Share

Bab 241: Perhatian Sekali, Tuan Pradana

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-07-27 06:08:51
Pagi di Surabaya masih berbalut embun ketika sinar matahari menembus tirai tipis kamar hotel itu. Udara sejuk dari pendingin ruangan bercampur dengan aroma kopi instan yang samar-samar terbawa dari lorong.

Lukman terbangun dengan kepala sedikit pening, seperti ada kabut tipis yang belum juga menguap dari pikirannya. Ia duduk di tepi ranjang, menekan pelipis dengan ujung jari, lalu menarik napas panjang.

Bayangan wajah Kirana semalam masih melekat—senyumnya yang agak pucat, matanya yang nyaris meredup, dan suaranya yang lemah.

Dengan gerakan pelan, ia merapikan kemeja, meraih kunci kamar, lalu melangkah keluar. Lorong hotel terasa lengang, hanya sesekali terdengar suara pintu ditutup dari jauh.

Karpet abu-abu di bawah kakinya meredam langkah, membuat suasana kian hening. Ia menoleh ke kanan, kamar Kirana hanya berjarak beberapa langkah.

Saat jemarinya hendak menyentuh gagang pintu kamar Kirana, suara klik lain terdengar. Pintu di sisi kiri kamar Kirana terbuka hampir bersamaan. Dari san
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 490: Ayo Kita Jujur

    "Taruh saja dulu bunganya, nanti saya yang bawa ke atas untuk Pak Pradana," ucap Zayyan, suaranya tenang tapi membawa ketegasan yang tak bisa ditolak.Ucapan itu membuat ruang resepsionis seketika senyap. Hanya terdengar dengung pendingin ruangan yang bekerja terlalu rajin, bercampur bau tajam pembersih lantai yang menusuk hidung.Resepsionis mengangguk patuh, sementara si kurir masih ragu. Pemuda itu menggenggam erat buket di tangannya, jemarinya sedikit gemetar. Jaket lusuhnya berbau lembap, dan sepatunya—yang warnanya tak lagi jelas antara cokelat dan hitam—seperti sudah lama menunggu giliran diganti.“Tapi pelanggan kami bersikeras bunga ini harus saya serahkan langsung,” suaranya meluncur, terdengar lebih gugup ketimbang meyakinkan.Zayyan menatapnya sebentar, lalu tersenyum tipis, sopan, tapi jelas menutup ruang tawar-menawar. “Tenang saja. Saya asistennya langsung. Bunganya pasti sampai ke tangan beliau.”

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 489: Aku Ingin Kamu Kembali

    Beberapa helaan napas panjang terdengar dari Kirana sebelum akhirnya ia mendongakkan wajah. Ada tarikan dalam di dadanya, seolah sedang menahan sesuatu yang bergolak, berusaha agar tidak pecah begitu saja di depan orang lain.Senyum tipis ia paksa hadir di bibir, namun matanya—ah, mata itu tak bisa berbohong. Ada keraguan yang menari di balik tatapan, samar tapi jelas bagi siapa pun yang cukup jeli.“Mungkin salah kirim. Nanti aku hubungi tokonya, ya.”Suaranya ringan, nyaris seperti bisikan yang dipoles agar terdengar wajar.Namun Lisa, yang berdiri hanya beberapa langkah darinya, tak mudah terbuai. Tatapannya menajam, menusuk dengan selidik yang tidak ramah. Alisnya terangkat tipis, tubuhnya sedikit condong ke depan, seakan ingin membaca lebih dalam bahasa tubuh Kirana.Di balik wajah kalem Lisa, ada keyakinan yang tak tergoyahkan: Raka Pradana bukan pria sembarangan. Dan tentu bukan lelaki yang asal meletakkan namanya pada sebu

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 488: Mari Kita Jujur

    “Lagian, kamu udah ngelakuin banyak hal buat dia. Sekarang tinggal ngomong aja terus terang,” suara Bara terdengar santai, tapi tegas. Kalimatnya meluncur ringan, namun menyimpan bobot yang sulit diabaikan.Udara malam merayap masuk lewat celah jendela yang terbuka sedikit, membawa dingin yang menusuk pelan ke kulit. Lampu gantung di ruangan privat itu berpendar redup, mencipta bayangan samar di permukaan meja kayu yang berkilau tipis.Aroma anggur merah yang belum tersentuh melayang lembut, berpadu dengan wangi kulit dari sofa tempat dua pria itu duduk.Raka bersandar diam, menatap gelas di depannya. Ia tak minum, hanya memandangi permukaan cairan merah gelap yang bergoyang halus, seolah mencari jawaban di sana. Baru ketika Bara melanjutkan, kepalanya terangkat sedikit.“Kalau bisa, langsung aja tanyain. Dia mau balik sama kamu lagi, nggak? Sekalian minta maaf. Tapi yang bener, Ra. Jangan setengah-setengah.”Nada suara Bara

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 487: Kenapa Dia Masih Menjauh?

    Raka terdiam cukup lama. Jemarinya yang besar, kulitnya keras bekas kerja dan waktu, bergerak perlahan mengusap rambut halus Elina. Sentuhan itu begitu lembut, bagai angin senja yang melintas di antara ranting pohon, menyisakan getar rindu yang tak pernah diucapkan.“Ayah lagi banyak pekerjaan akhir-akhir ini…” ucapnya pelan, nyaris seperti bisikan yang takut pecah jika terdengar terlalu keras. Tatapannya menyapu wajah mungil di hadapannya, seolah sedang menimbang beban yang tidak sanggup ia bagi pada siapa pun.“Tapi nanti, kalau sudah lebih senggang, ayah janji akan ajak kamu ketemu dia lagi.”Kata-kata itu melayang, menggantung di udara kamar yang remang. Terlalu ringan untuk disebut janji, tapi terlalu berat untuk sekadar harapan.Elina menatap ayahnya dengan mata bulat, penuh keyakinan yang polos. Senyumnya merekah seperti fajar yang belum mengenal kecewa, hangat dan bersih, seakan dunia tak pernah memberi alasan untuk

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 486: Kapan Kita Bisa Ketemu Lagi?

    Langit sore merambat menuju malam, perlahan menelan jingga di ufuk barat. Cahaya lembutnya menempel di lantai marmer ruang tamu, seperti sisa-sisa hangat yang enggan pergi.Aroma sup ayam mengepul dari dapur, menembus celah pintu. Namun tak ada yang beranjak. Ruangan itu membeku, seolah menunggu satu kalimat yang tak kunjung diucapkan.Di tengah keheningan, Elina berdiri di hadapan Kirana. Mata bulatnya berkilau basah, bening sekaligus rapuh, menyimpan harapan kecil yang terlalu berat bagi bahu mungilnya. Bekas air mata masih menempel di pipinya, memerah, dan bibir mungil itu nyaris bergetar lagi.Kirana hanya menatap. Dagunya terangkat sedikit, namun mulutnya terkunci rapat. Napasnya pendek, tertahan, seakan ada sesuatu di kerongkongan yang tak mampu ia lepaskan. Kata “ya” tak sanggup ia ucapkan, tapi kata “tidak” lebih mustahil lagi.Tak mendapat jawaban, Elina berbalik. Langkah kecilnya ragu, seakan lantai marmer terlalu luas un

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 485: Apa Kamu Cemburu?

    Kirana menoleh perlahan, gerakan kecil yang terasa berat seolah ada beban yang tak terlihat menarik bahunya. Tatapannya, biasanya setajam bilah pisau yang menenangkan, kini diliputi kebingungan samar. Di hadapannya, Raka berdiri dengan wajah yang makin mengeras.Sorot matanya tajam, nyaris menelanjangi, seakan berusaha menyibak sesuatu yang selama ini disembunyikan Kirana rapat-rapat.“Aku seharusnya menawari makan malam,” ucap Kirana, mencoba terdengar biasa saja. Suaranya ringan, tetapi nadanya bergetar halus seperti senar gitar yang dipetik pelan. “Tapi Lisa belum pulang, dan kakiku masih cedera, jadi… lupakan saja.”Ia tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip tameng. Hatinya justru berdenyut dengan perasaan yang sulit ia pahami, campuran resah dan enggan yang tak bisa diberi nama.“Lagipula, kamu pasti sibuk,” lanjutnya sambil menunduk, pura-pura merapikan kain selimut di pangkuannya. “Daripada buang wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status