"Sampai kapan kau akan melakukan hal bodoh itu, Arga!" Suara bariton Tuan Jordan menggelegar di penjuru ruangan.
Suasana tampak mencekam di salah satu ruangan gedung milik Ramiro group. Dua orang pria dewasa berbeda generasi kini saling bertatap nyalang. Tidak ada satu pun yang mau mengalah di antara mereka berdua. Ego yang tinggi membuat Ayah dan anak itu selalu bersikap layaknya musuh. Bagai api dalam sekam, perang dingin antara dua manusia dengan ikatan darah yang sama itu pun tidak dapat dielakkan.
"Sampai aku bosan. Dan anda menyesal telah memiliki anak sepertiku," jawab Arga santai.
"Apakah begitu caramu berbicara dengan orang tua. Di mana sopan santunmu itu?!" hardik Tuan Jordan.
"Orang tua? Sejak kapan kau menganggapku anak? Bukankah selama ini aku hanyalah boneka mu saja!" Pemuda itu tersenyum miris.
Plakk-
Satu tamparan keras mendarat di pipi pemuda itu, sehingga membuat wajahnya berpaling akibat kerasnya tamparan yang ia dapatkan.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 45 menit. Akhirnya mobil yang dikendarai Raka sampai di parkiran sebuah apartemen."Ga, bangun kita sudah sampai. Ayo turun!" Raka menepuk-nepuk pipi sahabatnya itu."Apaan sih loe. Ganggu tidur gue aja." Pemuda itu meracau kembali karena merasa tidurnya terusik."Bangun! Kita pindah ke dalam, loe bisa lanjutin tidur di sana entar. Ayo gue bantu loe jalan." Raka sudah membuka pintu mobil sebelah Arga. Ia menarik pemuda itu agar mau beranjak dari mobil."Udah gue bilang, nggak usah ganggu gue, Rak!"Arga masih tak bergeming dari posisinya saat ini sehingga membuat Raka berdecak sebal."Cih, nyusain banget sih loe!" ujarnya kemudian menarik pemuda mabuk tersebut secara paksa.Pemuda bernama Raka Atmaja itu nampak kesulitan saat memapah tubuh besar sahabatnya. Terang saja, karena kondisi fisik Arga yang tinggi besar dan berotot. Hasil dari dia berolah raga setiap hari. Karena sebelum berangk
Setelah kepergian Raka, pemuda itu termenung memikirkan setiap kata yang keluar dari bibir sahabat sekaligus asistennya tadi. Ia nampak menghela nafas dalam sebelum beranjak berdiri menuju kamar tamu, yang biasa ia tempati jika sedang menginap di apartemen milik sahabatnya ini.Langkah kakinya membawa pemuda itu untuk memasuki kamar mandi. Ia butuh air dingin untuk menjernihkan pikirannya saat ini.Tak menunggu waktu lama. Pemuda tampan nan gagah itu pun telah berdiri di bawah shower yang menggantung tinggi di atasnya. Derasnya air mengucur membasahi seluruh tubuhnya dari atas rambut hingga ujung kaki.Cukup lama pemuda itu mengguyur kepalanya di bawah shower. Ia ingin mengenyahkan segala beban pikiran yang mengendap di otaknya. Mungkin kata-kata Raka tadi ada benarnya. Haruskah dia membuka hati dan pikirannya yang selama ini membeku, seperti yang dikatakan sahabatnya tadi.Bugghh-P
Arga mengendarai super car miliknya menembus pekatnya malam dengan kecepatan di atas rata-rata.Telpon dari sahabat sekaligus asistennya Raka, membuat pemuda itu mau tidak mau harus pergi ke tempat di mana Raka berada saat ini.Citttt....Suara decit ban yang bergeser dengan aspal begitu terdengar jelas di indera pendengaran karena pedal rem diinjak dengan begitu kuat.Langkah panjangnya setengah berlari menyusuri koridor rumah sakit tempat di mana pria yang begitu dihormatinya telah dirawat saat ini."Ga, loe datang juga akhirnya!" Suara Raka menggema di depan sebuah ruang ICU. Terlihat ada beberapa orang di situ termasuk sang Mommy yang kelihatannya juga baru tiba."Gimana kondisi Opa?" tanya Arga dengan seraut wajah yang terlihat panik."Masih ditangani dokter di dalam," jawab pemuda yang selama ini menjadi orang kepercayaannya itu.Sed
"Arga apa kau serius dengan ucapanmu itu. Kau tidak sedang becanda 'kan?!""Arga serius Opa. Arga ingin menikah. Bukankah ini juga kemauan Opa dan Papi sejak lama?!""Iya tapi mengapa mendadak sekali. Apa sebenarnya yang sedang kau rencanakan?" Pria tua itu memicingkan mata curiga.Kali ini Raka setuju dengan dugaan Tuan sepuhnya. Pasti ada yang direncanakan oleh sahabat sekaligus bosnya itu. Bagaimana bisa dengan tiba-tiba Arga mengubah prinsip hidupnya yaitu MENIKAH, satu kata yang dulu membuat pemuda itu begitu alergi. Bukankah itu hal yang sangat aneh? Jadi sudah sepantasnya mereka merasa curiga.Apapun alasannya Raka akan mencari tahu nanti. Apakah semua ini ada hubungannya dengan gadis yang pernah menjadi topik pembicaraan Ibu dan anak itu tadi malam? Entah lah semuanya masih tampak abu-abu di benak Raka."Cih! Merencanakan sesuatu apa? Yang benar saja. Terserah Opa mau percaya
"Sudah kau temukan di mana putra ku berada saat ini?" tanya perempuan cantik dengan memakai bikini karena ia baru saja keluar dari kolam renang."Tuan muda menginap di Hotel XX dengan seorang wanita, Nyonya." Sang asisten bernama Grace menjawab sembari menuangkan minuman ke dalam gelas yang berada di tangan wanita cantik itu."Pantas saja, sejak semalam dia selalu mengabaikan panggilan ku. Dengan jalang mana lagi dia berkencan saat ini?" tanya sang majikan sembari merebahkan dirinya di atas kursi santai bermaterial busa."Dengan wanita malam yang ditemukan Tuan muda di club," jawab Grace."Kebiasaan buruk anak itu harus segera dihentikan. Atau akan berimbas kepada masa depannya. Karena ancaman orang tua itu tidak lah main-main. Anak bodoh itu akan kehilangan semua harta warisannya jika terus begini. Grace bagaimana dengan gadis itu?" Wanita bernama Nyonya Diana itu tampak menahan kesal."S
Bening hanya berdiri diam dan mematung di antara beberapa perempuan cantik yang kini telah memenuhi ruang tamu karena masih dilanda kebingungan.'Siapa orang-orang ini. Dan apa yang akan mereka lakukan di sini?'Raut wajah bingung tak bisa Bening sembunyikan. Namun, ia juga tidak membantah atau pun protes dengan apa yang akan para perempuan itu lakukan kepadanya."Hai cantik! Perkenalkan namaku Soraya. Madam So-ra-ya," ucap salah satu dari mereka sembari mengulurkan tangan."Sa-saya Bening. Salam kenal!" Bening pun menyambut uluran tangan perempuan yang ternyata transgender itu.Perempuan yang mengaku bernama Soraya itupun memperhatikan penampilan Bening dari atas hingga bawah. Ia bahkan berjalan memutari tubuh Bening.'Apa yang sedang dilakukan perempuan itu. Kenapa melihatku sampai seperti itu?'"Bu, eh Mbak-""Stop! No Bu or Mbak but Madam, Madam Soraya. You understand, Bening!"Bening mengangguk dengan cepat pertanda
Egerton Crescent, London-Inggris.Penthouse megah yang berada di sebuah kawasan elite kota London. Salah satu properti milik Ramiro group di luar negeri. Sedang mengadakan penyambutan untuk kedatangan pewaris tunggalnya.Para maid sudah berjejer rapi saat limousine hitam berhenti tepat di pelataran penthouse."Selamat datang Tuan muda!" sambut kepala pelayan mewakili semua orang yang berada di sana.Arga hanya menganggukan kepalanya sejenak sebagai bentuk respon. Kemudian melenggang masuk agar bisa segera beristirahat di kamar pribadinya.Berjam-jam lamanya berada di dalam pesawat membuatnya jet lag dan merasa sangat lelah."Siapkan segala keperluan Tuan muda dengan baik. Karena Tuan muda membutuhkan waktu untuk istirahat!" titah Raka kepada kepala pelayan yang bernama Anthony itu."Baik Tuan!"Setelah kepergian Anthony. Raka pun menyusul Arga yang sudah terlebih dulu masuk ke dalam kamar."Ga, sebelum istirahat tolong p
Sudah hampir dua minggu ini Bening menjalani kelas kepribadian bersama dengan Madam Soraya sebagai sang mentor.Gadis yang sedari awal mempunyai kecantikan alami itupun semakin bertambah cantik dan anggun dengan pembawaan diri yang lebih bagus. Karena segala ilmu yang diberikan Madam Soraya bisa diserap Bening tanpa kesulitan yang berarti. Mungkin karena bakat alami yang sudah ada di dalam diri gadis itu.Pun dengan Madam Soraya yang merasa takjub dengan kehebatan muridnya itu. Tidak heran jika Madam Soraya menyebutnya dengan 'murid special' karena Bening memang memiliki aura/ inner beauty yang terpancar dalam dirinya."Pelajaran terakhir kita hari ini adalah table manner. Kau tahu apa itu table manner, Bening?"Lagi-lagi Bening menggelengkan kepala tanda tak mengerti. Namun, Madam Soraya selalu memaklumi hal itu mengingat bagaimana latar belakang gadis cantik itu sebelumnya."Baiklah akan