Share

Awal Dari Sebuah Kebencian

Penulis: SweetWater
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 11:09:32

“Tenanglah, Nicholas. Semuanya pasti akan baik-baik saja.” Karina—Ibu Nicholas berusaha menenangkan putranya.

Karina tiba di rumah sakit satu jam setelah kecelakaan itu terjadi.

“Bagaimana aku bisa tenang, Ma. Di sana ...” Nicholas tak sanggup melanjutkan perkataan.

Karina mengangguk, paham dengan apa yang Nicholas rasakan. Ia hanya terus memeluk sembari mengusap lengan putranya sampai tiba-tiba pintu ruang operasi itu terbuka. Nicholas segera berdiri, menghapus air matanya dan menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.

“Dokter, bagaimana keadaannya, Dok? Bagaimana keadaan calon istri saya?” Tanya Nicholas tak sabaran.

Dokter Moses langsung menatap Nicholas dengan tatapan yang tak bisa Nicholas artikan sama sekali. Tidak. Nicholas hanya tidak sanggup menerima jika apa yang akan di katakan oleh Dokter Moses adalah hal yang paling tidak ingin ia dengar sekarang.

“Maafkan kami, Tuan Nicholas ...” Nicholas hanya bisa menggeleng saat dokter mengatakan hal tersebut. “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tetapi … Nona Sesilia sudah tidak bisa di selamatkan.”

“Apa maksud, Dokter?! Sesilia masih hidup kan, Dok?!”

Dokter Moses menggeleng pelan. “Maafkan kami, Tuan. Kami tidak bisa menyelamatkan nyawa Nona Sesilia dan juga ... Calon bayinya.”

“A-apa?” Nicholas mengernyit dalam. “C-calon bayinya? Maksud Anda, Sesilia sedang mengandung?” Tiba-tiba saja kepala Nicholas terasa begitu berdenyut.

“Benar, Tuan. Kami benar-benar minta maaf.”

Tidak.

Nicholas menggeleng kuat. Ia begitu terkejut mendengar kenyataan tersebut. Kenapa ia baru tahu sekarang kalau Sesilia sedang mengandung? Dan bayi itu adalah anaknya, kan? Kenapa ini semua bisa terjadi?

“Ya Tuhan ...” Nicholas mengusap wajahnya kasar, lalu berlari masuk ke ruangan operasi.

Ia hanya bisa berdiri kaku ketika melihat tubuh Sesilia yang sudah tertutup oleh kain putih itu terbaring di hadapannya. Nicholas menggeleng kuat, sebutir air mata kembali berhasil membasahi pipinya. Ia pasti sedang bermimpi.

“Baru beberapa jam yang lalu ...” Nicholas mendekat, membuka kain penutup itu secara perlahan. “Aku bisa melihat senyummu. Tapi kenapa sekarang—“

Nicholas terisak, tak mampu melanjutkan ucapannya. Wajah pucat Sesilia benar-benar mengingatkan Nicholas kalau ini semua bukanlah sebuah mimpi. Ini adalah kenyataan.

“Kenapa kamu nggak bilang kalau sedang mengandung? Ini anak kita, kan?” Isaknya sembari mengusap perut Sesilia. “Kenapa kamu tega meninggalkanku, Sil? Kenapa kamu tega pergi dengan anak kita?”

Tiba-tiba Nicholas teringat dengan kejadian kecelakaan tadi. Kecelakaan yang berhasil menewaskan Sesilia dan juga calon anaknya.

“Seharusnya wanita itu yang mati sekarang. Bukan kalian,” ujar Nicholas sembari membelai perut Sesilia.

Setelah memberikan kecupan terakhirnya pada Sesilia. Nicholas langsung beranjak berdiri dan keluar dari ruang operasi. Niatnya, ia ingin menemui wanita yang terlibat kecelakaan dengan Sesilia tadi. Nicholas yakin, wanita itu pasti masih di rawat di rumah sakit ini juga. Tapi rupanya saat Nicholas keluar, wanita tadi sudah ada di sana. Berdiri di antara Karina dan juga Lukas.

Rasa benci seketika muncul, memenuhi diri dan juga hati Nicholas saat melihat wanita itu berdiri di hadapannya. Dia terlihat baik-baik saja, hanya ada beberapa luka pada tubuhnya. Berbeda dengan Sesilia yang saat ini harus rela kehilangan nyawa dan juga calon anaknya.

Pembunuh.

Kata itu yang seketika muncul di dalam benak Nicholas. Ia menganggap wanita yang baru saja mengenalkan diri sebagai Aleeta itulah yang menjadi penyebab kematian Sesilia dan juga calon anaknya.

Aleeta.

Nicholas bersumpah akan membalas semua kesakitan yang ia alami hari ini. Dan ia juga bersumpah akan membuat wanita itu menderita dengan tangannya sendiri.

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

“S-saya—“

“Pembunuh!”

Kedua bola mata Aleeta membelalak lebar. Apa katanya? Pembunuh? Kenapa tiba-tiba pria itu memanggilnya pembunuh? Butuh beberapa detik bagi Aleeta untuk mencerna kata tersebut.

“Kamu yang membunuh calon istriku! Harusnya kamu yang mati di sana, bukan calon istriku!” Teriak pria tersebut.

“Nicholas, jangan berbicara seperti itu.”

“Kenapa, Ma? Bukankah apa yang aku katakan tadi memang benar? Seharusnya wanita ini yang mati. Dia yang seharusnya tertabrak mobil!”

“Nicholas!” Wanita paruh baya yang Aleeta yakini sebagai Ibu dari pria bernama Nicholas itu langsung membentak marah. “Ini kecelakaan, Nicholas.”

“Nggak, Ma. Aku melihatnya sendiri. Dia yang seharusnya mati!”

Nicholas langsung mendorong kasar bahu Aleeta. Aleeta hampir terjungkal ke belakang jika saja Sonya tidak datang dan menahannya.

“Bukankah sudah aku peringatkan, Aleeta? Seharusnya kamu cepat pergi dari sini, bodoh!” Ketus Sonya.

“Wanita ini pembunuh, Ma.” Nicholas terlihat begitu terpukul.

“A-aku bukan—“

“Tutup mulutmu, berengsek! Aku nggak sudi mendengar suara dari seorang pembunuh sepertimu! Pergi!”

“Tapi, aku bukan pembunuh—“

“Aku bilang pergi!” Nicholas kembali berteriak marah.

Aleeta tidak tahu harus berbuat apa? Ia benar-benar merasa menyesal atas kejadian kecelakaan tadi. Tapi itu murni kecelakaan, bukan Aleeta yang membunuh Sesilia. Aleeta juga tidak mengharapkan wanita bernama Sesilia itu untuk menyelamatkan hidupnya. Apakah pantas jika pria itu menyebutnya sebagai pembunuh?

“Sudahlah, ayo kita pergi.” Sonya berusaha menarik Aleeta.

“Tapi, Ma. Aku bukan pembunuh, aku harus minta maaf,” ujar Aleeta pelan.

“Kamu tuli ya, dia menyuruhmu pergi, bodoh!”

Pria bernama Nicholas tadi kembali menatap Aleeta. Tatapan pria itu seolah siap untuk membunuh Aleeta saat itu juga, jika Aleeta tidak segera pergi meninggalkan tempat tersebut.

“Aku katakan sekali lagi, cepat pergi dari hadapanku, pembunuh!”

Aleeta menggeleng dengan air mata yang menggenang. Dirinya bukanlah pembunuh.

“Ayo, Aleeta!” Sonya menarik paksa tangan Aleeta agar bisa segera menyingkir dari hadapan orang-orang tersebut.

Aleeta tidak bisa melakukan apa-apa. Ia juga sudah tidak peduli lagi dengan rasa sakit yang ia rasakan. Aleeta hanya bisa pasrah ketika Sonya terus menariknya menjauh, tapi saat langkahnya belum benar-benar menjauh, Aleeta kembali menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang. Aleeta menatap pria bernama Nicholas yang sampai saat ini masih terus menangis.

“Maafkan, aku,” lirihnya pelan sebelum Sonya kembali menyeretnya keluar dari rumah sakit.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Aleeta Menanyakan Soal Selena

    “Aleeta …,” Aleeta mengerjap saat samar-samar mendengar suara lembut yang memanggilnya. “Sayang, kamu bisa mendengarku?” Suara itu lagi-lagi kembali terdengar. Aleeta berusaha membuka kedua matanya yang sialnya masih terasa begitu berat sekali. Samar-samar Aleeta bisa melihat bayangan pria yang duduk di hadapannya. Ia mencoba fokus pada wajah pria itu tapi sayangnya penglihatannya masih begitu buram. Sudah berapa lama Aleeta tidak sadarkan diri? Kenapa ia masih kesulitan untuk membuka matanya? Akhirnya Aleeta memutuskan untuk kembali memejamkan matanya. Mengatur napas sejenak sebelum kemudian ia mencoba untuk memfokuskan penglihatannya lagi. Dan kali ini bayangan itu sudah semakin jelas. Aleeta bisa melihat wajah pria yang duduk di hadapannya. Pria itu menatapnya khawatir, sedangkan tangannya terus menggenggam salah satu tangannya. “Sayang, kamu bisa mendenga

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Lukas Yang Akan Membereskannya

    Nicholas hanya bisa berdiri dengan tubuh lemah, sedangkan matanya terus menatap Aleeta yang sampai saat ini masih berada di ruang ICU. Dokter bilang perlu memantau keadaan Aleeta sebelum mereka memindahkan Aleeta ke ruang perawatan. Rasanya ingin sekali Nicholas merengkuh tubuh Aleeta sekarang dan mengucapkan segala kata maaf pada istrinya. Tapi kaca pembatas yang ada di hadapan Nicholas membuat pria itu sadar bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang selain hanya bersabar menunggu Aleeta keluar dari ruangan tersebut. Nicholas mengulurkan tangannya, menempelkan telapak tangannya pada kaca di hadapannya. “Kamu akan baik-baik saja, Aleeta. Tenanglah aku pasti akan melakukan semua yang terbaik untuk kesembuhanmu,” gumam Nicholas pelan. Tiba-tiba Nicholas mengerjap saat merasakan kalau ponselnya bergetar. Sudah sejak beberapa jam yang lalu ponselnya memang tidak berhenti bergetar. Nicholas tahu kalau

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Roi Dan Joni Berhasil Melarikan Diri

    “Matilah aku!” Roi menggenggam kuat belatinya yang kini sudah berlumur dengan darah. “Sonya pasti akan membunuhku,” ujarnya ketakutan.“Sekarang apa yang harus kita lakukan, Bos?” Joni mulai ikut terlihat panik.Roi menggeleng. Ia tidak tahu. Satu-satunya hal yang ingin ia lakukan saat ini hanyalah melarikan diri. Sementara di hadapannya, ia melihat seorang wanita yang nyaris tak sadarkan diri akibat dari perbuatan bodohnya.“Aleeta …,” Tubuh Nicholas membeku dengan kedua tangan merengkuh tubuh istrinya. “N-Nicho …” lirih Aleeta. Ia tampak begitu kesakitan.“Aleeta … Sayang, bertahanlah,” ucap Nicholas tercekat. “S-sakit, Nicho.” Aleeta kembali merintih pelan. “Sakit …” ia kembali merintih.“Bertahanlah, Sayang. Aku mohon,” pinta Nicholas.Aleeta hanya diam. Ia tidak mampu menjawab. Setetes air mata lolos dari pelupuk matanya sebelum kemud

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Aleeta Terluka

    “Kamu tahu kemana arah Aleeta pergi?” Roi bertanya seraya menyalakan mesin mobilnya. Kali ini ia benar-benar harus bisa membawa Aleeta ke hadapan Sonya, supaya Sonya tidak bisa lagi meremehkan hasil kerja kerasnya. “Sepertinya dia keluar dari gerbang rumah sakit, Bos.” Joni menjawab seraya memasang sabuk pengaman. “Bodoh! Maksudku ke arah mana Aleeta pergi? Dia pergi ke kanan atau kiri. Atau dia lurus menyeberangi jalan.” Roi berujar geram. Joni hanya meringis. “Nggak tahu, Bos. Tadi aku nggak melihatnya. Tapi sepertinya dia lurus—“ “Diam!” Roi langsung membentak kesal. “Berbicara denganmu memang tidak ada gunanya!” Ketus Roi, lalu mulai melajukan mobilnya. Saat mobil yang di kendarai Roi keluar dari gerbang rumah sakit. Roi melihat Aleeta yang tengah menyeberangi jalan. Tapi sialnya, tidak lama setelah itu Nicholas atau suami Aleeta turut ikut menyeberang jalan. Mengiku

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Rencana Roi Dan Joni

    Siang ini, Roi kebetulan pergi ke rumah sakit untuk mengantar anak buahnya—Joni yang ingin melakukan check up. Sebenarnya Roi sangat malas sekali pergi ke rumah sakit. Tapi mau bagaimana lagi? Ia harus tetap bertanggung jawab atas pengobatan Joni yang sialnya harus mengalami patah hidung setelah mereka mencoba melawan pria yang ternyata bukanlah tandingan mereka. “Kamu bisa cepat atau tidak!” Bentak Roi saat Joni hanya berjalan pelan di belakangnya. “Aku takut, Bos,” sahut Joni pelan. “Apa yang kamu takutkan?” “Aku takut jika dokter dan para perawat itu akan kembali menyentuh hidungku.” “Bodoh!” Roi langsung memukul kepala Joni. “Tandanya mereka sedang memeriksamu, sialan!” Imbuhnya kesal. “Tapi aku benar-benar takut, Bos. Bos Roi nggak akan pernah tahu seberapa sakitnya saat mereka—“ “Kamu ingin cepat sembuh atau tidak?!” Sahut Roi geram

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Maaf Dan Biarkan Aku Pergi

    Sementara itu, Aleeta yang sudah berhasil berlari keluar dari gerbang rumah sakit segera berpikir, kemana ia harus pergi selanjutnya? Aleeta tidak mungkin kembali ke rumah. Tidak. Ia tidak ingin bertemu Nicholas saat ini. Aleeta benar-benar ingin sendiri terlebih dahulu. Tapi kemana ia harus pergi? “Aleeta!” Wanita itu langsung menoleh. Melihat Nicholas yang sedang mengerjarnya. Seketika Aleeta menggeleng. Kenapa Nicholas harus mengerjarnya? Nicholas tidak boleh mendekat. Aleeta harus segera pergi sekarang. Tanpa banyak berpikir Aleeta segera berlari menyeberangi jalan. Bahkan karena aksinya tersebut, Aleeta hampir saja tertabrak oleh mobil yang baru saja melintas. Beruntung mobil itu bisa berhenti sebelum benar-benar menabrak tubuh Aleeta. “Kamu ingin mati, ya?! Perhatikan jalanmu!” Maki sang pengguna mobil. Aleeta hanya b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status