Share

Penipu Hati
Penipu Hati
Author: Yukha

Wanita di Ujung Statsiun

Seminggu sudah Laskar menjalankan pekerjaannya di Surabaya, dia pulang dengan wajah penuh kekalahan karena proposalnya ditolak mentah-mentah oleh sang klien. Saat tiba di statsiun Bandung, Laskar bersiap untuk turun dan tak lupa dia telah mengabari istrinya terlebih dahulu bahwa dia pulang hari ini.

Tap ... tap ...

Satu persatu tangga kereta dia turuni, Laskar tampak sedikit kecewa dengan kepulangannya yang membawa berita pahit untuk perusahaan tempat dia bekerja. Dengan wajah muram, Laskar berjalan perlahan menuju pintu keluar, saat hendak menuju pintu tiba-tiba Laskar melihat sosok yang mengganjal matanya di ujung statsiun.

Siapa sosok wanita yang sedang duduk di ujung sana? Sepertinya Laskar sudah familiar dan tak asing lagi dengan perawakan wanita itu. Kakinya melangkah perlahan menuju seorang wanita di ujung statsiun yang sedang duduk tertunduk pada layar ponselnya.

Wanita itu terlihat sedang menunggu seseorang yang sedang ia hubungi di balik layar ponselnya. Laskar tersenyum lalu duduk tepat di sampingnya, seraya ingin mengejutkan wanita itu.

"Hidup terkadang memang tidak adil ya? Saya saja yang sudah berjuang jauh-jauh ke Surabaya hanya untuk memenangkan tender, ditolak mentah-mentah oleh klien," celetuknya sambil memberikan sebotol air mineral ke tangan wanita itu. Wanita itu menoleh ke arah sosok pria di sampingnya, tanpa menjawab sepatah kata pun, tiba-tiba wanita itu memeluk Laskar dengan erat. Dia menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Laskar.

"Ih gak lucu Laskar! Kangen tau!" Tanpa perlawanan Laskar pun kembali memeluknya dengan erat.

"Aku juga kangen banget sama kamu hunny!" Laskar mendaratkan kecupannya di kening wanita yang sedang tenggelam dalam pelukan tubuh Laskar. Sarah Zivana, seorang gadis cantik dengan rambut berwarna coklat terang yang Laskar pacari tiga bulan lalu.

Mereka bertemu saat ada acara makan malam bersama rekan sekantornya di suatu restoran mewah yang berada di daerah Bandung. Sarah adalah adik teman sekantor Laskar yang saat itu ikut serta bersama sang Kakak untuk menemaninya makan bersama di restoran itu.

Senyuman manis dari bibir merahnya yang pertama kali membuat Laskar jatuh hati pada sosok Sarah. Di sana, Laskar dan Sarah saling berbagi cerita satu sama lain. Hingga akhirnya perbincangan itu berlanjut ke w******p, setiap ada waktu senggang, Laskar dan Sarah selalu menyempatkan diri untuk bertemu atau sekedar makan siang bersama. Hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menjalin cinta terlarang di belakang Hanna, istri sah Laskar.

Perjalanan cinta itu berjalan sampai hari ini. Di sela momen kerinduan itu tiba-tiba suara telepon Laskar berdering. Dengan derap langkah yang ragu, dia menjauh dari Sarah sambil menatap layar ponselnya, dia hendak menerima panggilan telepon dari 'Hanna ku' nama istrinya yang ia simpan dalam kontak teleponnya.

"Halo Sayang, kamu masih dimana? Katanya sudah sampai di statsiun. Aku nungguin kamu nih dari tadi," Suaranya sedikit melengking berpadu dengan rasa kesalnya karena terlalu lama menunggu suaminya pulang.

"Ya ampun Sayang, sorry. Tadi aku ada urusan sedikit tapi sekarang udah beres kok, tunggu aku ya, i love you."

Di tutupnya telepon dari Hanna. Laskar kembali menghampiri Sarah, ia berniat untuk pamit pulang kepadanya.

"Kamu gak apa-apa 'kan aku tinggal? Hanna udah nunggu soalnya. Aku pamit ya!" ucap Laskar sambil menyelendangkan tas ranselnya ke punggung.

'Hanna terus yang di pikirin, sabar Sarah, ini pilihan kamu. Kamu pasti bisa lalui semua ini.'

Sarah membatin dan sedikit terdengar bete. Sarah mencoba untuk berpura-pura menangis histeris saat Laskar akan pulang, dia akting seolah-olah sedang merasakan pusing, berharap Laskar akan menemaninya lebih lama lagi di sana. Orang-orang di sekitar statsiun pun memandang mereka dengan tatapan aneh.

"Aduh Sar, kok kamu nangis gini sih? Udah-udah, malu di lihat orang!" ujarnya sedikit panik.

"Semua orang memang jahat, kamu juga jahat! Aku kesakitan kok mau kamu tinggal?" akting menangisnya seakan berhasil mengalahkan artis-artis papan atas hingga membuat Laskar tak bisa berkutik untuk melakukan apa-apa.

"Loh kok aku? Tadi 'kan udah kangen-kangenannya. Sekarang giliran aku temuin istriku dulu, please! Nanti aku video call kamu kalau udah sampai rumah," pintanya memelas.

Ya, sejak awal Sarah memang langsung terpesona pada Laskar saat dia memberinya perhatian yang manis setiap bertemu, Sarah tak mau menyerah. Dia tak ingin melepasnya begitu saja. Mungkin ini yang di namakan jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Kalau begitu kamu harus tanggung jawab, kamu harus bawa aku pergi dari sini. Aku mau ikut kamu!" tekannya merengek.

Laskar pun mulai panik dengan permintaan Sarah yang tiba-tiba ingin ikut pergi bersama Laskar. Akhirnya Laskar memutuskan untuk mencarikannya sebuah rumah minimalis dekat-dekat daerah komplek rumahnya.

Supaya kalau lagi kangen, bisa langsung tancap gas.

Pesanan taksi online Laskar sudah tiba, Laskar segera membawa Sarah pergi dari statsiun itu.

"Nyesel aku tadi nyamperin kamu kalau tau kamu bakal ngerepotin gini!" gumamnya kesal. Namun Sarah tak memperdulikan perkataannya, dia hanya ingin selalu berada di dekat sang pacar.

"Nah, udah sampai nih. Kemarin aku lihat ada rumah yang mau di jual di daerah sini, lumayan lah buat kamu tinggal nanti," lalu Laskar membukakan pintu mobil sambil memberikan beberapa lembar uang kepada Sarah.

"Buat apa uang ini?" Sarah mengernyitkan dahi seraya bingung.

"Itu buat ongkos kamu pulang nanti, kemasi segera barang-barang kamu! Biar gak ngerepotin Kakak mu terus. Besok kita pindah ke rumah baru kamu!"

"Hah? Secepat itu? Hem makasih Sayang!"

'Akhirnya, satu persatu keinginanku mulai tercapai,' gumam batinnya terdengar licik. Laskar hanya menghela nafas panjang sambil mengusap rambut Sarah.

Laskar segera menghubungi sang pemilik rumah yang tak jauh dari posisinya saat itu, panjang lebar dia bicara sampai akhirnya deal. Kunci rumahnya sudah ditangan Laskar.

"Ini kuncinya, besok kamu tinggal bawa barang-barang kamu kesini. Aku akan bereskan sisa pembayarannya besok. Sekarang aku pamit yah!" Laskar berjalan menuju taksi onlinenya yang sengaja ia suruh menunggu. Sarah tersenyum sambil melambaikan tangannya kepada Laskar.

"Makasih ya Sayang, bye!"

Senyum manisnya terpancar mengiringi laju mobil yang di naiki Laskar. Laskar membalasnya dengan senyuman.

"Astaghfirullah, Hanna! hampir lupa aku, dia kan nungguin di rumah dari tadi!" Laskar menepuk jidatnya seperti terkejut. Saat diperjalanan pulang, tidak lupa Laskar membelikan Hanna sekotak martabak keju manis yang ada di ujung jalan dekat komplek rumahnya, berniat menyogok agar istrinya tidak marah karena di buat lama menunggunya.

Tok ... tok ...

"Assalamualaikum Sayang, aku pulang nih!" ucapnya dengan nada lembut.

"W*'alaikumussalam."

Hanna membukakan pintu dengan wajah masamnya. Hanna kesal dan mengacuhkan suaminya yang baru saja datang dari Surabaya, lalu melenggang cantik masuk ke dalam rumah. Laskar yang merasa bersalah, terus membuntutinya dari belakang.

"Senyum sedikit dong Sayang! Oke aku minta maaf karena lama buat kamu menunggu. Nih aku bawain martabak keju kesukaan kamu!" Wajahnya memelas seperti anak kucing yang sedang meminta makan. Tapi Hanna tetap cemberut lalu mengambil sekotak martabak keju yang di bawakan oleh suaminya itu.

"Gak apa-apa deh kamu manyun, tapi martabaknya habiskan ya!" ujarnya menggoda Hanna. Akhirnya gengsi Hanna untuk mempertahankan cemberutnya itu kalah dan tak kuat lagi menahan rindunya yang sempat LDR selama seminggu bersama Laskar. Hanna memeluk erat suaminya itu melepaskan rindunya di sana.

"Sebenernya aku masih kesel sama kamu, tapi aku gak bisa bohong kalau aku kangen banget sama kamu, keselnya jadi kalah deh sama rindu!" celetuk Hanna sambil tak mau lepas dari pelukan suaminya. Laskar tersenyum dan mengusap-usap rambutnya, beberapa kali kening Hanna dia hujani dengan kecupan rindu.

"Aku juga kangen banget sama kamu tau!" Laskar terus memeluk tubuh mungil istrinya dengan erat hingga ia tenggelam dalam lingkaran tangan Laskar yang kekar.

Saat Hanna dan Laskar saling melepas rindu, tiba-tiba Hanna mencium aroma parfum yang beda dari pakaian suaminya. Seperti aroma parfum mahal milik wanita.

'Ini kok seperti bau-bau aroma parfum yang lagi di incar temen-temen arisan ku yah?' Hanna membatin panik.

Firasatnya mulai negatif kepada sang suami. Bisikan-bisikan kecurigaan mulai terdengar di kedua telinganya.

"Tadi lama banget sampainya, kamu habis darimana dulu Sayang?" tanyanya sedikit ketus.

"Oh i-itu Sayang, tadi aku ada urusan sebentar ke kantor. Ada yang harus aku selesaikan di sana!" jawabannya gugup sambil berkelit.

Hanna mengerutkan dahinya dan mulai curiga dengan gelagat suaminya yang tiba-tiba gugup, lalu aroma parfum tak biasa yang menempel di pakaiannya.

"Yakin kamu ke kantor?" tekannya dengan tatapan khas seorang istri yang sedang curiga kepada suaminya.

"Em, yakin dong Sayang. Aku ke kantor dulu tadi!" sahutnya lagi gugup sambil sesekali menyeka keringat dingin yang mengucur dari keningnya.

Hanna hanya tersenyum kecil sambil menatap tajam ke arah suaminya yang terlihat salting. Namun Hanna tidak mau menduga-duga sebelum mendapatkan bukti yang spesifik. Hanna mencoba mengesampingkan dulu perihal aroma parfum dan gelagat suaminya yang tiba-tiba gugup mencurigakan, dia mencoba untuk menyambut suaminya dengan hati yang tenang walaupun pikirannya tetap curiga.

'Mungkin ini hanya perasaan ku saja karena ditinggal lama sama Laskar, jadi negatif thinking deh sama dia.'

Benaknya terus bergumam menghiasi bibirnya yang mungil.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status