Home / Romansa / Penjara Hati Bos Arogan / Bab 85. Jejak Langkah yang Tak Sengaja

Share

Bab 85. Jejak Langkah yang Tak Sengaja

Author: Wijaya Kusuma
last update Huling Na-update: 2025-05-09 13:19:29

Langit siang itu tertutup mendung tipis, namun suasana dalam mobil Evan begitu hangat. Tawa Cale mengisi setiap jeda waktu, membuat perjalanan ke pusat perbelanjaan seperti perjalanan keluarga kecil yang telah lama saling mengenal. Padahal kenyataannya baru kemarin malam Evan tahu tentang keberadaan bocah kecil itu.

Alya duduk di kursi penumpang di belakang, tangannya mengepal di atas paha, berusaha mengatur nafasnya yang tiba-tiba terasa lebih berat dari biasanya. Ia melirik wajah Cale yang duduk dengan suasana hatinya yang riang, tertawa karena lelucon ringan dari Evan.

“Kalau mobil ini bisa terbang, kita langsung ke bulan aja, ya, Om Evan?” tanya Cale polos.

Evan tertawa. “Boleh. Tapi kita harus pakai baju astronot dulu. Cale mau jadi kapten?”

“Mau! Tapi nanti Mommy takut, soalnya Mommy nggak suka tempat tinggi!”

Cale tertawa diikuti Evan, sementara Alya hanya tersenyum tipis. Getaran asing mulai tumbuh di dadanya. Bukan hanya tentang fakta bahwa Cale dengan mudah melebur dalam keh
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 1. Usaha Alya

    “Bukankah perusahaan ini menyediakan pinjaman untuk karyawannya yang membutuhkan, yang nanti akan dipotong langsung dari gaji bulanan sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan pada perusahaan ini, Pak?” Tanya Alya. Gadis berusia 20 tahun yang saat ini sedang menjadi tulang punggung keluarganya mencoba berargumen pada manajer akunting baru yang tak lain adalah anak dari pemilik pabrik konveksi tempatnya bekerja. Wanita yang sejak beberapa tahun terakhir ini menjadi lemah keadaannya, karena harus mendapati fakta jika sang ibu yang selama ini bekerja keras untuknya dan Safa, adiknya itu harus mengidap penyakit jantung koroner. Pria yang berada di balik meja kerjanya itu menatap tak suka pada Alya yang berusaha mencari simpati kepadanya. Kebijakan baru saja dia buat, tentu saja dia tak akan melakukan pelanggaran atas apa yang sudah diputuskan olehnya. Bagi Evan, permintaan karyawannya itu tak masuk akal. Jumlah yang akan dipinjam bukanlah jumlah sedikit. Melainkan jumlah uang ratusan j

    Huling Na-update : 2024-03-15
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 2. Berbagi Cerita

    Alya kembali ke ruang kerjanya dengan mata sembab dan langkahnya yang gontai. Banyak pasang mata yang menatap penuh tanya saat melihat kondisi yang terjadi kepada Alya. Tentu saja semua orang yang melihat keadaan Alya tidak seperti biasanya itu saling bertanya satu sama lain. Dan mereka hanya mengira jika sesuatu buruk terjadi pada ibu gadis tersebut.Tiba di ruang kerjanya, sambutan pertama yang Alya dapatkan adalah tatapan cemas dari Vira, rekan kerja satu profesi dengannya yang menjadi desain tiap pakaian yang diproduksi oleh pabrik tekstil tersebut.Vira yang mendapati keadaan temannya yang sedang tidak baik-baik saja itupun tidak tinggal diam. Dia segera mendekat, menatap penuh tanya kepada wanita yang terbiasa ceria itu masuk dengan mata sembab yang masih memerah.“Apa yang terjadi?” Vira yang mendapati sang teman sedang tak baik-baik saja itu pun menjadi panik. Setelah mereka melakukan absensi masuk bekerja, Vira sudah tidak mendapati temannya kembali masuk ke ruang kerjany

    Huling Na-update : 2024-03-15
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 3. Kabar dari Sekolah

    “Maaf.” Vira yang sebelumnya terlihat antusias mendengar keluhan dari Alya itu tiba-tiba meminta maaf pada temannya. Dia menatap sendu pada Alya, setelah mendengar cerita yang disampaikan oleh rekan kerjanya tersebut. Vira tidak mampu berbuat banyak. Sebagai teman yang baik dia hanya mampu mendoakan semoga kalian bisa melewati ujian hidup yang terjadi pada dirinya dan keluarganya tersebut.“Kenapa Mbak minta maaf. Mbak ga salah apa pun loh,” kata Alya. Wanita yang semula sudah bersiap menumpahkan cairan kristal di balik kelopak matanya itu tiba-tiba terkekeh pelan. Dia mengulas senyum cantiknya, menatap pada sang teman karena Vira yang sama sekali tidak melakukan kesalahan malah meminta maaf kepadanya.“Al.” Wanita yang menetap sendu kepada Alya itu bukan suara, masih dengan tatapan nanarnya. Dia berucap, “mbak minta maaf. Kali ini habis tidak bisa membantu lebih untukmu dan keluargamu. Jujur saja Mbak juga habis memberikan pinjaman kepada Mas Emir untuk biaya pendidikannya. Jad

    Huling Na-update : 2024-03-15
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 4, Kabar Buruk

    Alya merasa lemas seketika, saat harus menyadari panggilan untuk datang ke sekolah Safa, adiknya. Selain tak bisa mengabaikan masalah biaya yang harus ia dapatkan untuk pengobatan ibunya. Alya juga tidak bisa membiarkan Safa mengalami kesulitan di ujung kelulusan yang sudah di depan mata.Ternyata seperti ini rasanya sekolah di swasta. Semua harus serba dengan uang. Bahkan, saat harus mengikuti ujian akhir pun. Uang masih harus menjadi prioritas yang harus diselesaikan. “Ada apa lagi?” Tanya Mbak Vira pada Alya. Alya menoleh pada sang teman, menghela nafas beratnya, sebelum akhirnya membuangnya dengan perlahan.Dia menatap pada Vira sekilas, sebelum akhirnya mengalihkan tatapan pada jalanan menuju ke ruang kerja mereka.“Panggilan dari sekolah Safa, Mbak. Sebentar lagi Safa akan ujian akhir, wali kelasnya meminta Alya untuk datang ke sekolah mengenai perihal uang akhir tahun Safa yang belum terbayar lunas.” Alya sama sekali tidak menutupi gambar yang baru saja ia dapatkan dari wal

    Huling Na-update : 2024-03-15
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB5. Usaha Lagi

    “Woi! Lo bisa nggak naik motor!” Teriak seorang pejalan kaki yang hampir saja tertabrak oleh Alya yang tidak menyadari lampu merah menyala di perempatan jalan yang sedang dilaluinya.“Maaf, maaf. Saya tidak sengaja. Saya kurang berhati-hati,” ujar Alya yang hampir saja menabrak pejalan kaki yang hendak menyerang jalan yang ia lalui untuk kembali pulang menuju ke rumah sakit. “Al. Kamu tidak apa-apa kan? Kamu harus hati-hati mengendarai sepeda motor. Kamu pasti sedang ngelamun, makanya hampir saja menabrak orang.” Alya menoleh, dia mengangguk pelan. Membenarkan kalimat Mbak Vira akan fakta yang terjadi pada dirinya. “Iya, Mbak. Alya minta maaf,” jawab Alya. “Apa ganti mbak saja yang bawa motornya?” Tawar Mbak Vira untuk berganti membawa sepeda motornya. Alya menggeleng, “Tidak perlu Mbak. Alya akan lebih berhati-hati lagi.” Tanpa mereka sadari, kejadian yang baru saja mereka alami tersebut tak luput dari sepasang mata yang memperhatikan mereka dari dalam mobil mewah yang dikendar

    Huling Na-update : 2024-03-15
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 6. Alya Tak Menyerah

    Mendadak detak jantung Aliya berhenti seketika, saat harus mendapatkan penawaran yang semula ia pikir berupa angin segar untuknya itu nyatanya salah. Harapan yang semula ia pikir jika Evan akan berubah pikiran dan akan membantunya dengan sukarela untuk meminjamkan uang perusahaan padanya itu salah. Melainkan yang Alya dapatkan adalah sebuah penawaran gila yang tak akan pernah dia lakukan sebagai seorang wanita yang memegang penuh prinsip untuk selalu menjaga harga diri dan mahkota berharga yang dia miliki sebagai seorang wanita. Di zaman yang sudah sangat maju, dengan banyaknya kebebasan yang sering dilihatnya di depan mata. Alya semakin tidak ingin mengikuti pergaulan bebas yang terjadi di kehidupan yang ada di sekitarnya. Biarlah, dia dianggap norak dengan tidak pernah memiliki seorang kekasih. Dari pada harus kehilangan mahkota berharga yang selalu menjadi kebanggaan seorang wanita yang dia punya. Tidak mengapa bagi Alya harus miskin harta. Tetapi dia tidak akan miskin h

    Huling Na-update : 2024-03-16
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 7. Meluapkan Kekecewaan

    Langkah kaki Alya yang sudah sangat siap meninggalkan ruang kerja Evan itu kembali terhenti. Kalimat yang baru dia dengar dari Evan berhasil mengusir indera pendengarannya. Dan apa yang dimaksudkan oleh pria itu, tentu berhasil membuat hati Alya sangat tersinggung oleh setiap kalimat yang berhasil menyentil hati nuraninya sebagai seorang anak. Alya membalikkan tubuhnya, menatap datar ke arah pria yang sudah berhasil mengusik perasaannya tentang bakti seorang anak yang baru saja dikatakan oleh pria yang saat ini masih memberikan tatapan sinis ke arahnya. “Apa yang anda bilang? Anda mengingatkanku untuk bakti dengan orang tua,” kata Alya dengan perasaan yang sangat geram. Tetapi gadis itu berusaha menahan diri agar tidak meledakkan emosi yang saat ini tengah dia tahan. Setelah berkata hal demikian pada Evan, pria argina menurutnya itu. Dia pun kembali membuka suara. “Justru karena saya sangat berbakti pada wanita yang sangat berjasa bagi saya itu saya rela melakukan apa pun untu

    Huling Na-update : 2024-03-16
  • Penjara Hati Bos Arogan   BAB 8. Bertemu Tetangga

    “Kamu baik-baik saja?” tanya salah satu karyawan pria yang wajahnya cukup familiar bagi Alya. Tapi Alya lupa, siapa pria yang saat ini tengah menyapanya.Alya dengan mata sembabnya itu pun berusaha memberikan senyum terbaiknya pada pria yang ia tahu adalah karyawan pabrik juga sama seperti dengannya. Ya, itu yang Alya bisa pikirkan saat ini. “Saya baik-baik saja,” jawab Alya berusaha ramah, meski hatinya masih merasakan sesak.Pria yang berusia beberapa tahun lebih tua dari Alya itu pun memberikan anggukan pada Alya. Tetapi, dia masih berusaha menelisik sesuatu yang terjadi kepada wanita yang baru keluar dari dalam toilet tersebut.“Bagaimana kabar ibumu, sayadengar beliau masuk ke rumah sakit?” Tanya pria yang bahkan namanya pun Alya tidak mengetahuinya.Tetapi pria yang ada di hadapannya itu bisa tahu, jika ibunya masuk ke rumah sakit.Alya yang mendapati pertanyaan itu pun terdiam, dia berusaha mengingat siapa pria yang ada di hadapannya tersebut. Alya merasa familiar dengan waj

    Huling Na-update : 2024-03-17

Pinakabagong kabanata

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 85. Jejak Langkah yang Tak Sengaja

    Langit siang itu tertutup mendung tipis, namun suasana dalam mobil Evan begitu hangat. Tawa Cale mengisi setiap jeda waktu, membuat perjalanan ke pusat perbelanjaan seperti perjalanan keluarga kecil yang telah lama saling mengenal. Padahal kenyataannya baru kemarin malam Evan tahu tentang keberadaan bocah kecil itu.Alya duduk di kursi penumpang di belakang, tangannya mengepal di atas paha, berusaha mengatur nafasnya yang tiba-tiba terasa lebih berat dari biasanya. Ia melirik wajah Cale yang duduk dengan suasana hatinya yang riang, tertawa karena lelucon ringan dari Evan.“Kalau mobil ini bisa terbang, kita langsung ke bulan aja, ya, Om Evan?” tanya Cale polos.Evan tertawa. “Boleh. Tapi kita harus pakai baju astronot dulu. Cale mau jadi kapten?”“Mau! Tapi nanti Mommy takut, soalnya Mommy nggak suka tempat tinggi!”Cale tertawa diikuti Evan, sementara Alya hanya tersenyum tipis. Getaran asing mulai tumbuh di dadanya. Bukan hanya tentang fakta bahwa Cale dengan mudah melebur dalam keh

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 84. Kehadiran Evan yang Tak Terduga

    Kehadiran Evan yang Tak TerdugaPagi itu, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai jendela kamar rumah sakit, menciptakan pola cahaya yang menari di lantai. Alya duduk di tepi ranjang, memperhatikan Cale yang tengah tertidur pulas. Wajah anak itu tampak lebih segar, rona pucatnya mulai tergantikan oleh warna merah muda yang sehat.Alya mengelus rambut Cale dengan lembut, perasaan lega dan syukur memenuhi hatinya. Setelah hampir dua hari yang melelahkan, akhirnya Cale menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan. Dokter telah memberikan izin untuk pulang hari ini, dan Alya tak sabar membawa putranya kembali ke rumah.Saat Alya sedang membereskan barang-barang di kamar, terdengar ketukan pelan di pintu. Ia menoleh, sedikit terkejut melihat Evan berdiri di ambang pintu dengan senyum hangat di wajahnya. Di tangannya, ia membawa beberapa kantong plastik berisi makanan dan mainan."Selamat pagi," sapa Evan sambil melangkah masuk. Evan pun merekahkan kedua ujung sudut bibirnya, dit

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 83. Jejak Tersembunyi

    JEJAK YANG TERSEMBUNYIHening. Begitu sunyinya ruang tunggu rumah sakit hingga detak jarum jam terdengar seperti denting palu di dalam kepala Alya. Matanya terpaku pada dinding putih, tapi pikirannya berlari jauh. Sementara di sebelahnya, Evan duduk dengan tangan bertaut, menatap lurus ke arah ruang perawatan tempat Cale dirawat.Tadi, dokter mengatakan Cale mengalami keracunan makanan ringan, mungkin dari jajanan yang dibelinya sepulang sekolah. Tubuh kecil itu kini tengah diinfus, tertidur dalam keadaan lemah, dan Alya belum bisa berhenti menyalahkan diri sendiri."Alya." Suara Evan memotong lamunannya, dalam dan tenang, tapi tak bisa menyembunyikan nada penasaran. "Boleh aku tanya sesuatu?"Alya menoleh cepat. Dadanya menegang. Ia tahu, cepat atau lambat, pertanyaan itu akan muncul. Ia sudah menduganya sejak Evan pertama kali menatap wajah Cale dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia sudah merasakannya sejak pria itu mengikuti mobil ambulans malam tadi tanpa izin, hanya demi memasti

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 82. Kebenaran yang Ditakutkan

    Cahaya lampu ruang perawatan menyinari wajah pucat Cale yang terbaring lemah di atas ranjang. Jarum infus tertancap di tangan mungilnya, membuat Alya tak sanggup menahan gemetar di tubuhnya. Ia duduk di kursi dekat ranjang, tangannya menggenggam jemari putranya yang dingin. Alya melirik ponselnya. Sudah hampir jam 12 malam. Hanya ada mereka di ruangan itu. Dunia di luar begitu sunyi, tapi hatinya penuh suara: kecemasan, rasa bersalah, ketakutan.Setelah ia memastikan Cale nyenyak tidurnya. Alya menuju ke sofa tunggu yang berada di seberang ranjang pasien. Ia ingin menghubungi seseorang yang selalu mampu menenangkan dirinya di kala hatinya sedang resah melanda. Dengan tangan gemetar, ia menekan nama yang tertera di layar: Vira. Satu-satunya orang yang tahu seluruh kebenaran.Sambungan terangkat dalam tiga dering. Suara khas Vira langsung terdengar, meski agak parau mungkin temannya itu akan tidur. “Alya? Ada apa? Kamu telepon malam-malam begini?” Belum sempat menjawab, Vira melanjutk

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 81. Ke Rumah Sakit

    Mesin mobil meraung pelan menembus kesunyian malam. Suasana di dalam mobil itu begitu hening, seolah-olah suara apa pun bisa membuat semuanya runtuh. Hanya ada detak jam digital dashboard dan hembusan napas tergesa dari seorang anak kecil yang tertidur dalam pangkuan ibunya—atau lebih tepatnya, tergolek lemah.Alya duduk dengan tubuh kaku, memangku Cale yang tampak pucat dan lemas. Tubuh mungil anak itu panas membara, membuat peluh Alya mengalir deras meski AC mobil dinyalakan cukup dingin. Tangannya tak henti membelai rambut anaknya dengan gelisah. Ia nyaris tak berani berkedip, matanya terus mengamati dada kecil Cale yang naik turun dengan napas cepat, tidak teratur.Kecemasan telah mencengkeramnya sejak telepon darurat dari pengasuh datang. “Bu, Cale demam tinggi dan muntah-muntah terus,” begitu katanya dengan suara panik. Tanpa pikir panjang, Alya langsung pamit dari makan malam bersama Evan dan berlari pulang.Kini, ia berada dalam mobil Evan. Pria yang sudah lima tahun tak ditem

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 80. Mengikuti Alya

    Wajah itu—yang barusan bersikap tenang—mendadak menegang. Ia berdiri begitu cepat sampai kursi di belakangnya bergeser keras.“Ada apa?” tanya Evan, ia ikut penasaran dengan apa yang terjadi pada Alya tiba-tiba bangkit dari duduknya. “Maaf, aku… harus pergi. Maaf,” jawab Alya cepat. Ia meraih tasnya tanpa sempat meneguk air minum yang baru tersaji di atas meja makan mereka. Kabar yang baru saja ia dapat lebh penting dari pertemuan yang sama sekali tidak ia inginkan. “Biar kuantar,” kata Evan, mencoba berdiri di jalurnya. Evan menawarkan bantuan bantuan ketika melihat Alya tiba-tiba panik. “Tidak!” jawab Alya, lebih keras dari yang ia sadari. Pandangannya segera melunak, tapi ekspresi paniknya tak bisa ditutupi. “Maaf, Evan. Aku benar-benar harus pergi sekarang.”Evan memicingkan mata. “Alya, kau baik-baik saja? Setidaknya biar aku—”“Aku bilang tidak,” potong Alya, lalu berbalik dan berjalan cepat keluar restoran.Evan terdiam sejenak. Tapi nalurinya sebagai pria yang terbiasa deng

  • Penjara Hati Bos Arogan   79. Makan Malam

    Evan.Ia berdiri tenang, mengenakan setelan jas gelap yang membingkai tubuh tingginya dengan sempurna. Rambutnya rapi, senyumnya tipis. Tapi mata itu—mata yang dulu menatap Alya dengan tatapan yang begitu sulit diartikan. “Nona Alya.” Suaranya terdengar ringan, seperti tak ada beban di antara mereka.Alya menahan napas. “Apa yang anda kerjakan di sini?”Evan melirik ke pintu ruang rapat yang tertutup. “Aku ada janji sama bosmu. Mau presentasi proposal kerja sama.”“Proposal?” Alya menyipitkan mata. “Anda sangat yakin sekali bisa bekerja sama dengan kami, Tuan,” ujar Alya meremeh kan keinginan Evan yang sulit untuk menembus kerja sama dengan perusahaannya. Evan tersenyum tipis, sejak pertemuan dan perbincangan kerja sama yang ingin Evan lakukan dengan perusahaannya. Memang, Alya seolah tak memberikan celah agar perusahaannya bisa melakukan kerja sama. Tentu saja, Evan tak akan menyerah begitu saja, sampai ia bisa bekerja sama dan akan sering bertemu Alya. Dan satu …merebut Alya kemba

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 78. Gelisah

    Sudah dua malam berturut-turut Alya memandangi langit-langit kamar, dan tetap tidak menemukan jawab dari keresahan yang mengendap dalam dadanya. Cahaya remang dari lampu tidur membentuk bayangan samar di dinding, menari perlahan seiring hembusan udara dari pendingin ruangan. Suara detak jarum jam terdengar lebih keras dari biasanya, seolah menertawakan pikirannya yang tak kunjung tenang.Alya membetulkan selimut Cale yang melorot hingga pinggang bocah itu. Anak kecil itu tidur dalam posisi menyamping, memeluk boneka mobil cars yang selalu menemani. Napasnya teratur, damai. Tak seperti ibunya yang masih terjaga dengan pikiranya yang sedang menerawang oleh rasa cemas yang melandanya. Sejak Evan kembali, Alya merasa seperti kembali diceburkan ke dalam kolam kenangan yang dingin dan dalam. Dulu, ia sempat berpikir bahwa waktu akan menenggelamkan semua rasa. Tapi ternyata, waktu hanya menyimpannya rapat-rapat, dan kini membukanya kembali.“Mommy…”Suara lirih itu membuat Alya menoleh cep

  • Penjara Hati Bos Arogan   Bab 77. Pov Alya

    Langit Tokyo sore itu mendung. Awan menggantung berat, seolah menahan hujan yang belum siap jatuh. Di dalam gedung kaca berlantai dua puluh satu itu, Alya duduk di balik meja kantornya yang minimalis. Di balik jendela besar, kota terlihat seperti lukisan yang buram. Tapi bukan cuaca yang membuat dadanya sesak sore itu—melainkan nama yang tertera dalam proposal kerja sama yang baru saja dikirimkan tim marketingnya."Evan Sanders."Dua kata yang langsung membuat darahnya surut ke ujung kaki. Dunia seolah berhenti berputar beberapa detik. Jantungnya berdetak lebih keras dari biasanya. Bukan karena gugup menghadapi kerja sama baru, tapi karena sosok Evan adalah masa lalu yang tak pernah ingin ia temui lagi—apalagi sekarang.Tangannya bergetar saat membuka slide presentasi yang dikirimkan perusahaan Evan. Ia membaca cepat, dan tak bisa membohongi dirinya sendiri: proyek ini sangat menjanjikan. Tapi yang lebih mengejutkan, ternyata Evan sendiri yang meminta untuk bertemu langsung dengannya.

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status