Share

22. Galau

“Pa …,” sekali lagi Shena memangil ayahnya satu kali lagim tetapi Iwan Duarte hanya diam tanpa suara walau suara di belakangnya ribut sekali.

Tanpa sadar Shena meneteskan air mata, walau dia sama sekali tidak ingin menangis di depan ayahnya, tetapi air mata itu mengalir tanpa bisa dicegah.

“Papa,” panggil Shena untuk yang ketiga kalinya.

“Shenaa …, kau menangis lagi!” seru Kastara di belakangnya membuat Shena tersentak hingga ponselnya terjatuh.

“Ma … maaf, a—aku tidak berniat menangis, Tara. Jangan marah,” jawab Shena terbata.

Sementara Iwan Duarte baru saja akan mengucap niatnya menelepon Shena langsung mengurungkan niatnya. Dia ikut mendengarkan percakapan Shena dan Kastara yang terdengar seolah-olah Shena takut pada Kastara. Dahi lelaki paruh baya itu langsung berkerut. Lalu telepon terputus.

“Papa meneleponku, Tara ….”

Kastara mengernyit, “Apa katany? Apa dia memarahimu lagi?”

“Ti-tidak, Tara. Papa sama sekali tidak mengucapkan apa-apa. Mungkin ponselnya terpencet tanpa sadar. Ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status