Share

Bab 3: Perjalanan Bersama

Penulis: Apni Achnai
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-12 22:11:35

Shu Sheng tidak bisa meninggalkan anak kecil itu begitu saja jadi ia merogoh tas yang ia kenakan lalu mengeluarkan emas berbentuk daun dan menyerahkannya pada pria paru baya.

“Apa ini tidak bisa?” tanya Shu Sheng. Sebenarnya itu bukan emas berbentuk daun tapi daun berbentuk emas. Daun itu adalah daun dari pohon kehidupan.

Pria paru baya menatap emas itu dengan mata berbinar dan langsung mengambilnya. Ia menggigit emas itu untuk memastikan keasliannya.

“Bisa bisa,” pria paru baya menganggukkan kepalanya menyembunyikan emas di balik pakaiannya.

Shu Sheng senang, “kalau begitu roti ini milik anak itu.”

Pria paru baya mengangguk dan melambaikan tangannya.

Setelah mendapatkan persetujuan dari pria paru baya, Shu Sheng mengajak anak itu pergi tapi anak kecil itu malah menarik-narik jubahnya.

Shu Sheng menunduk lalu bertanya, “ada apa?”

“Emas itu terlalu mahal untuk sepotong roti,” ucapnya memperingati Shu Sheng kalau dirinya telah dibohongi.

“Apa yang kau bicarakan?! Rotiku adalah roti terbaik di pasar ini dan kau sudah mencurinya,” balas pria paru baya memarahi anak kecil.

“Ya. Emas itu terlalu mahal,” para pejalan kaki yang melihat pria paru baya menipu pemuda seperti Shu Sheng merasa iba padanya.

“Diam kalian! Kalian hanya iri padaku,” ketus pria paru baya.

Seorang pemuda berusia 25 tahun maju untuk menantang pria paru baya. Ia mengambil emas yang dijaga dengan baik oleh pria paru baya.

“Apa yang kau lakukan! Kembalikan emasku!”

“Ini bukan emasmu tapi milik pemuda ini,” pemuda itu mengembalikan emas tersebut pada Shu Sheng.

Shu Sheng yang bingung hanya bisa mengambil emas itu ditengah desakan anak kecil yang selalu memegang jubahnya.

“Harga roti itu paling lima tembaga tapi kau menipu orang yang tidak tahu untuk membayar emas,” pemuda itu memberikan lima koin tembaga pada pria paru baya.

“Aku sudah membayar roti itu jadi roti itu sudah menjadi milik anak kecil ini.”

Pria paru baya menatap pemuda itu dengan tatapan tidak suka tetapi apa yang dikatakannya adalah benar. Harga roti yang diambil anak kecil itu memang hanya lima tembaga jadi ia memilih untuk mundur dengan kesal.

Setelah pria paru baya pergi, orang-orang yang mengerumuni mereka juga ikut bubar karena tidak ada lagi yang menarik untuk di tonton.

“Terimakasih,” ucap Shu Sheng berterimakasih pada pemuda yang telah membantunya.

“Sama-sama. Perkenalkan namaku Guang Zhenzhu,” pemuda itu memperkenalkan dirinya.

“Shu Sheng.”

“Shu Sheng, nama yang bagus,” Guang Zhenzhu menganggukkan kepalanya.

Shu Sheng tersenyum lalu ia berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan anak kecil, “lain kali kau jangan mencuri lagi jika tidak ingin dihukum oleh Dewa.”

“Kenapa Dewa menghukumku? Dewa bahkan tidak pernah membantu kami lalu kenapa dia akan menghukumku?” tanya anak kecil itu.

Shu Sheng diam. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan anak kecil itu.

Sebagai Benih Pohon Kehidupan dan memiliki koneksi langsung dengan pohon suci itu, ia tahu tentang keberadaan tiga alam tapi ia tidak pernah mengunjungi dan melihat makhluk-makhluk yang ada di tiga alam secara langsung jadi ia tidak bisa menjawab pertanyaan anak kecil itu.

“Pokoknya mencuri itu bukanlah tindakan yang baik,” balas Shu Sheng.

Anak kecil itu melepaskan cengkraman Shu Sheng dari pundaknya lalu menendang kaki Shu Sheng dengan kesal. Ia berlari meninggalkan Shu Sheng dan Guang Zhenzhu.

“Hey,” Shu Sheng memanggil anak kecil yang sudah hilang ditelan kerumunan orang.

Shu Sheng menghela nafas, ia berdiri dan membersihkan jubahnya yang kotor akibat berjongkok. Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada Guang Zhenzhu.

“Jika kau ingin menemukan anak kecil itu, aku bisa membantumu,” ucap Guang Zhenzhu.

Shu Sheng melambaikan tangannya, “tidak perlu. Jika memang kami memiliki takdir, kami pasti akan bertemu lagi cepat atau lambat.”

“Kau ingin kemana? Aku tidak memiliki tujuan pasti, jika kau tidak keberatan bagaimana kalau kita jalan bersama.”

“Sekte Pedang Jiwa sedang membuka pendaftaran untuk menerima murid baru. Aku ingin ke sana untuk mencari peruntungan.”

Sekte Pedang Jiwa adalah sekte pedang nomor satu di daratan. Mereka akan membuka pendaftaran setiap 5 tahun sekali dan hanya murid dari generasi terbaik yang mereka terima.

“Bagaimana kalau aku ikut denganmu?”

“Apa kau juga tertarik untuk menjadi kultivator?”

Shu Sheng menggelengkan kepalanya, “aku penasaran.”

Mereka berdua berjalan beriringan menuju Sekte Pedang Jiwa.

“Kenapa kau ingin menjadi kultivator?” tanya Shu Sheng di tengah-tengah perjalanan mereka.

Guang Zhenzhu tersenyum miris mengingat masa lalunya, “aku ingin menjadi makhluk abadi. Aku tidak ingin mati.”

“Aku sudah pernah melihat saudaraku dan orang tuaku tersiksa karena penyakit. Aku tidak ingin mengalami hal yang sama seperti yang mereka rasakan. Aku akan melakukan apapun untuk menjadi abadi.”

Shu Sheng tidak menjawab perkataan Guang Zhenzhu, ia hanya diam mendengarkan Guang Zhenzhu menceritakan masa lalunya.

Guang Zhenzhu terlahir dari keluarga biasa yang bekerja sebagai petani di sebuah desa terpencil, jauh dari perkotaan. Ia hidup berempat dengan kakak laki-lakinya dan orang tuanya. Awalnya hidup mereka baik-baik saja sampai terjadi sebuah wabah penyakit di desa tempat tinggal mereka dan lebih dari setengah populasi desa meninggal karena penyakit itu.

Guang Zhenzhu melihat tubuh keluarganya yang awalnya sehat perlahan menjadi kurus, tersisa tulang dan kulit saja sampai mereka hanya bisa tiduran di atas kasur. Tidak bisa melakukan apa-apa sampai mereka semua meninggal.

“Hari sudah malam, bagaimana kalau kita mencari penginapan dan melanjutkan perjalan besok,” tawar Guang Zhenzhu melihat langit yang sudah gelap.

Shu Sheng mengangguk, ia belum tahu bagaimana hidup di dunia manusia.

Mereka berjalan ke salah satu penginapan yang ada di desa itu. Pelayan yang ada di sana menyambut mereka dengan hangat.

“Kami ingin memesan dua kamar,” ucap Guang Zhenzhu.

“Dua kamar dengan satu kali makan malam enam koin emas,” ucap pelayan.

Guang Zhenzhu menggebrak meja, “bukankah itu terlalu mahal? Biasanya dua koin perak sudah mendapatkan satu kamar. Tiga koin satu malam, bahkan penginapan mewah saja tidak berani mencatok harga seperti ini.”

Pelayang tersenyum, “itu di hari biasa. Besok adalah hari Sekte Pedang Jiwa membuka pendaftaran murid baru jadi banyak pelanggan yang akan datang. Jika kalian tidak mau, tidak apa-apa. Kalian bisa mencari penginapan di tempat lain atau tidur di hutan karena meskipun kalian melanjutkan perjalanan ke kota, penginapan di sana sudah penuh semua.”

Desa tempat mereka singgah adalah desa terdekat dengan kota tempat Sekte Pedang Jiwa berada. Banyak murid yang tidak mendapatkan penginapan di kota akan memilih tinggal di desa ini karena jaraknya yang hanya perlu berjalan kaki selama satu batang dupa penuh.

“Baiklah, kami hanya memesan satu kamar,” Guang Zhenzhu menggertakkan giginya dan mengeluarkan semua uangnya untuk membayar penginapan satu malam.

Shu Sheng mencegahnya, ia kembali mengeluarkan emas berbentuk daun lalu menyerahkannya pada pelayan.

“Apa ini bisa untuk membayar dua kamar?”

Pelayan mengambil emas itu lalu mengeceknya dengan hati-hati, “ya ya ya.”

Pelayan menyimpan emas itu dan memberikan kembalian 50 koin emas pada Shu Sheng.

“Kenapa kau memberiku uang?”

“Daun emas ini mengandung energi spiritual tingkat tinggi. Setiap barang yang mengandung energi spiritual akan dihargai tergantung energi spiritual yang ada dalam barang tersebut. Emas yang kamu miliki bisa dihargai lima ratus atau lebih koin emas tapi kami hanya memiliki 50 koin emas ini sebagai kembalian.”

“Kalau begitu kami tidak jadi menukarnya,” Guang Zhenzhu ingin kembali merebut emas daun itu tapi pelayan lebih cepat menghindarinya.

“Tidak apa-apa. Kami akan menukarnya,” Guang Zhenzhu menatap Shu Sheng dengan tatapan tidak percaya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 9: Liu Jing

    Bao Ziran tiba-tiba membuka matanya dan menatap ke kedalaman hutan yang gelap. Ia merasakan jika ada seseorang yang mendekat.Bao Ziran hanya berdiri diam, berbaur dengan kegelapan malam sambil terus menatap ke arah itu sampai sebuah siluet seorang pemuda muncul.“Murid Sekte Pedang Jiwa?” ucap Bao Ziran dengan suara pelan.Pemuda itu tersentak dan langsung menatap Bao Ziran dengan tatapan waspada, mempersiapkan kuda-kudanya jika orang asing itu menyerangnya.Pemuda itu mengerutkan alisnya saat melihat sosok Bao Ziran yang berbaur dengan malam, pasalnya ia tidak menyadari kehadiran sosok itu sampai ia menyapanya. Sepertinya orang itu bukanlah orang sembarangan.“Siapa kau? Bagaimana kau tahu kalau aku murid Sekte Pedang Jiwa?”“Kau memamerkan lambang di pinggangmu. Hanya orang buta yang tidak bisa melihatnya.”Pemuda itu menundukkan kepalanya melihat lambang muridnya yang memang masih terpasang di pinggangnya. Meskipun ia keluar, ia tidak pernah melepaskan lambang itu.“Siapa kau?” ta

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 8: Pertemuan

    Shu Sheng terusik dengan cahaya matahari yang memasuki kamarnya. Ia bangun dan melihat matahari sudah tinggi di atas langit.“Sepertinya aku ketiduran,” gumamnya bangun dari tempat tidurnya.Ia menggunakan sihir pembersih untuk membersihkan dirinya lalu berjalan keluar dari kamarnya.Setiap siswa yang diterima oleh Sekte Pedang Jiwa mendapat kamar sendiri jadi mereka tidak perlu khawatir untuk berbagi privasi dengan orang lain, meskipun kamar itu tidak besar tapi setidaknya cukup untuk satu orang.Shu Sheng berjalan menuju ruang kelas karena ia ingat jika hari ini, ia dan murid baru lainnya akan mulai belajar tentang dasar-dasar kultivasi yang dibimbing langsung oleh salah satu tetua. Terkadang, ada juga murid lama yang ikut untuk memperdalam pengetahuan mereka.Saat Shu Sheng masuk, ia hanya melihat seorang murid wanita yang sedang membersihkan bukunya, sepertinya murid itu juga bersiap untuk pergi.“Shijie, apakah pelajarannya belum dimulai?” tanya Shu Sheng pada murid itu.“Ah Shu

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 7: Penyelidikan Sang Hakim

    Shu Sheng tahu jika ia tidak bisa menyelidiki hutan ini selama mereka bertiga masih ada di sana. Ia belum bisa menunjukkan identitasnya. Selain itu, makhluk ilahi sepertinya dilarang ikut campur urusan manusia tanpa sebab. Jika sampai diketahui oleh Dewa Hakim, ia bisa dihukum.Shu Sheng memperhatikan lambang di giok kedua orang berjubah putih itu. Ia mengerutkan alisnya saat merasa jika lambang tersebut tidak asing.“Bukankah itu lambang dari Keluarga Bai yang datang ke kota kemarin?” gumamnya pada dirinya sendiri.“Sepertinya kedatangan Keluarga Bai ke tempat ini karena energi aneh itu.”Shu Sheng menggunakan kekuatannya untuk berbaur dengan alam untuk mengelabui mereka dan pergi dari sana tanpa disadari oleh siapapun.*****Bao Ziran berjalan di dunia manusia dan melihat pemandangan yang sangat berbeda saat terakhir kali ia datang ke dunia ini. Sepertinya jejak pertempurannya dengan Hua Chunghua sudah menghilang mengikuti jejak waktu.Tanpa disadari oleh siapapun, Bao Ziran melinta

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 6: Hasil Seleksi

    “Kamu masih muda dan memiliki bakat yang bagus,” puji Mu Tian pada Shu Sheng.Shu Sheng melepaskan tangannya pada bola itu, hanya membalas Mu Tian dengan senyuman sopan.“Berikutnya,” Shu Sheng kembali ke posisi awalnya dan langsung disambut heboh oleh Guang Zhenzhu.“Shixiong memujimu. Aku rasa kau akan lolos kali ini,” puji Guang Zhenzhu menepuk pundak Shu Sheng. Shu Sheng hanya mengangguk singkat, ia terus mencuri pandang arah dimana ia merasakan perasaan aneh itu.Sekarang giliran Guang Zhenzhu. Guang Zhenzhu maju dengan percaya diri dan meletakkan tangannya di atas bola itu. Bola itu bersinar terang, sinarnya memiliki rasa penindasan yang kuat.Mu Tian dan para tetua yang melihat itu mengerutkan alis mereka, menatap Guang Zhenzhu dengan tatapan yang rumit.“Dia memiliki bakat yang bagus tapi aura ini,” salah satu penatua menggelengkan kepalanya pelan melihat bola yang disentuh Guang Zhenzhu.Mu Tian mencuri pandang pada penatua dan mendapatkan gelengan pelan dari mereka. Mu Tian

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 5: Tes Akhir

    Shu Sheng dan Guang Zhenzhu terus menaiki tangga Sekte Pedang Jiwa yang terasa tidak ada ujungnya. Sudah banyak peserta yang tumbang saking lelahnya. Shu Sheng menatap tangga di atas mereka yang masih tidak terlihat ujungnya.“Apa ini benar-benar memiliki ujung?” keluh seorang peserta yang berjalan tidak jauh dari posisinya.“Huh. Aku tidak bisa lagi melanjutkannya,” seorang peserta wanita duduk dan menselonjorkan kakinya.“Apa kau sudah lelah?” tanya Shu Sheng pada Guang Zhenzhu saat melihat keringatnya sudah membasahi bajunya.Guang Zhenzhu menggelengkan kepalanya, “aku masih bisa melanjutkannya. Aku tidak akan menyerah di tengah jalan. Rintangan ini tidak bisa menyurutkan tekadku untuk mencapai keabadian.”Shu Sheng menggelengkan kepalanya dan lanjut berjalan bersama Guang Zhenzhu dan beberapa peserta lainnya yang tersisa.“Huh huh Tuan Muda ini, apa kau tidak lelah? Aku bahkan huh tidak melihat keringat di wajahmu,” ucap salah satu peserta muda yang berjalan di samping Shu Sheng.

  • Penjaga Keseimbangan: Takdir Dewa dan Iblis   Bab 4: Sekte Pedang Jiwa

    Shu Sheng dan Guang Zhenzhu diantar ke kamar mereka oleh pelayan itu. Mereka memasuki kamar mereka tapi Guang Zhenzhu yang tidak bisa tenang pergi ke kamar Shu Sheng, mengetuk pintunya.Shu Sheng mempersilahkan Guang Zhenzhu masuk.“Ada apa?”“Kenapa kau memberikan emas itu pada mereka? Kita bisa menjualnya di kota dengan harga yang lebih mahal.”Shu Sheng tersenyum, tidak menjawab. Ia tidak bisa mengatakan kalau dirinya memiliki lebih dari satu emas seperti itu.“Kau memiliki emas yang memiliki energi spiritual. Darimana kau mendapatkan emas seperti ini?”“Tempat tinggalku.”Guang Zhenzhu mendengus, “kau sepertinya tinggal di tempat yang sangat nyaman.”“Ya. Bisa dibilang seperti itu.”Guang Zhenzhu menatap Shu Sheng dengan tatapan serius, “kenapa?” tanya Shu Sheng tidak tahan dengan tatapan Guang Zhenzhu yang mencoba menyelidiki dirinya.“Kau pasti Tuan Muda yang sedang keluar mencari pengalamankan?!”Shu Sheng mengerutkan alisnya bingung.“Kau tidak tahu tentang uang tapi kau memil

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status