Aleeta masih berusaha mencoba membujuk Noah agar bocah laki-laki itu berhenti menangis.
“Ma, apa Papa membenciku?” Tanya Noah dengan sedu sedan yang masih membuat bahu kecilnya bergetar.“Nggak. Papa nggak membencimu. Sebaliknya, Papa sangat mencintaimu,” bisik Aleeta, memangku Noah di bangku taman rumah sakit.“Tapi kenapa Papa nggak mengenaliku?” Noah kembali bertanya.“Kan Mama sudah bilang, Papa sedang sakit, Sayang. Pasti Papa akan mengenalimu nanti setelah Papa sembuh.”Noah kembali menangis, memeluk tubuh Aleeta. “Aku ingin memeluk Papa,” isaknya pilu.Aleeta mengecup puncak kepala Noah. “Nanti, setelah Papa sembuh kamu boleh memeluk Papa.”Aleeta memeluk anaknya erat. Matanya menatap kosong ke depan.Melihat Nicholas yang tidak mengenalinya membuatnya merasa resah dan sakit. Ketika pria itu menatapnya tetapi dengan tatapan yang tidak mengenAleeta yang tengah mengaduk masakan menoleh ketika mendengar suara berisik yang berasal dari ruang makan. Sepertinya itu suara Noah dan juga Lukas.“Daddy, di sini saja!”“Nggak bisa, Noah.”“Tapi aku ingin Daddy di sini!”“Noah ….”Tiba-tiba terdengar suara Noah yang langsung menangis.Aleeta yang berada di dapur pun menjadi panik. Ia penasaran, sebenarnya apa yang sedang terjadi di ruang makan?“Mary.” Aleeta memanggil Mary yang tengah menyiapkan nasi. “Tolong, lanjutkan masakan ini. Aku ingin melihat mereka terlebih dahulu,” ujar Aleeta.“Baik, Nona,” sahut Mary yang langsung mengambil alih tugas Aleeta.Sementara Aleeta melangkah menuju ruang makan yang terpisah sekat tembok dengan dapur. Sesampainya di ruang makan, Aleeta melihat Noah yang menangis seraya bergelayut di leher Lukas. Sedangkan Lukas sendiri tampak lelah membujuk
“Tadi aku melihatmu di parkiran toko kue itu, Nicho.”Aleeta masih menatap Nicholas yang hanya diam di tempatnya berdiri.“T-toko kue?” Nicholas menelan ludah susah payah.“Ya. Toko kue dimana kamu membeli biskuit itu,” jawab Aleeta yang menunduk.Lagi-lagi Nicholas hanya bisa menelan ludah susah payah. Apa itu artinya Aleeta tadi juga melihatnya dengan Selena? Tapi, kenapa Aleeta tidak menghampirinya saja tadi? Kenapa Aleeta memilih pulang dan malah menanyakan hal itu sekarang?Nicholas langsung mengepalkan kedua tangannya. Sekarang Aleeta pasti sedang berpikir yang tidak-tidak. Pantas saja, sejak tadi Nicholas merasa ada yang aneh dengan sikap Aleeta. Seharusnya Nicholas sudah bisa menebak sejak ia masuk ke dalam kamar tadi, dan saat Aleeta bertanya soal kejadian yang terjadi di toko kue tadi.Sial.Aleeta pasti tengah berpikir kalau Nicholas sedang membohonginya.
“Nicholas?”Pria itu masih terdiam ketika wanita yang ada di hadapannya tersenyum dan tampak senang saat bertemu dengannya.“Astaga, aku nggak menyangka kalau akhirnya bisa bertemu denganmu lagi.”Kali ini Nicholas menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyum tipis saat wanita yang ada di hadapannya masih terus tersenyum ke arahnya.“Aku juga nggak menyangka bisa bertemu denganmu lagi … Selena,” ujar Nicholas menatap wanita itu.Selena kembali tersenyum. “Aku pikir, kamu sudah melupakan aku.”Lagi-lagi Nicholas tersenyum tipis. Mana mungkin Nicholas melupakan Selena. Bukan. Maksudnya wajah Selena. Jujur saja Nicholas tadi sempat lupa dengan nama Selena. Tapi tidak dengan wajah itu. Wajah yang mungkin sampai kapanpun akan terus Nicholas ingat. Bukan karena Nicholas masih memikirkan pemilik wajah itu. Tetapi karena memang wajah itulah yang dulu sempat pernah mengisi kehidupan Nicho
Sejak pulang dari rumah Karina tadi, Aleeta terus saja memikirkan apa yang di katakan oleh wanita yang berstatus sebagai ibu mertuanya tersebut. Aleeta tidak bisa menyanggah apa yang di katakan ibu mertuanya. Tapi ia juga tidak bisa memercayainya begitu saja.Apa mungkin Aleeta memang harus melakukan test guna meyakinkan dugaan Karina tersebut? Tapi, bagaimana kalau hasil test-nya tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan? Aleeta mendesah pelan. Kenapa ia jadi bingung seperti ini?Ia lalu menatap dirinya dari balik pantulan cermin yang ada di wastafel. Ia tidak bisa diam saja. Bisa-bisa Aleeta nanti tidak bisa tertidur nyenyak hanya gara-gara terus memikirkan masalah ini. Aleeta akhirnya memutuskan untuk keluar kamar mandi, meraih tas dan juga jaketnya lalu melangkah keluar kamar.Sampai di tangga, Aleeta berpapasan dengan Lukas yang hendak naik ke lantai dua sembari membawa Noah di gendongannya. Sepertinya boca
“Ella, apa masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini?”Wanita yang tampak sibuk menatap layar komputernya itu langsung mendongak, dan menatap Nicholas yang sedang berdiri di depan pintu ruangannya.“Tidak ada, Tuan. Kebetulan beberapa sudah ada yang saya kerjakan tadi,” jawab Ella yang tersenyum.“Lalu, apa yang sedang kamu kerjakan sekarang?” Tanya Nicholas sembari menunjuk komputer Ella.“Ah, ini saya hanya sedang memeriksa laporan dari beberapa klien saja, Tuan. Besok jika sudah selesai akan saya berikan langsung kepada Anda.”“Jadi sekarang sudah nggak ada pekerjaan lagi, kan?”Ella menggeleng. “Tidak ada, Tuan.”Nicholas langsung mendesah. “Aku kira, hari pertama berangkat bekerja aku akan langsung pulang sampai larut malam.”Ella yang mendengarnya pun terkekeh. “Tenang saja, Tuan. Beberapa ada yang bisa saya handle. Jadi Anda tida
Mobil yang di kendarai Lukas akhirnya berhenti di halaman kediaman Javier, setelah pria itu menempuh perjalanan hampir dua puluh menit lamanya. Sebenarnya Lukas bisa saja sampai lebih cepat. Tapi mengingat siapa yang saat ini sedang berada di mobil bersamanya. Membuat Lukas harus mengemudi dengan berhati-hati agar Noah maupun Aleeta tetap nyaman dan juga aman sampai tiba di tujuan.Saat mobil berhenti, Noah dengan tidak sabar ingin segera keluar dan bertemu dengan Javier maupun Karina.“Cepat buka pintunya, Ma. Aku sudah nggak sabar ingin bermain bersama Grandma!” Teriak Noah semangat.“Bermain atau meminta Grandma untuk membuatkanmu biskuit coklat, heuh?” Goda Aleeta sambil membuka pintu.Noah segera melompat turun dengan di bantu Lukas yang sudah lebih dulu keluar mobil.“Aku rasa dua-duanya,” jawab Noah yang tertawa.Bocah itu segera berlari menuju pintu dan memanggil-mangg