Share

Bab 35: Napas Tanpa Suara

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:17:48

Dengan suara sedingin hujan yang mengguyur atap seng di dini hari, Raka berkata pelan namun mengiris tajam,

“Zayyan, singkirkan semua sampah ini.”

Nada perintahnya tidak terbantahkan, tak memberi ruang untuk sekadar tanya. Kirana bahkan belum sempat menarik napas ketika tiba-tiba lengan rampingnya dicengkeram dan ditarik dengan kasar.

Raka menggiringnya ke salah satu ruangan pribadi di sisi lorong, langkahnya panjang dan cepat, nyaris menyeret.

Kirana berusaha menahan laju itu, tubuhnya kaku melawan, namun genggaman Raka terlalu kuat—seperti kawat baja yang tak memberi celah untuk lolos. Gaun panjangnya bergesekan dengan lantai marmer, mengeluarkan suara lirih yang tenggelam dalam denting ketegangan di udara.

Pintu ruangan tertutup rapat di belakang mereka dengan satu suara klik yang menggema, menghentikan waktu. Ruangan itu sunyi—terlalu sunyi. Dinding berlapis panel kayu tua, pencahayaan remang yang menggantung dari lampu

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 62: Sentuhan yang Terlarang

    Kirana tetap membungkam gelisah yang merayap dari arah lain ruangan. Jemarinya lincah, hampir seperti tarian yang sudah dihafal bertahun-tahun, memilih satu per satu jarum perak kecil dari dalam wadah logam.Di hadapannya, lampu gantung temaram memantulkan cahaya dingin pada permukaan jarum yang berkilau samar.Ia mencelupkannya ke dalam alkohol, menyaksikan gelembung-gelembung kecil pecah pelan di permukaan cairan bening itu.Di balik kesunyiannya, gemuruh langkah dan desahan nafas masih terasa; namun Kirana mengabaikannya, menutup diri dalam benteng konsentrasi yang nyaris suci.Di sisi lain ranjang, Bara tampak berkutat dengan tubuh Arga yang lemas bagai kain basah. Lelaki tua itu terkulai, matanya terpejam, napasnya tak beraturan—seperti daun yang hanyut terbawa arus deras.Dengan satu tangan, Bara menyanggah punggung Arga, tangan lainnya meraba kancing kemeja satu per satu, membukanya dengan sabar namun gelisah.Tubuh Arga tak mem

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 61: Menelanjangi Harapan

    “Kau benar-benar—!”Suara Senja pecah di udara, tapi langsung menggantung, seolah terbentur dinding tak terlihat. Matanya membelalak, tak percaya Kirana bisa bicara seterang itu, setelanjang itu, seolah tak ada filter antara isi hati dan mulutnya.Ketegangan di ruangan menebal, seperti kabut tipis yang perlahan-lahan berubah menjadi awan badai.Bara, yang sejak tadi berdiri sedikit di belakang, diam-diam mengamati. Cahaya lampu dari langit-langit rumah sakit memantul di bola matanya yang gelap, membingkai wajahnya yang tegas dalam keremangan.Ia menoleh, sorot matanya tajam menyapu Senja. Tak ada suara yang keluar, tapi isyarat itu jelas: cukup.Senja—yang biasanya keras kepala seperti batu karang diterjang ombak—akhirnya mengendurkan bahunya.Ia menghela napas kasar, menelan kekesalan yang masih menggumpal di tenggorokannya saat bertemu mata Bara.Tidak ada pertengkaran yang bisa ia menangkan ketika Bara

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 60: Kebenaran yang Menyayat

    “Apa maksudmu barusan?” Suara Senja menggema, tajam dan meluncur seperti anak panah yang dilepaskan tanpa ampun.Matanya menyala penuh amarah, menusuk Kirana seperti ingin mengoyak jawabannya dari kedalaman pikirannya.Ruang tamu keluarga itu—yang biasanya tenang dengan aroma teh melati dan tirai tipis yang bergoyang lembut diterpa angin sore—kini terasa panas dan tegang, seolah waktu ikut menahan napas.“Kau bisa menyembuhkannya atau tidak? Kalau tidak bisa, bilang saja! Jangan seolah-olah mengutuk kakekku seperti itu!”Kirana berdiri membatu, wajahnya setenang batu pualam di tengah badai. Ia menatap balik, namun bukan dengan amarah—melainkan dengan dingin yang jauh lebih menggetarkan.Suaranya datar, tapi membawa beban seperti kabar duka yang ditulis dalam huruf-huruf halus.“Aku sudah mencoba menyampaikannya sehalus mungkin,” ucapnya perlahan, namun kata-katanya menggema di antara dind

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 59: Rumah Tanpa Harap

    Begitu daun pintu bergeser perlahan, aroma tajam bercampur antiseptik segera menyeruak keluar, menyergap indera penciuman Kirana seperti kabut yang datang tanpa permisi—menusuk, dingin, dan asing.Bau khas rumah sakit, tapi kali ini berasal dari dalam rumah.Langit-langit tinggi dan lampu gantung kristal yang menggantung anggun dari langit-langit membuat kontras mencolok dengan ranjang medis yang berdiri di tengah ruangan.Dindingnya masih mempertahankan corak krem elegan khas rumah keluarga tua, tapi keberadaan monitor, tabung oksigen, dan alat medis lain menyulap ruang itu menjadi semacam unit perawatan intensif versi mewah.Ini bukan lagi kamar tidur biasa—ini adalah benteng terakhir tempat hidup digantungkan pada detak mesin dan kesigapan manusia.Beberapa sosok berseragam putih berdiri tegak di sekeliling ranjang, dengan sikap dan gerak-gerik yang efisien, minim bicara.Tatapan mereka sesekali saling bertemu, seolah berbagi

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 58: Tatapan yang Membekukan

    “Maaf, kalian ini… saling kenal, ya?” tanya Senja pelan, matanya bergantian menatap Kirana dan Raka, seolah mencoba menafsirkan sesuatu yang tersembunyi di antara keduanya.Kirana langsung menggeleng cepat, hampir terlalu cepat, seperti ingin menepis kemungkinan itu sebelum sempat tumbuh di benak siapa pun.“Tidak! Mana mungkin saya kenal dengan seseorang sekelas Tuan Pradana?”Nada suaranya terdengar sedikit tinggi, dan meskipun bibirnya membentuk senyum kecil yang dipaksakan, sorot matanya berkabut, menyimpan sesuatu yang tak ingin dibuka.Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, Kirana segera mengalihkan pandangannya ke Bara. “Saya ke sini untuk memeriksa kondisi Pak Baskoro Tua, Pak Bara. Kalau Bapak tidak keberatan, bolehkah saya mulai memeriksanya?”Ia berdiri tegak, berusaha menenangkan riak di dadanya. Sementara itu, Raka hanya memandangi Kirana dengan tatapan datar—bukan marah, bukan pula terkeju

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 57: Kredensial yang Dipertaruhkan

    Raka menatap dokumen di tangannya sekilas, lalu menggeser pandangannya ke arah Kirana. Kilatan dingin memancar dari matanya, menyusul nada suaranya yang terdengar datar namun mengandung ironi samar, nyaris seperti pisau tipis yang diselipkan di balik senyum sopan.“Sekarang ini,” ujarnya sembari membalik halaman dengan gerakan lambat, “banyak orang yang memalsukan kredensial demi tampak mumpuni. Apalagi dengan kondisi Pak Baskoro Tua yang sudah sangat kritis, kalian harus ekstra hati-hati. Jangan sampai tertipu oleh tampilan luar.”Suara kertas yang terlipat pelan terdengar kontras di ruangan itu, membelah keheningan yang mulai menegang.Setiap lembar ia buka dengan ritme lambat, nyaris seperti sedang menimbang satu per satu fragmen hidup yang tertulis di situ.Tangannya bergerak tenang, tetapi matanya—tajam dan teliti—melahap setiap baris informasi.Kirana berdiri tak jauh, tubuhnya kaku seperti batang pohon mud

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status