMMB!Petir tepat mengenai Dion secara bergantian menimbulkan ledakan kecil lalu mengeluarkan asap tebal.Kejadian itu begitu cepat. Vivian terlambat, kakinya seketika lemas dan tersungkur kebelakang tak percaya. Matany
Dion terus mendekat, tangannya terulur menyentuh kepala makhluk itu, sedangkan tangan yang memegang liontin berada di belakang punggung tertutup oleh jubah.Vivian dan Lisa yang di sibukkan dengan pertarungan mereka sendiri menoleh melihat apa yang terjadi.Lisa terkejut, matanya membelak. Perasaan tidak menyenangkan seketika muncul dalam hatinya saat melihat adegan yang akan terjadi.Dion memandang rendah rakun itu. Kepala asli makhluk itu hanya sebesar bola kaki, memungkinkan Dion untuk mencengkram dan mengangkatnya dengan satu tangan.“Erghh.. Li.. sa…”“HENTIKAN!“ Teriak Lisa dengan wajah panik, memperingatkan Dion.Tangan Dion terus meremas kepala Skiser. Raut kesakitan bisa terlihat jelas di wajah Skiser saat itu juga. Lengan kecilnya terus meraih-raih tangan Dion namun tidak sampai.“KUBILANG HENTIKAN!“ Entah hubungan apa yang dimiliki Lisa dengan Skiser, namun dari suaranya, Lisa semakin panik dan ketakukan melihat itu.Bukk!“Hahh… Hahh… Hahh…”Tanpa di duga, Dion melepasakan
Wuushh… Seketika tekanan di sekitar berubah, angin masuk dan berputar-putar di sekitar Guildmaster Cecilia. “Apa katamu?“ Cecilia mendesis, rahangnya mengeras. “Aku berkata… baumu amis!“ Bleum menegaskam suaranya. Tanpa aba-aba, dari atas Cecilia, pusaran angin berbentuk jangkar terlempar ke arah Bleum dengan sangat cepat. Surrfhh… Bleum menginjakkan salah satu kakinya ke lantai, kemudian sebuah tanah keras naik dari dalam lantai dan langsung membentuk dinding tanah menghalau jangkar itu. Bumbb… “Kalian berdua… sebaiknya tidak membuat keributan disini. Kita punya misi, jika memang ingin bertarung carilah tempat yang lebih baik.“ Sato dengan dingin berkata sambil tetap berjalan meninggalkan kedua orang itu. Keduanya terdiam sejenak, sebelum akhirnya Cecilia mendecakkan lidah lalu pergi. “Anggap saja kau beruntung karena ini istana, lain waktu kita bertemu, ku pastikan kau akan jadi makanan ikan.“ “Dalam mimpimu…” ucap Bleum meremehkan. Setelah kedua Guildmaster p
Tiga Guild besar. Adalah organisasi yang berisi para petualang, penuh dengan orang-orang kelas bawah maupun menengah yang rata-rata telah membentuk spiral dan ingin bertahan hidup dengan cara memanfaatkan kekuatan dan tenaga mereka. Ketiganya telah di kenal paling besar di antara Guild yang lain, dan yang terbesar adalah Guild Valhalla. Guild Valhalla terletak di pesisir pantai kerajaan Ardeal yaitu kota Marina, karena wilayah mereka sangat dekat dengan perairan, para petualang di sana biasanya mengerjakan misi dengan mengarungi lautan.Guild besar tentu saja memiliki seorang Guildmaster yang juga mempunyai kekuatan serta tanggung jawab besar. Cecilia Marina, wanita anggun berkulit tan dan selalu berpakaian menarik, dengan ciri khas tato ular melingkar di sepanjang lengan kirinya. Ia adalah seorang Arcanis tipe angin dan air, tidak di ketahui secara jelas tingkat spiral nya, namun yang pasti itu cukup tinggi, bahkan dengan pengaruh serta kekuatannya, ia berjaya menjalin kerja sama an
Di dalam aula raja. Raja Bethort duduk di singgahsana, sedang memandangi kristal es berbentuk simbol api di tangannya. Ekspresinya lesu, hatinya merasakan kesedihan sekaligus kemarahan pada saat bersamaan. Namun ketika dingin dari kristal es menyentuh kulitnya, itu juga menyentuh hatinya, amarahnya menghilang menyisakan kesedihan yang mendalam.Gambaran seorang gadis cantik berrambut merah dengan gaun istana muncul dalam pikirannya, gadis itu tersenyum bahagia ke arah Raja Bethort sambil memegang sebuah kristal es seukuran koin berbentuk simbol api.“Ayah! Lihat! Lihat! Aku sekarang dapat menggunakan es ku membentuk sesuatu yang baru!“Raja Bethort tersenyum hangat menanggapi putrinya yang ke girangan seolah telah melakukan pencapaian besar.“Hoho… kerja bagus Luna, ini sangat cantik seperti dirimu. Tapi… kenapa itu berbentuk api?“ tanya sang raja.gadis itu menyodorkan kristal es kepada sang raja. “Tentu saja karena Ini untukmu ayah! Lihatlah, bukankah aku cukup terampil. Akhirnya se







