หน้าหลัก / Romansa / Penyamaran CEO Tanaka / Bab 65 – Pernah Menjadi Ardi

แชร์

Bab 65 – Pernah Menjadi Ardi

ผู้เขียน: Jeff Ry
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-02 19:14:55

Keesokan paginya, suasana di proyek terasa berbeda. Hujan semalam membuat tanah lembek, tapi langit biru cerah seolah menandakan hari baru.

Maya tiba membawa laporan logistik dan menyerahkannya pada Ardi di ruang kontrol.

“Semua data sudah kuperiksa dua kali,” katanya sambil menaruh berkas.

“Terima kasih,” jawab Ardi singkat.

“Kau yakin baik-baik saja? Kau terlihat tidak tidur lagi.”

“Aku baik,” katanya, meski matanya merah.

Maya menggigit bibir, menahan keinginan untuk bertanya lebih jauh. “Kalau butuh istirahat, jangan paksa diri, Ardi. Tidak semua hal harus kau tanggung sendiri.”

Kata-kata itu membuat Adrian berhenti mengetik. Ia menatap Maya lama, lalu tersenyum — senyum yang lembut tapi menyesakkan.

“Kalau aku pergi suatu hari nanti, apa kau akan marah?”

Pertanyaan itu datang tiba-tiba.

Maya menatapnya, bingung. “Kenapa bicara seperti itu lagi?”

“Tidak tahu,” jawab Adrian pelan. “Mungkin hanya ingin tahu jawabannya.”

Maya menunduk. “Aku tidak tahu apa aku akan marah… tapi aku pas
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 73 – Semaikn Redup

    “Bisnis,” jawab Nadine ringan. “Perusahaan kami sedang dalam pembicaraan kerja sama. Aku kebetulan ingin meninjau langsung cabang yang… menarik perhatian banyak orang belakangan ini.”Ia menekankan kalimat terakhir dengan pandangan menusuk.“Dan rupanya aku menemukan sesuatu yang lebih menarik dari sekadar laporan progres.”Matanya beralih ke Maya. “Seorang staf cerdas yang tampaknya punya hubungan… istimewa dengan CEO Tanaka Group. Betapa ironis, bukan?”Wajah Maya memucat.Ardi segera melangkah mendekat, berdiri di antara keduanya.“Cukup, Nadine,” katanya tegas. “Jangan bawa urusan pribadi ke sini.”Nadine tertawa kecil. “Oh, Adrian. Kau masih sama seperti dulu — selalu ingin mengontrol semua hal, bahkan ketika rahasiamu sendiri sudah bocor di depan mataku.”Ardi mengepalkan tangan. “Keluar dari sini.”Tapi Nadine hanya menatapnya tanpa gentar. “Kau bisa memerintah banyak orang, tapi tidak aku. Lagipula, aku hanya datang untuk urusan profesional. Kalau kau tak mau bicara denganku d

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 72 – Ujian Sindiran

    Langit siang tampak pucat ketika mobil hitam berlogo Wijaya Build Corp berhenti di depan gerbang proyek cabang Timur.Suara rem berdecit halus, diikuti langkah seorang wanita dengan heels tinggi dan aroma parfum yang memotong udara lembap siang itu — Nadine Wijaya, datang seperti badai yang menyamar sebagai angin sepoi-sepoi.Rambutnya disanggul rapi, kacamata hitam menutupi separuh wajah, dan senyum tipis menghiasi bibir yang dulu sama seringnya mengucap cinta maupun ancaman.Bagi sebagian orang di proyek, ia tampak seperti sosok penting yang berkunjung untuk urusan bisnis.Tapi bagi Ardi Tanaka, yang kini masih menyamar di bawah nama samaran itu, kedatangannya berarti satu hal: bahaya.Di dalam kantor cabang, Maya baru saja selesai menata laporan mingguan ketika pintu terbuka dan suara langkah tegas menggema.“Permisi,” suara lembut tapi tajam itu terdengar.Maya menoleh — dan dalam sekejap, atmosfer ruang itu berubah.Wanita itu berdiri di ambang pintu, tersenyum dengan elegan, men

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 71 – Keruntuhan

    Semakin ia mengingat, semakin benih keraguan tumbuh menjadi sesuatu yang lebih besar — ketakutan.“Mungkin aku sudah bodoh karena terlalu percaya,” gumamnya. Air mata menggenang di pelupuk.Ia tidak tahu, apakah yang ia rasakan sekarang lebih condong ke arah kekecewaan… atau patah hati.Keesokan harinya, matahari terbit tapi tidak membawa kehangatan bagi mereka berdua.Ardi datang lebih pagi, mencoba memperbaiki suasana dengan bersikap seperti biasa. Ia menyapa semua orang, memberi instruksi dengan senyum ramah, tapi di dalam dadanya, ada rasa waswas yang sulit diabaikan.Ketika ia melihat Maya, senyumnya terhenti sepersekian detik. Maya berdiri di depan meja kerja, sibuk memeriksa dokumen, tapi tak menoleh sama sekali saat ia lewat.“Pagi,” katanya pelan.“Pagi,” jawab Maya cepat tanpa menatap.Risa yang memperhatikan dari jauh bisa merasakan atmosfer yang berbeda.Biasanya, setiap kali Ardi datang, ruangan terasa hangat — entah karena senyumnya, atau karena Maya yang selalu tampak l

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 70 – Rasa Percaya yang Runtuh

    Pagi datang dengan langit kelabu. Udara terasa berat, seolah menyimpan sesuatu yang belum sempat pecah. Di proyek cabang Timur, aktivitas berjalan seperti biasa, tapi di antara suara mesin dan obrolan pekerja, ada keheningan tak kasat mata yang menempel di udara — dingin, samar, tapi terasa.Maya berdiri di depan kaca jendela ruang kontrol, memegang ponsel yang menampilkan foto Adrian Tanaka — pria yang wajahnya mirip, terlalu mirip dengan Ardi.Sudah tiga hari sejak Risa menunjukkan berita itu, dan sejak saat itu pula, pikirannya tak pernah benar-benar tenang.Setiap kali Ardi lewat di depan matanya, setiap kali ia mendengar suaranya, bayangan di foto itu muncul lagi dan lagi.Ia ingin menolak, ingin menertawakan pikirannya sendiri, tapi logika dan hati mulai bertarung di dalam dirinya.“Mungkin cuma mirip,” bisiknya lirih pada bayangan di kaca. “Banyak orang mirip di dunia ini.”Namun suara itu terdengar seperti alasan, bukan keyakinan.Siang itu, Risa menghampirinya dengan wajah pe

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 69 – Cermin yang Retak

    Maya menoleh, kaget. “Ada apa, Ris? Kenapa wajahmu begitu?”Risa tidak langsung menjawab. Ia menarik napas panjang, lalu duduk di hadapan Maya.Tangannya merogoh ponsel, menyalakan layar, dan memperlihatkan artikel yang sama yang ia lihat siang tadi.“Lihat ini.”Maya mengernyit. “Berita bisnis?”“Baca, lalu lihat fotonya.”Maya mengambil ponsel itu, awalnya santai. Tapi detik berikutnya, jantungnya seolah berhenti berdetak.Tatapannya tertuju pada satu foto di tengah layar — seorang pria berjas abu-abu, berdiri di panggung bersama para pejabat negara.Senyum itu.Sorot mata itu.Wajah itu.Tangannya mulai gemetar. Ia menggulir ke atas, membaca nama yang tertera dengan jelas di judul.Adrian Tanaka.CEO Tanaka Group.Suara di dalam kepalanya berbisik pelan — nama itu, “Tanaka”.Bukankah ia pernah mendengarnya dari Davin waktu kunjungan singkat beberapa minggu lalu? Nama perusahaan pusat mereka juga “Tanaka Development”.Maya menatap foto itu lama, hingga napasnya terasa berat.“Itu…”

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 68 – Siapa Ardi Santoso

    Sebuah kelegaan hangat menyusup ke dadanya — perasaan damai yang tidak bisa dibeli oleh semua uang yang pernah ia punya.Ia menulis di buku memorinya lagi malam itu:“Kebaikan bukan tentang siapa yang tahu. Tapi tentang siapa yang merasa lega setelah melakukannya. Hari ini aku tidak menyelamatkan perusahaan, tapi mungkin aku menyelamatkan sesuatu yang jauh lebih berharga.”Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan:“Maya, semoga kau tidak perlu tahu apa-apa. Aku hanya ingin kau tersenyum besok pagi.”Beberapa hari kemudian, Maya kembali ke proyek.Ia tampak lebih segar, meski masih menyimpan lelah. Saat memasuki area lapangan, Ardi sudah berdiri di sana, memeriksa dokumen sambil memegang helm.Begitu melihatnya, Ardi segera mendekat. “Bagaimana kabar ibumu?”Maya tersenyum lembut. “Lebih baik. Ajaibnya… ada yang bantu urus semuanya. Rumah sakit, ambulans, bahkan biaya rawatnya. Aku nggak tahu siapa, tapi semua terasa… terlalu cepat dan terlalu rapi untuk kebetulan.”Ardi menatapnya, lalu

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status