Share

Bab 409: Kau Tahu Kenapa Aku Pulang?

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-08-26 10:51:01

Riza semula mengira hanya Bara yang memanggilnya untuk membahas masalah pengiriman pasokan obat herbal, namun ternyata ia salah besar. Begitu melangkah masuk ke rumah keluarga Baskoro, hawa dingin langsung menelannya.

Arga, kepala keluarga yang terkenal berwibawa sekaligus keras, sudah lebih dulu menunggunya. Bayangan tubuh renta itu memang telah dimakan usia, tapi tatapannya masih menyala, sanggup melumpuhkan siapa pun yang berdiri di hadapannya.

Kehadirannya membuat jantung Riza seakan jatuh ke perut, seperti seseorang yang berdiri di tepi jurang tanpa pegangan.

Langkah Riza terasa berat, tapi kepala pelayan mengantarnya tanpa banyak bicara menuju ruang tamu. Di ruangan itu, aroma kayu tua bercampur wangi kopi yang telah lama dingin, seolah menyimpan percakapan yang pernah tertinggal.

Cahaya sore menyusup lewat tirai tipis, memantul di lantai kayu yang licin mengilap, menciptakan bayangan lembut namun menekan.

Udara di sana berbeda. Lebih padat,

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 410: Kamu Tega Begitu?

    Udara di ruang kerja itu begitu berat, seolah ada lapisan kabut tak kasat mata yang menggantung di antara tiga orang yang berdiri di dalamnya. Bau kopi yang sudah lama dingin bercampur dengan aroma kayu dari rak buku tua, menambah kesan ruang itu seperti menahan napas.Jarum jam di dinding terdengar jelas, tik... tak... tik... tak, memecah hening, tapi bukannya menenangkan—malah seperti menambah rasa tercekik.Bara berdiri tegak di dekat meja besar, kedua tangannya terkepal di sisi tubuh. Tatapannya menusuk Senja, dingin, nyaris tak berperasaan, seperti bilah baja yang ditempa dari bara kekecewaan. Hanya sedikit gerakan di rahangnya—bergetar menahan amarah yang hampir tak terkendali.Senja, dengan rambut tergerai yang sedikit berantakan karena terlalu sering disentuh, mencoba menahan pandangan Bara. Tapi suaranya, meski dipaksa tegar, terdengar serupa kaca retak yang mudah patah.“Lagi pula,” katanya, berusaha menegakkan b

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 409: Kau Tahu Kenapa Aku Pulang?

    Riza semula mengira hanya Bara yang memanggilnya untuk membahas masalah pengiriman pasokan obat herbal, namun ternyata ia salah besar. Begitu melangkah masuk ke rumah keluarga Baskoro, hawa dingin langsung menelannya.Arga, kepala keluarga yang terkenal berwibawa sekaligus keras, sudah lebih dulu menunggunya. Bayangan tubuh renta itu memang telah dimakan usia, tapi tatapannya masih menyala, sanggup melumpuhkan siapa pun yang berdiri di hadapannya.Kehadirannya membuat jantung Riza seakan jatuh ke perut, seperti seseorang yang berdiri di tepi jurang tanpa pegangan.Langkah Riza terasa berat, tapi kepala pelayan mengantarnya tanpa banyak bicara menuju ruang tamu. Di ruangan itu, aroma kayu tua bercampur wangi kopi yang telah lama dingin, seolah menyimpan percakapan yang pernah tertinggal.Cahaya sore menyusup lewat tirai tipis, memantul di lantai kayu yang licin mengilap, menciptakan bayangan lembut namun menekan.Udara di sana berbeda. Lebih padat,

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 408: Cari Tahu Siapa Pengkhianatnya

    Kirana menarik napas panjang, dada terasa sesak seolah ada beban yang menahan.Lalu, dengan suara yang lebih tenang dari hatinya, ia akhirnya berani berkata, “Terus terang, sebelum ke sini saya sudah menghubungi Tuan Riza. Tapi dia membuat seolah-olah hal ini sulit diurus. Saya sempat mengira itu perintah Anda. Itu sebabnya saya datang langsung.”Kata-kata itu jatuh pelan, namun memantul keras di ruangan makan keluarga Baskoro.Bara, yang duduk di seberangnya, langsung menegakkan tubuh. Keningnya berkerut, matanya menyipit, seakan mencoba menafsirkan maksud di balik kalimat Kirana. Tatapan penuh tanya itu membuat Kirana yakin: Bara memang tidak tahu apa-apa.Di sampingnya, Arga Baskoro—dengan tubuh renta yang ditopang tongkat kayu berukir—menatap lurus pada Kirana. Ekspresinya kaku, matanya dingin, namun ada bara yang menyala di balik sorotannya.Kirana tahu, keluarga Baskoro selalu menepati janji. Selama ini, pasokan herbal

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 407: Jangan Gegabah

    Panggilan telepon itu pecah di telinga Wiratama, meninggalkan gema getir yang menancap dalam, seperti serpihan kaca bening berserakan di atas lantai marmer dingin. Retaknya tak bisa dipungut lagi, apalagi disatukan.Jari-jarinya masih menggenggam ponsel, namun terasa beku, seolah darah enggan mengalir. Ia menarik napas panjang, dada naik turun dengan berat. Bibirnya mencoba melukis senyum tipis, tapi matanya tetap kosong, tak tersentuh.“Halo, Pak Tegar...” ucapnya akhirnya, nada ceria terdengar kaku, seperti senar gitar yang dipetik terlalu kencang.Namun sebelum kalimat itu sempat berakar, suara dari seberang menyambar, cepat, terburu-buru, menusuk.“Oh, Dr. Nugraha! Maaf ya, kami sedang rapat. Nanti kita bicara lagi. Saya tutup dulu.”Klik.Sambungan terputus, dan sunyi menjelma beban. Hanya desis pendingin ruangan di laboratorium yang berisik, seolah sengaja menekankan kesepian yang mengeras di udara.Wirat

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 406: Kenapa Kau Begitu Formal Denganku?

    Suara printer tua masih sesekali mencicit, terdengar seperti keluhan mesin yang enggan menua, berpadu dengan dengung monoton AC yang meniupkan hawa dingin ke seisi ruangan.Di balik kaca jendela yang berembun, langit Bandung menggantung berat, kelabu pekat, seolah mencerminkan dada Kirana yang sejak berhari-hari lalu dicekik resah.Ia menurunkan ponsel perlahan dari telinganya, gerakan itu lambat, nyaris lesu. Wajahnya, yang dulu selalu tegas, kini tampak lebih tirus, garis lelah tergurat jelas di bawah mata. Sebuah sketsa kegelisahan, begitu rapuh namun juga keras kepala.“Kita nggak dapat apa-apa?” tanya Wiratama. Suaranya pelan, hati-hati, tapi tetap saja terdengar seperti seutas harapan yang sudah ia tahu akan dipatahkan. Ia duduk di kursi seberang, tubuh condong sedikit ke depan, mencoba menangkap raut Kirana yang tak mudah dibaca.Kirana hanya mengangguk, gerakannya sekilas saja. Pandangannya kosong, jatuh ke arah tumpukan berkas pengaju

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 405: Jangan Terlalu Dipikirkan

    Kirana terdiam beberapa detik, seolah mencoba mengurai kekusutan di kepalanya. “Sudah coba hubungi mitra kita?” suaranya terdengar rendah tapi tegas.Ia menyalakan speaker ponsel, lalu melangkah cepat ke kamar mandi. Di sana, air dingin menyentuh kulit wajahnya, membuat pikirannya sedikit jernih, walau dada masih terasa mengencang.“Sudah,” jawab Wiratama, nadanya seperti habis kehilangan tenaga. “Beberapa tak mengangkat telepon, dan yang menjawab pun bicara setengah hati, tak ada kepastian.”Wiratama memejamkan mata sesaat. Rasanya lebih baik jika mereka menolak dengan jelas daripada menggantung.Sikap abu-abu itu membuatnya merasa seperti berjalan di tengah kabut, tidak tahu arah.Kirana mengganti pakaian dengan tergesa, kain blusnya bahkan sempat kusut karena ditarik terlalu cepat.“Baik, aku ke sana sekarang,” katanya singkat, menutup telepon dengan gerakan mantap, meski hatinya masih bergo

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status