Share

Bab 5: Tes Akhir

Author: Apni Achnai
last update Last Updated: 2025-05-14 21:10:07

Shu Sheng dan Guang Zhenzhu terus menaiki tangga Sekte Pedang Jiwa yang terasa tidak ada ujungnya. Sudah banyak peserta yang tumbang saking lelahnya. Shu Sheng menatap tangga di atas mereka yang masih tidak terlihat ujungnya.

“Apa ini benar-benar memiliki ujung?” keluh seorang peserta yang berjalan tidak jauh dari posisinya.

“Huh. Aku tidak bisa lagi melanjutkannya,” seorang peserta wanita duduk dan menselonjorkan kakinya.

“Apa kau sudah lelah?” tanya Shu Sheng pada Guang Zhenzhu saat melihat keringatnya sudah membasahi bajunya.

Guang Zhenzhu menggelengkan kepalanya, “aku masih bisa melanjutkannya. Aku tidak akan menyerah di tengah jalan. Rintangan ini tidak bisa menyurutkan tekadku untuk mencapai keabadian.”

Shu Sheng menggelengkan kepalanya dan lanjut berjalan bersama Guang Zhenzhu dan beberapa peserta lainnya yang tersisa.

“Huh huh Tuan Muda ini, apa kau tidak lelah? Aku bahkan huh tidak melihat keringat di wajahmu,” ucap salah satu peserta muda yang berjalan di samping Shu Sheng.

Shu Sheng menggelengkan kepalanya, “aku memiliki stamina yang banyak.”

“Sepertinya Tuan Muda ini memiliki bakat yang tinggi,” pujinya. Shu Sheng tersenyum tidak menanggapi pujian peserta muda itu.

Saat malam tiba, akhirnya mereka bisa melihat puncak dari tangga ini. Beberapa peserta yang masih tersisa langsung berlari ke atas agar segera sampai tidak terkecuali Guang Zhenzhu. Shu Sheng hanya melanjutkan langkahnya tanpa terburu-buru.

Sesampainya di atas, Shu Sheng melihat peserta yang berlari ke atas sudah terkapar di lantai. Kondisi Shu Sheng yang santai sangat kontras dengan peserta yang ada di sekitarnya.

Saat pertama kali menaiki tangga, ada banyak peserta tetapi setelah sampai di puncak para peserta sudah mengerucut sampai bisa dihitung dengan jari.

Seorang murid yang menggunakan jubah hijau datang menghampiri Shu Sheng, “kau memiliki stamina yang sangat bagus. Aku yakin jika kau memiliki bakat,” puji murid itu.

“Perkenalkan namaku Mu Tian. Aku adalah murid yang bertanggung jawab atas perekrutan kali ini. Di sini kau bisa memanggilku Kakak Laki-Laki.”

“Terimakasih Kakak Laki-Laki atas pujiannya,” Shu Sheng menangkupkan tangannya.

Mu Tian tersenyum. Ia lalu menatap para peserta lainnya yang sudah mengatur pernafasannya, “penilaian selanjutnya akan kita lanjutkan besok. Hari ini kalian bisa istirahat terlebih dahulu. Kami sudah menyiapkan kamar untuk kalian.”

“Baik,” para peserta yang terkapar itu langsung bangun dan memberikan penghormatan pada Mu Tian.

Shu Sheng, Guang Zhenzhu dan para peserta lainnya di antar ke sebuah kamar oleh murid dari sekte itu, “satu kamar berisi empat orang. Kalian bisa membagi teman sekamar kalian sendiri.”

Setelah mengatur kamar mereka, Shu Sheng dan Guang Zhenzhu bersama dua teman kamarnya masuk ke kamar mereka.

“Aku tidak menyangka jika tangga itu akan membutuhkan waktu selama ini untuk bisa sampai ke atas,” kata salah satu teman sekamar mereka.

“Lalu kenapa? Apa kau menyesal? Wajar jika seleksinya sangat ketat. Ini adalah sekte nomor satu dan banyak orang yang ingin mendaftar,” jawab Guang Zhenzhu.

“Oh iya teman ini. Kalian sepertinya sudah saling mengenal. Apa kalian saudara?”

“Kenapa kau menanyakan itu?” tanya balik Guang Zhenzhu tidak nyaman.

“Tidak. Aku hanya penasaran,” jawab orang itu.

“Apa kalian sudah mendengar kalau Sekte Pedang Jiwa hanya akan menerima murid yang berusia 20 tahun paling tua kali ini,” lanjutnya.

“Apa? Bukankah waktu itu mereka menerima murid yang berusia 25 tahun,” protes yang lainnya.

Guang Zhanzhu yang mendengar itu juga terkejut. Ia mengikuti seleksi ini karena mendengar batas usia Sekte Pedang Jiwa adalah 25 dan ini adalah satu-satunya kesempatannya.

Orang itu menghendikkan bahunya, “aku hanya mendengarnya saat berjalan di pasar kemarin.”

Shu Sheng yang melihat kegugupan Guang Zhenzhu menepuk bahunya, “mungkin itu cuma gosip. Sebaiknya kita istirahat untuk mempersiapkan diri pada penilaian besok,” sarannya.

Guang Zhenzhu menghela nafas. Benar, itu belum pasti. Mungkin saja orang itu hanya mendengarnya dari orang acak. Guang Zhenzhu mencoba menenangkan dirinya.

“Kau benar,” Guang Zhenzhu setuju lalu mereka pergi tidur.

Tidak hanya Guang Zhenzhu tapi orang lainnya yang ada di kamar itu juga setuju. Meskipun belum berumur 25 tapi ia sudah berumur 22 tahun dan melewati umur 20 jadi tentu saja ia juga gugup.

“Apa aku mengatakan sesuatu yang salah? Aku hanya membagikan informasi yang aku miliki pada kalian sehingga nanti kalian tidak akan terlalu kecewa,” kesal orang itu yang melihat semua orang mengabaikannya.

“Tetapi kau tidak bisa mematahkan semangat mereka,” tegur Shu Sheng.

“Kenapa? Lagipula bukankah mereka sudah tua? Apa salah sekte jika mereka lebih ingin merekrut murid muda yang menjanjikan. Lagipula mulai berlatih di umur 25 percuma saja. Makin muda usia saat kultivator berlatih, makin banyak pencapaian yang bisa dicapainya.”

Shu Sheng menggelengkan kepalanya tidak menjawab. Ia juga mulai tidur di tempat tidurnya sendiri.

Keesokan harinya...

Semua peserta yang lulus ujian stamina dikumpulkan di sebuah lapangan dengan Mu Tian dan murid lainnya berdiri di depan mereka.

Shu Sheng melihat ada beberapa wajah asing yang tidak ia lihat tadi malam. Sepertinya orang-orang ini adalah orang-orang yang berhasil mencapai puncak setelah mereka kembali ke kamar.

“Hari ini kita akan mengetes tulang dan akar spiritual kalian. Apakah kalian diterima atau tidak tergantung hasil yang kalian dapatkan hari ini,” ucap Mu Tian.

“Di sini juga ada para penatua sekte yang akan menyaksikan seleksi kali ini,” lanjutnya.

Shu Sheng dan para peserta melihat ke atas podium dimana para penatua sekte duduk.

“Jika kita mendapatkan hasil yang baik, aku dengar kita bisa menyembah seorang penatua sebagai guru,” bisik salah satu peserta.

Shu Sheng mengerutkan alisnya. Memuja mereka sebagai guru? Ia tidak menginginkannya karena ia tahu hubungan guru dan murid adalah hubungan yang sangat dekat selain keluarga.

Mu Tian memanggil para peserta satu per satu untuk menguji bakat mereka. Shu Sheng masih bergelut dengan pikirannya sampai gilirannya tiba.

“Hey, sekarang sudah giliranmu,” Guang Zhenzhu menyenggol bahu Shu Sheng menyadarkan anak itu dari lamunannya.

“Ah ya,” Shu Sheng maju ke depan.

“Kau hanya perlu meletakkan tanganmu di sini,” ucap Mu Tian menunjuk bola yang ada di atas meja.

Shu Shen meletakkan tangannya di atas bola berwarna putih yang ada di depan. Tanpa ada yang tahu, mata Shu Sheng berubah menjadi emas dan bola itu bersinar. Sinarnya tidak terang atau redup tapi memberikan perasaan yang lembut.

Deg

Shu Sheng membelalakkan matanya saat merasakan perasaan yang mencekam tetapi familiar baginya. Ia menatap ke kedalaman Sekte Pedang Jiwa, arah dimana ia merasakan perasaan itu.

Sebagai Benih Pohon Kehidupan, Shu Sheng terhubung langsung dengannya. Pohon Kehidupan memiliki kemampuan untuk bisa merasakan semua yang ada di tiga alam jadi saat Shu Sheng mengaktifkan kekuatan ilahinya, ia bisa merasakan semua yang dirasakan pohon itu.

“Perasaan apa ini? Kenapa rasanya sangat aneh,” gumam Shu Sheng

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 38: Pertemuan Kembali dengan Penguasa Selatan

    Shu Sheng mengikuti kedua bersaudara itu menuju Istana Phoenix untuk menemui Feng Huang.Setelah mereka sampai di Istana, Shu Sheng bisa melihat jika murid-murid yang diterima di tempat ini semuanya hanya perempuan. Saat pertama kali masuk, entah kenapa Shu Sheng tiba-tiba merasa seperti di rumah bordil.Banyak wanita yang melihat Shu Sheng menggodanya tapi untung Yue Ming dan Yu Lian mencoba menengahi para saudari mereka yang antusias."Semuanya, dia datang bukan untuk menemukan kalian," tegur Yue Ming pada saudarinya yang sudah mengerubungi Shu Sheng seperti manisan.Yue Ming dan Yu Lian menghela nafas melihat keantusiasan semuanya. Mereka berdua bahkan telah di dorong keluar oleh para wanita itu.Shu Sheng yang merasa jika para wanita di rumah bordil jauh lebih baik dari para murid di Istana Phoenix hanya bisa menghela nafas pasrah dikelilingi seperti ini. Ia berharap Yue Ming dan Yu Lian segera membawanya menemui Feng Huang secepatnya.Tidak memiliki pilihan lain, Yue Ming dan Yu

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 37: Melakukan Pembunuhan

    Tengah malam, semua orang telah terlelap dalam mimpinya termasuk Shu Sheng. Entah kenapa, malam ini suasananya sangat sunyi dan sepi.Di malam yang gelap gulita, ada sosok bayangan hitam yang melintas dengan cepat melewati Ibu Kota Kekasairan. Tidak ada yang menyadari bayangan itu kecuali satu orang.Shu Sheng yang sudah tertidur lelap tiba-tiba membuka matanya, langsung duduk dan menatap tajam pintu kamarnya.Jika ada seseorang di sini maka orang itu pasti berteriak melihat mata merah Shu Sheng yang menyala di gelapnya malam. Mata itu seperti mata seorang pembunuh yang menunggu mangsanya. Mata yang mirip darah membuat orang-orang menggigil melihatnya. Shu Sheng turun dari ranjangnya, berjalan keluar kamar mengikuti bayangan itu.Sosok bayangan itu berhenti di tengah kota, "siapa kau?" tanyanya waspada.Sosok Shu Sheng tersembunyi di balik bayangan gedung sehingga sosok itu hanya bisa melihat siluetnya. Tidak bisa mengenalinya.Perlahan, Shu Sheng berjalan maju menghampiri sosok itu.

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 36: Murid Pavillion Kabut Azure

    Feng Huang berdekhem, ia menegak minumannya dengan pelan, tidak menjawab pertanyaan Shu Sheng.Saat Feng Huang sedang berusaha mencari alasan untuk menghindari pertanyaan Shu Sheng, tiba-tiba ada seorang wanita masuk dan menghampiri Feng Huang.“Ada apa?”“Yang Mulia, ada seseorang yang berkunjung dari Pavilliun Kabut Azure,” kata wanita itu.“Untuk apa mereka datang ke sini? Katakan jika aku sedang sibuk,” Feng Huang menolak bertemu mereka.“Tapi Yang Mulia, mereka bilang kalau ini penting. Perintah langsung dari Yang Mulia Dewa Qing Long.”Feng Huang mendengus, menghentakkan gelasnya, Shu Sheng terkejut, “apa lagi yang diinginkan pria kolot itu?!” kesalnya.“Yang Mulia, jika ada yang penting, anda bisa mengurusnya terlebih dahulu. Saya bisa menunggu,” kata Shu Sheng.Feng Huang menatap Shu Sheng, tiba-tiba memiliki sebuah ide di benaknya, “oh ya. Aku memang cukup sibuk hari ini. Bagaimana kalau kau kembali dulu, kita lanjutkan saja lain hari.”Shu Sheng yang berencana menunggu seben

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 35: Dewa Penjaga Wilayah Selatan

    Feng Huang mempersilahkan Shu Sheng untuk duduk dan menjelaskan tujuannya. Shu Sheng menundukkan kepalanya, duduk di depan Feng Huang."Katakan.""Yang Mulia, apa Yang Mulia pernah mendengar tentang masalah yang melimpah wilayah barat?""Jika yang kau maksud itu tentang gerbang dunia bawah yang terbuka kembali, aku sudah mendengarnya. Tapi apa hubungannya ini dan kedatanganmu?""Gerbang dunia bawah terbuka di Sekte Pedang Jiwa dan Raja Iblis Jiwa muncul di sana," jelas Shu Sheng."Iblis Jiwa? Diantara jenis Iblis, mereka adalah yang paling susah untuk dihadapi," Feng Huang menganggukkan kepalanya.Shu Sheng kemudian menceritakan semuanya termasuk penyamaran Bao Ziran dan identitas Mu Tian.Feng Huang terkejut mendengar perkataan Shu Sheng, "Bao Ziran yang sombong itu ingin menjadi murid Bai Hu?""Bukan murid tapi Yang Mulia Dewa Hakim hanya menyamar menjadi muridnya," koreksi Shu Sheng."Bukankah itu sama saja? Tidak peduli menyamar atau tidak, ia tetap mau menurunkan egonya.""Yang M

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 34: Distrik Lampu Merah

    “Jadi bagaimana rencana kalian?” tanya Shu Sheng menatap kedua bersaudara itu. Yue Ming dan Yu Lian saling tersenyum, mereka menyuruh Shu Sheng menundukkan wajahnya untuk mendengarkan perkataan mereka. “Bagaimana kalau kau menyamar dan mengajak Pangeran Pertama ke Distrik Lampu Merah?” saran Yue Ming. Shu Sheng membelalakkan matanya, menatap mereka berdua, “distrik lampu merah?” tanyanya memastikan. Kedua wanita itu menganggukkan kepala mereka. Shu Sheng menggelengkan kepalanya tidak setuju. Ia tidak ingin menuruti kedua bersaudara itu. “Kau ingin bertemu Yang Mulia Feng Huang atau tidak?” “Aku bisa membantu kalian apapun tapi....” Meskipun Shu Sheng tidak tahu tempat apa yang disebut sebagai distrik lampu merah tapi dari namanya saja sudah membuat Shu Sheng merasa aneh. Seolah-olah tempat ini membawa banyak masalah. ***** Shu Sheng sekarang telah berganti pakaian menjadi jubah biru dengan kipas putih di tangannya. Ia berjalan santai sambil melambaikan kipasnya dengan pelan di

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 33: Rencana Penyamaran

    Awalnya Shu Sheng tidak ingin mengatakannya, tapi melihat kedua wanita itu menatapnya dengan tatapan tulus seperti itu membuat Shu Sheng tidak enak hati."Sebenarnya kedatanganku ke Ibu Kota Kekasairan adalah untuk menemui seseorang. Dia adalah tokoh penting dan sepertinya akan susah untuk bertemu dengannya.""Tuan Muda tidak perlu khawatir. Kami mengenal semua orang penting di kota ini. Katakan saja anda ingin bertemu dengan siapa, kami akan membuatkan janji untuk anda."Shu Sheng berkata, "aku ingin menemui Feng Huang. Aku dengar kalau dia tinggal di Istana Phoenix, tapi saat aku ke sana, aku diusir oleh penjaga. Tidak diizinkan masuk."Kedua kakak beradik itu saling tatap mendengar perkataan Shu Sheng. Sang kakak bertanya, "untuk apa Tuan Muda Shu menemui Yang Mulia Feng Huang?""Aku ingin menanyakan sesuatu padanya.""Apa Tuan Muda Shu tidak tahu kalau tidak sembarang orang bisa bertemu dengan Yang Mulia Feng Huang."Shu Sheng menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Meskipun ia tah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status