Share

Bab 48: Ketukan Masa Lalu

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-07 14:23:29

Wiratama dan Kirana memilih kursi di sudut ruang privat yang dikelilingi panel kayu hangat dan jendela besar menghadap taman kecil di luar.

Sinar matahari pagi menembus tirai tipis, menciptakan pola cahaya yang lembut di atas meja bundar tempat mereka duduk.

Aroma khas kopi tubruk yang pekat dan baru diseduh mulai memenuhi ruangan, menyatu dengan wangi kayu manis dari lilin aromaterapi di pojok ruangan.

Kirana duduk dengan sikap santai namun waspada, mengenakan blazer krem yang rapi, rambutnya disanggul setengah, menyisakan helaian yang membingkai wajahnya.

Wiratama, dengan senyum ringan dan kemeja biru langit yang digulung di siku, mencondongkan badan sedikit, melanjutkan obrolan ringan tentang garis besar rencana kolaborasi mereka.

Waktu bergulir perlahan. Dua puluh menit kemudian, sebuah ketukan halus terdengar dari arah pintu kayu bergagang tembaga.

Bunyinya tak keras, namun cukup untuk membuat percakapan mereka terhenti.

Wiratama

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 50: Musuh Tanpa Wajah

    Zelina menyipitkan mata, alisnya mengerut tajam seperti garis luka yang tak sembuh. Suaranya mengeras, menusuk udara di antara mereka seperti pisau yang baru diasah.“Apa pun alasan Anda,” ucapnya dengan nada yang lebih dingin dari pendingin ruangan di kafe itu, “itu harga kami sekarang. Kalau pihak Anda merasa tidak cocok, kami tidak keberatan membatalkan kerja sama ini.”Nada suara itu menggantung sesaat, mengisi ruang di antara meja-meja yang mulai sepi, seolah pelanggan lain tahu bahwa suasana di meja itu sedang bergolak.Kirana mengangguk sekali, kecil tapi tegas, seperti seseorang yang sudah tahu akhir dari cerita ini sebelum kisahnya dimulai.“Kalau begitu,” katanya pelan tapi tajam, “anggap saja pembicaraan ini hanya membuang waktu. Kami tidak nyaman bekerja sama dengan perusahaan yang tidak menepati janji.”Ia lalu berdiri, gerakannya tenang namun sarat makna. Kursinya menggeser pelan, menyis

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 49: Harga yang Tak Sepadan

    Ia tak mau mengakuinya, tapi perubahan dalam diri Kirana begitu mencolok, seperti musim yang datang tanpa aba-aba—diam-diam namun membawa suhu yang berbeda.Enam tahun lalu, Kirana adalah gadis yang nyaris tak pernah bicara kecuali perlu, dengan sorot mata yang kerap memilih diam daripada menantang.Tapi kini, bahkan sebelum ia berkata sepatah kata pun, atmosfer dalam ruangan sudah berubah. Ketika ia duduk dengan punggung tegak dan wajah tanpa cela, seolah udara ikut menyesuaikan diri—lebih padat, lebih berhati-hati.Zelina memperhatikannya dari seberang meja, seolah menimbang bayangan masa lalu dengan perempuan yang kini duduk anggun di hadapannya.Ia tahu dirinya tidak banyak berubah—setidaknya ia ingin percaya begitu. Tapi pria yang selama ini nyaris ia anggap miliknya kini justru terasa seperti bayangan yang semakin menjauh setiap kali ia mencoba mendekat.Ada rasa perih yang mengendap, ditambah kecemburuan yang berdesir seper

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 48: Ketukan Masa Lalu

    Wiratama dan Kirana memilih kursi di sudut ruang privat yang dikelilingi panel kayu hangat dan jendela besar menghadap taman kecil di luar.Sinar matahari pagi menembus tirai tipis, menciptakan pola cahaya yang lembut di atas meja bundar tempat mereka duduk.Aroma khas kopi tubruk yang pekat dan baru diseduh mulai memenuhi ruangan, menyatu dengan wangi kayu manis dari lilin aromaterapi di pojok ruangan.Kirana duduk dengan sikap santai namun waspada, mengenakan blazer krem yang rapi, rambutnya disanggul setengah, menyisakan helaian yang membingkai wajahnya.Wiratama, dengan senyum ringan dan kemeja biru langit yang digulung di siku, mencondongkan badan sedikit, melanjutkan obrolan ringan tentang garis besar rencana kolaborasi mereka.Waktu bergulir perlahan. Dua puluh menit kemudian, sebuah ketukan halus terdengar dari arah pintu kayu bergagang tembaga.Bunyinya tak keras, namun cukup untuk membuat percakapan mereka terhenti.Wiratama

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 47: Bayang Perempuan

    Memegang erat serpihan tekad yang masih hangat, garis-garis kegelisahan di wajah Zelina perlahan luluh.Ada secercah harapan yang ia peluk diam-diam di balik sorot matanya yang tajam namun redup.Ya, aku masih punya kesempatan, bisiknya dalam hati, seperti mantra pelan yang terus ia ulang untuk menjaga pikirannya tetap jernih.Segalanya hanya akan benar-benar hancur kalau aku membiarkan dia semakin muak padaku. Aku harus tenang. Rasional.Langkahnya ringan namun terjaga saat ia berjalan keluar dari lobi gedung, sepatu haknya beradu lembut dengan lantai marmer yang mengilap.Angin siang menyapa wajahnya, membawa aroma polusi samar bercampur dengan wangi samar bunga dari taman kecil di sudut pelataran.Sebuah mobil hitam mengilap telah menantinya di bawah teduh kanopi. Tanpa banyak kata, Zelina membuka pintu dan masuk ke dalam, membiarkan dunia luar tertutup di balik kaca jendela yang berlapis film gelap.

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 46: Enam Tahun Sunyi

    Zelina menatap Raka, matanya membelalak—bukan hanya karena terkejut, tapi karena ketakutan yang tak ia kenali mulai merambat pelan dari ujung jemari ke dadanya.Ketakutan yang tak datang dari ancaman fisik, tapi dari sesuatu yang lebih dalam, lebih sunyi—ketakutan kehilangan sesuatu yang bahkan belum benar-benar ia genggam.Raka tidak menoleh. Bahunya mengeras, garis rahangnya mengencang seperti seseorang yang tengah menahan sesuatu yang hendak meledak.Suasana di ruangan itu mendadak terasa sempit, meski langit-langitnya tinggi dan jendela kaca lebar di balik punggung Raka memamerkan hiruk-pikuk kota Bandung yang sibuk di luar sana.Lampu gantung di atas kepala mereka menggantung kaku, tak bergerak, seolah turut menahan napas."Aku menikahimu dulu bukan karena cinta," kata Raka pelan, tapi tegas. Suaranya tidak menggelegar, namun cukup untuk membuat udara di sekitar mereka terasa dingin.Zelina membeku. Kata-kata itu seperti kab

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 45: Enam Tahun Menunggu

    Kilatan samar melintas di mata Raka—bukan amarah, melainkan semacam kejengkelan yang ia bungkus rapat di balik ketenangan wajahnya.Seperti bara kecil yang tertahan di balik abu. Ingatan tentang malam sebelumnya menyelinap cepat di benaknya, menggelapkan suaranya ketika akhirnya menjawab, “Kegigit pas makan. Nggak sengaja. Nggak usah khawatir.”Nada bicaranya terdengar dingin, terlalu tenang untuk sebuah klarifikasi. Di hadapannya, Zelina mengangguk pelan, gerakan kecil yang disertai keraguan yang nyaris tak tersembunyi.Matanya menatap Raka sejenak, seolah berharap bisa menangkap sesuatu yang luput dari logikanya.Namun yang terlihat hanya dinding—datar, kokoh, dan tak tertembus.Ia menarik napas pelan, mencoba menenangkan badai kecil dalam kepalanya. Bertahun-tahun bersama Raka, tak pernah ada perempuan lain.Tak pernah ada gosip, tak ada aroma perselingkuhan yang terendus. Semua rasa curiga ini... mungkin memang ha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status