Shu Sheng dan Guang Zhenzhu diantar ke kamar mereka oleh pelayan itu. Mereka memasuki kamar mereka tapi Guang Zhenzhu yang tidak bisa tenang pergi ke kamar Shu Sheng, mengetuk pintunya.
Shu Sheng mempersilahkan Guang Zhenzhu masuk. “Ada apa?” “Kenapa kau memberikan emas itu pada mereka? Kita bisa menjualnya di kota dengan harga yang lebih mahal.” Shu Sheng tersenyum, tidak menjawab. Ia tidak bisa mengatakan kalau dirinya memiliki lebih dari satu emas seperti itu. “Kau memiliki emas yang memiliki energi spiritual. Darimana kau mendapatkan emas seperti ini?” “Tempat tinggalku.” Guang Zhenzhu mendengus, “kau sepertinya tinggal di tempat yang sangat nyaman.” “Ya. Bisa dibilang seperti itu.” Guang Zhenzhu menatap Shu Sheng dengan tatapan serius, “kenapa?” tanya Shu Sheng tidak tahan dengan tatapan Guang Zhenzhu yang mencoba menyelidiki dirinya. “Kau pasti Tuan Muda yang sedang keluar mencari pengalamankan?!” Shu Sheng mengerutkan alisnya bingung. “Kau tidak tahu tentang uang tapi kau memiliki bekal emas yang mengandung energi spiritual. Aku yakin dulu kau hanya melambaikan tanganmu lalu apapun yang kau inginkan langsung muncul.” “Apa Tuan Muda yang kau maksud hidup seperti yang kau katakan itu?” Guang Zhenzhu menggelengkan kepalanya, “aku tidak tahu. Aku tinggal di desa terpencil dan belum pernah bertemu dengan keluarga kaya secara langsung. Aku hanya pernah mendengar gosip mereka.” Shu Sheng menganggukkan kepalanya, sepertinya ia masih harus mempelajari banyak hal di dunia manusia. Tok tok tok Shu Sheng dan Guang Zhenzhu saling tatap. Guang Zhenzhu berdiri dan membuka pintu. “Ini makan malamnya,” ternyata itu adalah pelayan yang mengantarkan makan malam mereka. “Terimakasih,” Guang Zhenzhu mengambil makanan itu. Ia meletakkan makanan itu di depan Shu Sheng, “sebaiknya kita makan dulu. Kita tidak makan apapun tadi siang.” “Mm.” Mereka berdua makan dalam diam. Tidak ada percakapan saat mereka makan. “Sebaiknya kau istirahat. Besok kita akan pergi ke Sekte Pedang Jiwa untuk ikut seleksi,” ucap Guang Zhenzhu setelah mereka menghabiskan makanannya. Shu Sheng menganggukkan kepalanya. Guang Zhenzhu keluar dari kamar meninggalkan Shu Sheng. Setelah kepergian Guang Zhenzhu, Shu Sheng akhirnya bisa menghela nafas dengan lega. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar, melihat-lihat tempat yang tidak pernah dilihatnya. Shu Sheng berjalan ke arah kasur, menekan tangannya di atasnya. Ia membelalakkan matanya saat merasakan perasaan empuk dan nyaman di tangannya. Shu Sheng duduk di kasur memantul-mantulkan tubuhnya. “Ini lebih nyaman dari tempat tidurku,” gumamnya membaringkan tubuhnya di atas kasur. Keesokan harinya.... Shu Sheng dan Guang Zhenzhu turun untuk mencari sarapan. Penginapan tempat mereka tinggal juga memiliki restoran kecil di bawah. Mereka mencari tempat duduk yang kosong lalu memesan dua mangkuk bubur untuk sarapan. Selesai makan, Shu Sheng dan Guang Zhenzhu melanjutkan perjalanan mereka ke kota. Setelah berjalan selama satu batang dupa, akhirnya mereka melihat gerbang kota yang menjulang tinggi. Ada banyak orang-orang yang mengantri untuk memasuki kota. Mereka berdua ikut mengantri di barisan paling belakang. Saat Shu Sheng sedang melihat-lihat, tatapannya tidak sengaja jatuh pada sebuah kereta yang baru datang dan dikawal ke pintu lain. “Kenapa mereka tidak ikut mengantri,” protes Shu Sheng melihat kereta itu yang langsung bisa masuk. Guang Zhenzhu mencolek jubah Shu Sheng, meminta anak itu tidak menimbulkan masalah. “Mereka adalah salah satu dari keluarga Kultivator yang berpengaruh. Dilihat dari lambang mereka, sepertinya mereka berasal dari keluarga Bai. Bahkan Sekte Pedang Jiwa harus memberi mereka muka,” bisik Guang Zhenzhu. “Keluarga Bai?” “Ada gosip yang mengatakan kalau mereka dibawah perlindungan Dewa Bai Hu secara langsung jadi tidak ada yang berani memprovokasi mereka.” “Dewa Bai Hu? Bukankah Bai Hu dewa yang menjaga wilayah Barat?” “Kau pikir kita ada dimana sekarang? Kita berada di wilayah Dewa Bai Hu jadi kita tidak bisa memprovokasi keluarga Bai.” “Bukan begitu. Maksudku, bukankah Bai Hu adalah dewa yang menjaga daerah Barat lalu mengapa dia hanya melindungi satu keluarga saja?” “Huh, itu hanya secara harfiah. Sebenarnya mereka adalah pelayan dari Dewa Bai Hu dan karena kebaktiannya, mereka diizinkan untuk menggunakan nama depan Dewa sebagai nama keluarga,” Shu Sheng mengangguk paham. “Kau sepertinya paham banyak tentang dunia ini.” “Tentu saja. Aku ingin menjadi kultivator yang paling hebat dan mencapai keabadian jadi aku harus tahu tentang orang-orang yang berpengaruh di dunia ini.” Akhirnya giliran mereka untuk memasuki gerbang. Para pengawal itu memeriksa mereka satu per satu dan menanyai mereka pertanyaan dasar seperti, “apa tujuan kalian masuk kota?” “Kami ingin mengikuti seleksi murid Sekte Pedang Jiwa.” “Berapa umur kalian.” “Aku 25 tahun dan dia...,” Guang Zhenzhu menatap Shu Sheng karena ia tidak tahu umurnya. “Apa umur dihitung dari awal penciptaan?” Para pengawal itu saling tatap dengan bingung mendengar pertanyaan Shu Sheng. “Tentu saja dihitung sejak kau lahir.” “Kalau begitu umur tubuhku 20 tahun.” Pengawal itu bingung lalu mencatatnya. “Kalian berasal dari mana?” “Desa Lumbung Padi.” “Hutan Musim Semi.” Para pengawal yang memeriksa mereka kembali saling tatap karena mereka tidak pernah mendengar nama desa dan hutan yang mereka sebutkan. “Kalian harus membayar dua koin emas untuk memasuki kota.” Shu Sheng menyerahkan empat koin emas pada pengawal lalu pengawal itu menyerahkan sebuah kertas pada mereka berdua. “Ini adalah surat izin tinggal. Kalian perlu menunjukkan surat izin ini saat mencari penginapan jadi jaga baik-baik, jangan sampai hilang.” “Baiklah. Terimakasih,” mereka berdua menerima surat izin itu lalu masuk ke kota. Saat masuk, Shu Sheng melihat pemandangan kota yang sangat besar. Sepertinya kota ini dua atau tiga kali lebih besar dari kota tempat Shu Sheng dan Guang Zhenzhu pertama kali bertemu. “Woww.” “Sebaiknya kita langsung ke Sekte Pedang Jiwa sebelum pendaftarannya di tutup.” Shu Sheng mengangguk, mereka berdua berjalan cepat menuju gunung tempat Sekte Pedang Jiwa. Setelah berjalan lama, kira-kira seperti membakar setengah batang dupa, akhirnya mereka sampai di kaki gunung Sekte Pedang Jiwa. “Ini adalah ujian pertama. Orang-orang yang tidak memiliki bakat atau akar spiritual akan disingkarkan di sini,” jelas Guang Zhenzhu melihat gerbang pertama Sekte Pedang Jiwa. Shu Sheng menganggukkan kepalanya. Mereka berdua berjalan bersama melewati gerbang itu dan ternyata mereka berdua lolos. “Apa kita harus mendaki ke atas?” tanya Shu Sheng melihat anak tangga yang banyak serta banyak orang yang mendaki tangga itu. “Tentu saja. Ini adalah ujian kedua untuk mengetes stamina yang kita miliki. Untuk menjadi kultivator kita harus memiliki stamina yang banyak untuk berlatih siang malam. Apalagi jika ingin menjadi kultivator pedang.” Shu Sheng menghela nafas dan mengikuti Guang Zhenzhu berjalan naik ke atas.Bao Ziran tiba-tiba membuka matanya dan menatap ke kedalaman hutan yang gelap. Ia merasakan jika ada seseorang yang mendekat.Bao Ziran hanya berdiri diam, berbaur dengan kegelapan malam sambil terus menatap ke arah itu sampai sebuah siluet seorang pemuda muncul.“Murid Sekte Pedang Jiwa?” ucap Bao Ziran dengan suara pelan.Pemuda itu tersentak dan langsung menatap Bao Ziran dengan tatapan waspada, mempersiapkan kuda-kudanya jika orang asing itu menyerangnya.Pemuda itu mengerutkan alisnya saat melihat sosok Bao Ziran yang berbaur dengan malam, pasalnya ia tidak menyadari kehadiran sosok itu sampai ia menyapanya. Sepertinya orang itu bukanlah orang sembarangan.“Siapa kau? Bagaimana kau tahu kalau aku murid Sekte Pedang Jiwa?”“Kau memamerkan lambang di pinggangmu. Hanya orang buta yang tidak bisa melihatnya.”Pemuda itu menundukkan kepalanya melihat lambang muridnya yang memang masih terpasang di pinggangnya. Meskipun ia keluar, ia tidak pernah melepaskan lambang itu.“Siapa kau?” ta
Shu Sheng terusik dengan cahaya matahari yang memasuki kamarnya. Ia bangun dan melihat matahari sudah tinggi di atas langit.“Sepertinya aku ketiduran,” gumamnya bangun dari tempat tidurnya.Ia menggunakan sihir pembersih untuk membersihkan dirinya lalu berjalan keluar dari kamarnya.Setiap siswa yang diterima oleh Sekte Pedang Jiwa mendapat kamar sendiri jadi mereka tidak perlu khawatir untuk berbagi privasi dengan orang lain, meskipun kamar itu tidak besar tapi setidaknya cukup untuk satu orang.Shu Sheng berjalan menuju ruang kelas karena ia ingat jika hari ini, ia dan murid baru lainnya akan mulai belajar tentang dasar-dasar kultivasi yang dibimbing langsung oleh salah satu tetua. Terkadang, ada juga murid lama yang ikut untuk memperdalam pengetahuan mereka.Saat Shu Sheng masuk, ia hanya melihat seorang murid wanita yang sedang membersihkan bukunya, sepertinya murid itu juga bersiap untuk pergi.“Shijie, apakah pelajarannya belum dimulai?” tanya Shu Sheng pada murid itu.“Ah Shu
Shu Sheng tahu jika ia tidak bisa menyelidiki hutan ini selama mereka bertiga masih ada di sana. Ia belum bisa menunjukkan identitasnya. Selain itu, makhluk ilahi sepertinya dilarang ikut campur urusan manusia tanpa sebab. Jika sampai diketahui oleh Dewa Hakim, ia bisa dihukum.Shu Sheng memperhatikan lambang di giok kedua orang berjubah putih itu. Ia mengerutkan alisnya saat merasa jika lambang tersebut tidak asing.“Bukankah itu lambang dari Keluarga Bai yang datang ke kota kemarin?” gumamnya pada dirinya sendiri.“Sepertinya kedatangan Keluarga Bai ke tempat ini karena energi aneh itu.”Shu Sheng menggunakan kekuatannya untuk berbaur dengan alam untuk mengelabui mereka dan pergi dari sana tanpa disadari oleh siapapun.*****Bao Ziran berjalan di dunia manusia dan melihat pemandangan yang sangat berbeda saat terakhir kali ia datang ke dunia ini. Sepertinya jejak pertempurannya dengan Hua Chunghua sudah menghilang mengikuti jejak waktu.Tanpa disadari oleh siapapun, Bao Ziran melinta
“Kamu masih muda dan memiliki bakat yang bagus,” puji Mu Tian pada Shu Sheng.Shu Sheng melepaskan tangannya pada bola itu, hanya membalas Mu Tian dengan senyuman sopan.“Berikutnya,” Shu Sheng kembali ke posisi awalnya dan langsung disambut heboh oleh Guang Zhenzhu.“Shixiong memujimu. Aku rasa kau akan lolos kali ini,” puji Guang Zhenzhu menepuk pundak Shu Sheng. Shu Sheng hanya mengangguk singkat, ia terus mencuri pandang arah dimana ia merasakan perasaan aneh itu.Sekarang giliran Guang Zhenzhu. Guang Zhenzhu maju dengan percaya diri dan meletakkan tangannya di atas bola itu. Bola itu bersinar terang, sinarnya memiliki rasa penindasan yang kuat.Mu Tian dan para tetua yang melihat itu mengerutkan alis mereka, menatap Guang Zhenzhu dengan tatapan yang rumit.“Dia memiliki bakat yang bagus tapi aura ini,” salah satu penatua menggelengkan kepalanya pelan melihat bola yang disentuh Guang Zhenzhu.Mu Tian mencuri pandang pada penatua dan mendapatkan gelengan pelan dari mereka. Mu Tian
Shu Sheng dan Guang Zhenzhu terus menaiki tangga Sekte Pedang Jiwa yang terasa tidak ada ujungnya. Sudah banyak peserta yang tumbang saking lelahnya. Shu Sheng menatap tangga di atas mereka yang masih tidak terlihat ujungnya.“Apa ini benar-benar memiliki ujung?” keluh seorang peserta yang berjalan tidak jauh dari posisinya.“Huh. Aku tidak bisa lagi melanjutkannya,” seorang peserta wanita duduk dan menselonjorkan kakinya.“Apa kau sudah lelah?” tanya Shu Sheng pada Guang Zhenzhu saat melihat keringatnya sudah membasahi bajunya.Guang Zhenzhu menggelengkan kepalanya, “aku masih bisa melanjutkannya. Aku tidak akan menyerah di tengah jalan. Rintangan ini tidak bisa menyurutkan tekadku untuk mencapai keabadian.”Shu Sheng menggelengkan kepalanya dan lanjut berjalan bersama Guang Zhenzhu dan beberapa peserta lainnya yang tersisa.“Huh huh Tuan Muda ini, apa kau tidak lelah? Aku bahkan huh tidak melihat keringat di wajahmu,” ucap salah satu peserta muda yang berjalan di samping Shu Sheng.
Shu Sheng dan Guang Zhenzhu diantar ke kamar mereka oleh pelayan itu. Mereka memasuki kamar mereka tapi Guang Zhenzhu yang tidak bisa tenang pergi ke kamar Shu Sheng, mengetuk pintunya.Shu Sheng mempersilahkan Guang Zhenzhu masuk.“Ada apa?”“Kenapa kau memberikan emas itu pada mereka? Kita bisa menjualnya di kota dengan harga yang lebih mahal.”Shu Sheng tersenyum, tidak menjawab. Ia tidak bisa mengatakan kalau dirinya memiliki lebih dari satu emas seperti itu.“Kau memiliki emas yang memiliki energi spiritual. Darimana kau mendapatkan emas seperti ini?”“Tempat tinggalku.”Guang Zhenzhu mendengus, “kau sepertinya tinggal di tempat yang sangat nyaman.”“Ya. Bisa dibilang seperti itu.”Guang Zhenzhu menatap Shu Sheng dengan tatapan serius, “kenapa?” tanya Shu Sheng tidak tahan dengan tatapan Guang Zhenzhu yang mencoba menyelidiki dirinya.“Kau pasti Tuan Muda yang sedang keluar mencari pengalamankan?!”Shu Sheng mengerutkan alisnya bingung.“Kau tidak tahu tentang uang tapi kau memil