Happy Reading.
"Kenapa wajahmu ditekuk begitu, Sayang?" Ucap Bianca kepada Arion. Hari ini ia sengaja pergi ke kantor ayahnya supaya bisa bertemu dengan Arion. Yeah, Bianca adalah putri pertama dari Juanda, pemilik pertama perusahaan Rengganis yang sekarang telah dikuasai sepenuhnya oleh Arion."Ngapain kemari?" Arion menatap tak suka kepada wanita seksi itu. Sebenarnya ia sama sekali tidak tertarik dengan Bianca setelah wanita itu mengkhianatinya, dulu. Ia hanya ingin membuat Zayla tak tenang saat memikirkannya begitu ia dan Bianca berduaan di dalam rumah.Arion dapat melihat bahwa Zayla tidak menyukai hubungannya dan Bianca karena terlalu intim saat di hadapan adik angkatnya itu. Tentu saja Arion sengaja pmembuat perasaan Zayla kacau, karena sejak dulu, kedua orang tuanya selalu mengingatkan agar Arion tidak berpacaran sampai diluar batas. Sedangkan Zayla tidak bisa mengingatkan akan hal itu sekarang, karena Arion selalu menentang semua nasehat darinyHappy Reading. "Ada apa, Ansel?" Ucap wanita paruh baya bernama Rina yang tak lain adalah mamanya Ansel sendiri. Baru sekarang sang putra pulang dalam keadaan wajah murung. "Aku kepikiran sama Zayla, Ma," jawab Ansel jujur. Ia memang selalu menceritakan tentang Zayla kepada sang mama setiap pulang ke rumah. "Ada apa dengannya?" entah kenapa Rina sangat penasaran dengan kisah kehidupan Zayla. "Dia diperlakukan tidak baik oleh kakaknya gara-gara kedatangan aku ke rumahnya," wajah Ansel menunjukkan rasa bersalah yang teramat besar. "Ceritakan semuanya sama mama, Nak," desak Rina ikut prihatin dengan kisah Zayla tersebut. Baru kali ini ia merasa penasaran terhadap kehidupan orang luar hanya dengan mendengar cerita sang putra. Ansel lebih dulu duduk di sofa ruang tengah sebelum ia menceritakan semuanya kepada sang mama. Perasaannya sangat tidak nyaman saat membayangkan keadaan Zayla yang ia tinggalkan dalam situasi menegangkan t
Happy Reading. WARNING! ADEGAN 21++! YANG MASIH DI BAWAH UMUR DIHARAP JANGAN MEMBACA BAB INI. "Kak Ion mau apa?" Zayla merasa akan ada kejadian buruk yang menimpa dirinya saat melihat gerak-gerik sang kakak di hadapannya. "Kenapa? Apa kau takut, hum?" suara Arion terdengar begitu menyeramkan, membuat Zayla semakin tak tenang. "Kau terlalu nakal, Zayla. Aku sudah berbaik hati memberikan kebebasan untuk kamu di luar sana. Tapi apa, kamu justru berbuat hal yang sangat aku benci," desis Arion seraya mendorong Zayla hingga terjatuh ke dalam bathtub. "Aku mohon, maafin aku, Kak," hanya kata maaf yang selalu Zayla ucapkan, berharap sang kakak mau melepaskannya. Arion sama sekali tak mengindahkan permohonan Zayla. Ia menyeringai saat melihat penampilan sang adik yang sangat acak-acakan. "Kau harus menerima hukuman dariku agar tak lagi berbuat semena-mena, dan enggak membawa pria asing ke rumah ini lagi. Apa kau tahu bahwa tindakanmu itu laya
Happy Reading. Pagi-pagi sekali Arion sudah berpakaian rapi. Hari ini ia akan terbang ke kota A menggunakan jet pribadi karena ada hal mendesak. Begitu sampai di lantai bawah, Arion melirik ke arah kamar belakang yang cukup jauh dari tempat ia berdiri. Ada rasa bersalah setelah apa yang telah ia lakukan terhadap Zayla semalam. Namun, Arion lekas menepis perasaan bersalah tersebut dan berkata bahwa Zayla pantas mendapatkan hukuman itu darinya. Yang seharusnya di meja makan telah siap sarapan pagi, tapi tidak dengan sekarang. Zayla masih enggan untuk keluar dari dalam kamar, ia takut jika harus bertemu dan bertatap muka dengan Arion. Sungguh Zayla masih trauma. Bayangan saat Arion menjamahnya dengan kasar membuat hatinya kembali sakit. Arion pun menaiki jet pribadinya yang standby di halaman rumah besar itu. Ia sama sekali tidak perduli dengan keadaan Zayla di dalam kamarnya yang entah sedang apa. Namun, percayalah bahwa Arion tidak tenang mulai semalam s
Happy Reading. Dua hari terlah berlalu. Zayla terlihat seperti mayat hidup, dengan wajah yang sangat pucat, dan tubuhnya yang kurus. Selama dua hari ini ia tidak menyentuh makanan sama sekali, air putih pun yang minum beberapa tetes saja. Zayla seolah sengaja menyakiti dirinya sendiri supaya bisa cepat pergi dari dunia ini. Mati, itulah yang Zayla inginkan. Kepalanya terasa sangat pusing karena kurangnya asupan serta dehidrasi. Bahkan pria yang ia tunggu permintaan maafnya sudah tak lagi menampakkan batang hidungnya. Mungkin benar bahwa Arion sengaja meninggalkan Zayla seorang diri di sana karena menginginkan wanita cantik itu pergi dengan sendirinya dari rumah tersebut. Zayla tersenyum miris. Ia beranjak dari tempat tidur dengan sisa tenaganya yang sangat lemah. Perlahan Zayla sedikit membenahi pakaian serta penampilannya agar tidak terlihat seperti orang gila, kemudian ia meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Tak lupa Zayla juga me
Happy Reading. Kota A. Tepatnya di perusahaan Wesley. "Anda salah sasaran, Tuan. Nona Zayla murni tidak bersalah dalam kecelakaan itu. Di dalam rekaman CCTV terlihat jelas bahwa nona Zayla sempat menolak saat diajak pergi oleh tuan dan nyonya besar. Bukan nona Zayla yang mengajak mereka, Tuan. Bahkan saat dalam perjalanan ke mall, mobil yang tumpangi oleh kedua orang tua anda sudah berputar arah dan hendak kembali ke rumah,""Namun, ada sebuah mobil yang menabrak mobil tuan besar dari arah samping, hingga menyebabkan mobil itu oleng dan menabrak pembatas jalan. Semuanya dibuat seolah-olah kecelakaan itu murni kecelakaan biasa, karena sang pelaku termasuk orang yang sangat cerdik. Sayangnya, dia juga termasuk orang yang bodoh karena melupakan jejak yang tertinggal,"Zack mengungkapkan kebenaran mengenai kecelakaan beberapa minggu yang lalu. Bukan tanpa alasan juga Zack berusaha mati-matian mengumpulkan bukti tersebut, tapi ia ada seseorang y
Happy Reading. "Mama, Papa, kalian jangan pergi. Bawa aku bersama kalian," isak Zayla seraya berjalan menyusul kedua orang tuanya yang mulai menjauh. "Enggak, Sayang. Kamu enggak bisa ikut kami pergi. Kembalilah, akan ada banyak orang yang mencintai kamu setelah ini," Cassini menatap sendu putri tercintanya itu. Begitu juga dengan Dario, ia sampai tak bisa berkata-kata dari saking sedihnya melihat keadaan sang putri. "Bohong. Enggak ada yang cinta dan sayang sama aku kecuali Mama dan Papa. Bahkan kak Ion pun sangat membenciku," lirih Zayla merasa tak kuat melangkahkan kakinya lagi. Ia pun terduduk di atas rerumputan kecil sambil menangis tersedu-sedu. Cassini dan Dario pun ikut menangis, baru kali ini mereka melihat Zayla dalam keadaan kacau dan tangisnya membuat hati mereka bagaikan diiris sebilah pisau. "Kamu gadis kuat, Nak. Bangkitlah, sambut kebahagiaan mu dengan keluarga yang baru. Maafkan kami karena tidak bisa menemani mu dan enggak ad
Happy Reading. "Mama mohon, cari tahu latar belakang Saya, Nak. Meskipun rasanya sangat mustahil, tapi mama yakin kalau dia adalah Sheila," Rina meminta Ansel supaya menjalankan perintahnya. "Sheila sudah meninggal, Ma. Please, jangan aneh-aneh. Aku tahu kalau mama sangat sulit melupakan atau bahkan mengikhlaskan Sheila pergi, tapi itu semua sudah takdir dan kehendak Tuhan, kita jangan lagi berpikir yang berada di luar nalar," sanggah Ansel menolak permintaan sang mama. Ia tidak mau mamanya semakin terpuruk dengan kejadian di masa lalu. "Kali ini saja, Nak. Mama mohon," Rina sampai menangis di hadapan Ansel agar putranya mau patuh dengan keinginannya. Ansel menatap sang papa yang berdiri di belakang mamanya seolah meminta pendapat kepadanya. Bagas yang paham akan tatapan sang putra, ia pun menganggukkan kepala tanda setuju dengan permintaan istrinya. "Hm, baiklah, akan aku selidiki semuanya. Tapi, jika hasilnya tidak sesuai dengan ke
Happy Reading. Serly membekap mulutnya seakan tak percaya dengan apa yang Zayla katakan. Ia berharap semuanya hanya mimpi. "Enggak mungkin, Zay. Arion--" Serly menggantung ucapannya karena tak sanggup meneruskan kalimat itu. Sosok Arion yang super protektif dan sangat menyayangi Zayla, bisa melakukan hal sekeji itu hanya karena sebuah dendam, bahkan dendam itu sangatlah salah. Serly memeluk sahabatnya untuk menyalurkan kekuatan, karena ia yakin saat ini mental dan psikis Zayla sedang tidak baik-baik saja. Rasanya ia tak percaya dengan fakta itu, namun, melihat kejujuran di mata Zayla, Serly tak bisa lagi mengelaknya. Lagi pula hal sebesar itu mana mungkin dijadikan lelucon oleh gadis sesuai Zayla, yeah meskipun Serly juga masih belum dewasa. Ralat! Zayla sudah bukan gadis lagi. "Lalu keputusan mu sekarang bagaimana? Apa kamu akan kembali lagi ke rumah Arion?" Serly harus tahu keputusan Zayla saat ini agar ia bisa memberikan solusi kedepannya, walaupun r