Home / Romansa / Penguasa Hati Tuan Arogan / Pengusiran Kedua Kali

Share

Pengusiran Kedua Kali

Author: Rachel Bee
last update Last Updated: 2025-03-07 15:14:07

Malam itu, Carol kembali ke rumah keluarga Parker untuk meminta keadilan. Ia berharap keluarga besar Parker akan membelanya dari segala perlakuan Henry. Namun yang didapatkan adalah perlakuan yang sama. Ia diusir, seluruh barang-barangnya dibuang.

"Pergi kau dari rumah ini! Keluarga Parker tidak membutuhkan hama sepertimu di sini!"

Nyonya Emma Welson berteriak keras hingga membuat seluruh pelayan di mansion mewah itu tersentak kaget. Carol yang baru saja pulang dari rumah sahabatnya terkejut, karena tiba-tiba ibu mertuanya itu memakai dirinya dengan kata-kata kotor. Sementara di sudut sana, Henry Parker suaminya hanya berdiam diri sambil meneguk minuman di gelas tinggi. Ia hanya tersenyum sinis melihat istrinya diperlakukan kasar oleh ibunya.

"Apa maksud ibu? Apa salahku hingga harus diusir dari rumah ini?" Carol membela diri. Ia merasa tak bersalah sama sekali. Ia berjalan mendekati ibu mertuanya untuk meminta penjelasan tapi tangannya yang hendak memegang lengan nyonya Emma langsung ditepis kasar oleh Lusy yang entah kapan berdiri di dekatnya.

"Wanita kotor sepertimu tidak pantas berada di keluarga Parker yang damai. Kembalilah ke asalmu yang kumuh dan kotor," ujar Lusy mengejek Carol, mantan sahabat dekatnya.

Carol mengerutkan dahinya. Lusy, wanita yang dulu pernah dibantunya bekerja di perusahaan Parker Group setelah diusir dari tempatnya bekerja kini berbalik memusuhinya.

"Seharusnya kau yang pergi! Kau berasal dari tempat kotor dan hina. Berkacalah sebelum mulutmu berkata!" Carol mendorong Lusy hingga wanita itu hampir jatuh. Beruntung seorang pelayan berhasil memegang kedua tangannya.

"Kau, jangan sentuh calon menantuku! Dia sedang hamil cucuku, calon pewaris keluarga Parker."

Carol membelalakkan matanya. Bibirnya bergetar menggumam tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya. Ia menoleh ke arah suaminya yang masih duduk menikmati wine di dalam gelas. Carol merebut gelas itu lalu membantingnya ke atas meja. Henry sedikit terkejut namun berhasil merubah raut wajahnya kembali datar.

"Kau mengetahuinya?" Henry mengangguk. Carol menganga tak percaya. Bagaimana bisa ia berselingkuh dengan wanita yang dulu pernah diselamatkan olehnya. "Kau berselingkuh di belakangku? Kau—"

"Sudahlah, Carol. Kemasi barangmu, aku sudah menceraikanmu dan secara hukum kau bukanlah istriku lagi." Henry berdiri lalu melemparkan sebuah dokumen yang diberikan oleh asistennya pada Carol. "Pergilah, aku tak membutuhkanmu lagi."

Carol membaca isi dokumen tersebut lalu merematnya. Hatinya sakit, seperti ditusuk beribu-ribu pisau. Selama satu tahun pernikahan ternyata ia telah dibohongi oleh keluarga Parker. Ia bodoh karena tak menyadarinya.

Satu tahun yang lalu sebelum pernikahan, Henry Parker diberi kewenangan untuk mengelola perusahaan milik keluarga Dustin karena mereka tak memiliki pewaris selain Carol. Tuan Dustin telah memberikan kepercayaan pada pria itu hingga tak ragu memberikan semuanya tanpa kecuali. Kini, setelah ayahnya meninggal semuanya yang pernah menjadi milik Carol diambil tanpa sisa oleh Henry.

Carol terhuyung. Air matanya jatuh di sudut matanya yang cantik. Tatapan nanar diberikannya pada Henry yang tersenyum tanpa dosa. Seolah apa yang diperbuatnya adalah sebuah hal yang biasa dilakukan.

"Kau, mengambil seluruh milikku? Kau—" Carol menerjang tubuh Henry dengan menggunakan tangannya. Ia memukul wajah tampan itu hingga lebam. Kekuatannya tak main-main, ia berhasil membuat seorang Henry terjatuh di lantai.

"Penjaga! Tarik wanita ini!" teriak nyonya Emma memanggil bodyguard yang masih berjaga di luar rumah.

Dua orang bodyguard segera datang menarik tangan Carol lalu mengikatnya ke belakang. Ia memberontak dan memaki semua orang yang hanya diam menatap dirinya. Henry perlahan beranjak dari lantai sambil memegang rahangnya yang sedikit kebas.

"Aku tak akan membalas pukulanmu karena kau seorang wanita. Kau sudah sepantasnya pergi dari rumah ini!" maki Henry. Carol tak takut, ia membusungkan dadanya menantang Henry.

"Kembalikan perusahaan ayahku! Pengkhianat!" teriaknya.

Henry tertawa keras. Ia menarik rambut Carol hingga kepalanya tertarik ke belakang, lalu berbisik di telinganya. "Ayahmu yang bodoh telah menyerahkan semuanya padaku. Masih untung aku memberikan adik tirimu pekerjaan di sana. Kau, membusuklah di tempat kumuh!"

Henry melepas tarikan itu lalu mendorong tubuh Carol ke belakang. Rambutnya yang berantakan menutupi dahi wanita itu. Membuatnya tampak seperti pengemis di pinggir jalan.

"Kau, pria sialan!" teriak Carol.

"Katakan itu pada dirimu sendiri." Henry menyeringai.

Tak lama kemudian, lima orang pelayan datang membawa lima koper pakaian milik Carol dan barang-barang pribadinya lalu menaruhnya di samping wanita itu. Henry mengusirnya. Pria itu menendang salah satu koper hingga membuat tubuh Carol terseret cukup jauh. Carol terjatuh dengan nyeri di pinggangnya karena menabrak dinding pembatas. Ia meringis memegangi pinggangnya yang mungkin saja telah lebam.

"Pergilah dari rumah ini, Carol! Wanita kotor tak tahu diri!"

Carol memejamkan matanya sejenak. Kepalanya terisi banyak peristiwa dan itu membuatnya pening. Tangisnya tak bisa berhenti, tapi ia bertekad akan membalas semua perlakuan keluarga Parker yang telah membuangnya.

Ia pun bangkit perlahan sambil memegangi pinggangnya. Tangannya mengusap wajahnya yang berlumuran air mata. Tiga orang yang tadi menghardiknya hanya diam berdiri dengan tatapan jijik terarah pada Carol. Rambut yang berantakan, air mata yang terus meleleh di pipinya hingga pakaian yang kusut sudah menggambarkan betapa hancurnya Carol saat ini.

"Aku selalu mengingat peristiwa ini sampai akhir hidupku. Aku akan membalas perbuatan kalian! Semoga kalian mendapatkan karmanya!"

Carol pergi sambil menyeret kelima koper dengan dua tangannya. Ia berjalan kaki menyusuri jalan setapak halaman mansion mewah keluarga Parker. Tujuannya adalah rumah sederhana milik ibunya yang terletak di kaki bukit emerald. Ia harus menyusun rencana untuk besok. Perjalanan hidupnya masih panjang dan ia berjanji tak akan menyerah dengan mudah.

'Kukutuk kau keluarga Parker!'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Melarikan Diri

    Tak ada yang tahu apa yang dirasakan oleh Billy Easton selama berada di keluarga Easton yang terlihat megah dan mewah di luar sana. Rasa tersiksa dan ingin membalas dendam atas kehancuran keluarga ibunya, membuatnya nekat melakukan hal aneh dan tak masuk akal. Sejak ia remaja, hari-harinya selalu diwarnai dengan kejadian menyayat hati dan perasaannya. Terpikir untuk pergi dari keluarga itu, tapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam tak membolehkannya. Billy harus membalas rasa sakit hati itu dengan bom waktu yang siap meledak kapan saja. Walaupun Damian tak pernah menganggap Billy seperti hama, tapi membiarkannya terpuruk sendiri tetap saja memiliki andil dalam membentuk dendam yang selama ini menumpuk. Untuk Billy, dosa Damian tak akan terlalu banyak. "Kau mau ke mana?" tegur Marco. Matanya yang tajam melihat pergerakan Billy di ruang tengah. Pria itu hanya terdiam, melirik halus pada Marco di ujung sana. "Aku dapat informasi, Damian tengah memata-matai kita berdua. Cepat beres

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Isyarat Kecil

    Pria bernama Frenco masih duduk di sekitar lobby sambil memainkan ponselnya. Tangannya gelisah melirik arloji di tangan kirinya dan sering kali berdecak kesal menunggu kedua pria yang tengah diintainya. Di sudut dekat lift, berdiri dua pria berbadan kekar tengah memakai topi hitam dan kacamata dengan setengah wajahnya tertutup masker debu. Itu adalah pria yang sama yang ada di coffee shop tadi siang. Frenco menelan ludahnya kasar. Inikah yang mereka maksud dengan eksekusi? Tak lama kemudian, dari lantai atas turunlah dua orang yang selama ini jadi incaran para penjahat kelas atas. Bersama empat pengawalnya, mereka berjalan menyusuri lantai lobby menuju mobilnya yang terparkir di depan pintu masuk. Frenco mengikuti langkah mereka. Begitu juga dengan dua pria kekar itu. Langkah Frenco sengaja dipercepat hingga mendekati Damian dan Erik yang telah lebih dulu tiba di depan pintu masuk. Untuk mengalihkan perhatian, Frenco sengaja menabrak kedua pengawal dan terjadilah keributan yang cuku

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Pengintai Baru

    Selama satu minggu ini, suasana di sekitar Damian terasa sunyi seperti biasanya. Erik bekerja sesuai dengan tugasnya dan juga Henry yang akhir-akhir ini entah pergi kemana. Sosok itu jarang terlihat berada di Harold Times selama dua hari ke belakang. Damian hanya menggedikkan bahunya. Ia sesungguhnya tak peduli. Tak masalah baginya, hanya saja dirinya tak bisa memantau seluruh kegiatan yang tengah dilakukan oleh pria itu. Pintu ruangan terbuka. Erik masuk sambil mengusap peluh di pelipisnya. Damian hanya meliriknya sesaat lalu kembali menekuri pekerjaannya. "Ada apa?" tanya Damian dengan nada dingin. Erik menyeruput segelas americano dingin di tangannya. Tadi sebelum naik ke lantai atas, ia menyempatkan diri untuk membelinya di bawah. "Kau dikejar oleh seseorang?" tanya Damian lagi. "Ya. Aku seperti mengenalnya, tapi aku lupa. Dia mengejarku saat hendak berjalan menuju lift. Lalu asistenku mengejarnya dan tiba-tiba menghilang begitu saja. Damian, aku rasa mereka mulai bergerak sek

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Saling Mengawasi

    Henry memulai pergerakannya menelusuri masa lalu keluarga Dustin dan Erik. Langkah pertama, ia menyewa detektif swasta kelas atas untuk menyelidiki kasus kecelakaan yang menyebabkan tewasnya Ivana dan Elena. Bukti di lokasi kejadian hanya sedikit, polisi telah menutup kasus ini dikarenakan tak ada yang bisa ditemukan lagi di tempat kejadian. Lalu ia mulai mencari asal-usul keluarga Erik yang katanya ada hubungannya dengan kematian ayahnya. Jika memang itu benar, Erik adalah target pembunuhan pertama untuk melampiaskan dendamnya. Hal yang paling mengejutkan adalah adanya bukti kuat yang mengarah pada ibunya. Malam sebelum kejadian, Ivana sempat bersitegang dengan ibunya di sebuah pesta para pengusaha sukses di Amberfest. Saat itu, ibunya mengancam akan membunuh Ivana karena telah mempermalukan dirinya. "Bagaimana bisa?" gumamnya. Henry menggelengkan kepalanya tak percaya. Ia terus menyangkal dalam hatinya yang menyebutkan nama ibunya dalam keterangan dan bukti. "Semua pasti hanya

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Ambil Posisi

    "Damian, aku ingin pergi ke tempat teman lamaku besok." Damian hanya diam tak memberikan reaksi. Ia sibuk membolak-balik halaman sebuah dokumen yang terlihat penting. Matanya yang dibingkai oleh kacamata berlapis emas tak mengurangi ketampanannya sama sekali. Carol berdecak kesal. "Damian, aku bicara denganmu!" Carol berteriak. Setelah makan malam, Damian memberikan Carol sebuah peringatan untuk tidak keluar rumah sementara waktu hingga batas yang ditentukan. Carol tidak akan diizinkan pergi untuk sesuatu di luar jadwalnnya. Damian beralasan ada seseorang yang mengincar nyawanya di luar sana. Namun Carol membantahnya. Ia ingin pergi menemui temannya untuk membicarakan hal penting. "Kau akan membicarakan apa?" tanya Damian dengan suara pelan. Carol menarik napas panjang perlahan. "Suruh dia ke paviliun. Kau boleh bertemu dengannya di sana." "Aku akan mengajaknya ke sebuah butik dan restoran. Aku akan mengajaknya berbelanja," tolak Carol. Ia tak menyukai usulan Damian yang menyuruh

  • Penguasa Hati Tuan Arogan    Semua Harus Hancur

    Damian pulang larut malam setelah memerintahkan Ken untuk mengatur ulang pertemuan dengan pemimpin rapat esok hari. Ia akan turun tangan sendiri mencari kedua orang yang telah mencelakainya dari belakang. Saat memasuki rumah besarnya, ia memandang kosong ke lantai dua kamarnya. Ia menghela napas kasarnya lalu beranjak memasuki kamar pribadinya di lantai bawah. Namun sebelum ia masuk ke dalam kamar itu, seseorang menepuk bahunya dari belakang. Damian menoleh. "Ada apa?" "Beritanya akan dimuat besok. Kau ingin menambahkan berita untuk mempermalukan namanya?" tanya Erik yang tadi telah menepuk bahunya. Damian menggelengkan kepalanya kaku. "Ken menceritakannya padaku. Menurutku, kita harus bertindak cepat. Kalau tidak—" "Erik, kau yang harus berhati-hati kali ini. Jangan bertindak gegabah. Henry pasti memiliki rencana untuk menghancurkan keluarga Easton dan Dustin," tunjuknya pada Erik. Meskipun Erik bukan bagian dari keluarga asli Dustin, tapi dia adalah salah satu penerus keluarga.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status