“Aleeta, kamu tadi kenapa?” Nicholas langsung mendekati Aleeta yang baru saja keluar dari butik Emily. Seperti yang Aleeta katakan pada Emily pagi tadi kalau hari ini ia izin pulang sore. Dan tepat saat jam menunjukkan pukul empat sore mobil Nicholas sudah stand by menjemputnya di halaman butik. “Nggak apa-apa, kok. Memangnya kenapa?” Aleeta menatap Nicholas yang membimbingnya berjalan menuju mobil. “Kamu membuatku khawatir soal kejadian siang tadi, Aleeta. Kamu yakin nggak apa-apa?” Nicholas kembali bertanya. Aleeta tersenyum tipis. “Iya. Aku baik-baik saja. Tadi sepertinya memang karena makanannya yang terlalu amis jadi aku hampir muntah saat menciumnya.” Nicholas menepuk-nepuk puncak kepala Aleeta lembut. “Lain kali jangan membuatku khawatir lagi, ya.” Aleeta mendongak. “Kamu ini kenapa, sih? Kenapa kamu terlihat mengkhawatirkanku begitu? Harusnya aku yang
Hari ini Nicholas memutuskan untuk mengambil cuti karena kondisi tubuhnya yang belum sepenuhnya sehat. Meski sudah tidak separah semalam tapi tetap saja terkadang Nicholas masih merasakan pusing dan juga perih pada perutnya. Aleeta tadinya berniat untuk memeriksakan Nicholas ke dokter. Tapi suaminya itu terus menolak dan bersikukuh kalau sakitnya akan segera sembuh sendiri. Padahal kenyataannya sejak tadi Nicholas masih kerap mengeluhkan sakit. Bahkan Nicholas juga tetap bersikeras ingin mengantar Aleeta bekerja ke butik Emily. Padahal Aleeta sudah menolaknya, ia bisa berangkat sendiri atau di antar oleh Mark supaya Nicholas bisa beristirahat di rumah. Tapi yang ada kini Aleeta sudah berada di perjalanan bersama dengan Nicholas yang duduk di kursi kemudi sebelahnya. “Pokoknya setelah pulang nanti kamu harus segera beristirahat. Kalau perlu minum obat lagi supaya sakitnya cepat hilang.” Kata Aleeta penuh penekanan. Sedangkan Ni
Begitu panggilannya dengan Emily terputus. Aleeta dengan cepat langsung membangunkan Nicholas. Ia menggerak-gerakan tubuh suaminya yang masih tertidur. “Nicho, bagaimana ini? Aku terlambat.” Kata Aleeta panik. “Terlambat apa?” Sahut Nicholas dengan mata yang masih terpejam. “Tentu saja terlambat bekerja. Kamu juga sudah terlambat. Ah, ini semua gara-gara kamu,” keluh Aleeta yang langsung beranjak turun dari ranjang tempat tidur. Nicholas seketika membuka kedua matanya saat mendengar kalimat yang baru saja di lontarkan Aleeta. “Gara-gara aku?” Tanya Nicholas seraya menatap Aleeta yang tengah merapikan rambut panjangnya yang berantakkan “Iya. Coba saja kamu tadi nggak membangunkanku untuk bercinta. Kita pasti nggak akan terlambat seperti ini,” gerutu Aleeta. “Kamu yakin menyalahkanku? Padahal tadi kamu yang terlihat bernafsu sekali saat memimpin permaina
“Aku sangat menginginkanmu pagi ini.” Aleeta hanya bisa membelalak saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Nicholas. Ia baru hendak menjawab tapi Nicholas sudah lebih dulu kembali menyerang bibirnya. Bahkan kali ini gerakan Nicholas terasa lebih memburu dari pada sebelumnya. Aleeta menatap kedua mata Nicholas yang terpejam ketika mengecup bibirnya. Bukankah semalam Nicholas masih sakit? Kenapa pagi ini tiba-tiba Nicholas sudah terlihat begitu bergairah? Apa sakitnya sudah sembuh secepat itu? Aleeta terus bertanya-tanya dalam hati. Ini sangat aneh. “Nicho!” Aleeta refleks mendorong dada Nicholas saat tangan pria itu meremas salah satu dadanya. “Kenapa?” Nicholas bertanya pelan. Aleeta langsung menggeleng. “M-maaf. Aku hanya kaget saja,” jawabnya malu. “Bukanya biasanya nggak pernah kaget seperti itu,” goda Nicholas yang membuat kedua pipi Aleeta se
Nicholas perlahan mulai memejamkan mata setelah beberapa menit lamanya ia terus mengeluhkan rasa sakit dan juga dingin pada tubuhnya. Ia mulai terlelap. Bahkan saat Aleeta mencoba untuk membangunkannya. Nicholas sudah tidak menyahut sama sekali. “Nicho, kamu harus ganti baju dulu.” Aleeta berujar lembut. Namun, hanya hening. Nicholas sudah tidak merespon apapun yang di katakan Aleeta. Wanita itu lalu mendesah, menatap kemeja Nicholas yang sudah tampak basah oleh keringat. Akhirnya tanpa ingin membangunkan Nicholas lagi. Aleeta kemudian langsung membuka kancing kemeja Nicholas satu persatu. Aleeta menahan napas saat melihat pahatan tubuh Nicholas ketika ia sudah berhasil meloloskan kemeja itu dari tubuh suaminya. Tubuh Nicholas yang basah tampak begitu seksi. Apalagi pantulan cahaya dari lampu kamar juga membuat tubuh basah Nicholas tampak mengkilat dan menggoda. Sial. T
Aleeta mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Lukas, setelah ia turun Dari mobil pria itu. Bahkan Lukas tadi juga sempat berhenti di Apotek untuk membelikan beberapa obat yang barangkali bisa di gunakan oleh Aleeta. Dan setelah mobil Range Rover berwarna hitam itu pergi, Aleeta segera bergegas menuju pintu rumah. Aleeta lalu mengambil kunci cadangan yang ada di dalam tasnya, dan segera masuk ke dalam untuk mencari keberadaan Nicholas. “Awas saja kalau Nicho masih nggak mau mengakui tentang sakitnya,” gumam Aleeta seraya berjalan. Mata Aleeta terus menatap sofa yang ada di ruang tamu, ruang tengah maupun ruang televisi. Barangkali Nicholas merebahkan dirinya di sana karena tidak sanggup untuk berjalan ke kamar. Tapi sejauh Aleeta melihat, ia tak menemukan Nicholas. Itu berarti mungkin Nicholas sudah ada di kamar saat ini. Dan benar saja, begitu Aleeta masuk ke dalam kamar. Ia melihat sosok suaminya i