Share

Di pecat

Author: Pulungan
last update Last Updated: 2024-05-20 21:08:08

Malam hari, Reza pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk antara marah, kesal dan kasihan. Ia bingung harus bagaimana berbicara dengan Ibunya. "Assalamualaikum," ucap Reza tiba-tiba membuat Neni dan Sarah yang mendengar itu langsung kaget.

"Walaikumsalam, udah pulang Nak, Mama udah nyiapin makanan kesukaanmu di meja, mandi dulu kemudian makan ya," ucap Neni ramah membuat Reza langsung melihat Ibunya tersebut sebentar lalu menggeleng.

"Gak usah, aku gak lapar, gak mood juga," jawab Reza datar membuat Neni kaget. "Reza kok gitu sih Nak, kamu marah ya sama Mama?" tanya Neni membuat Reza langsung meletakkan sepatunya asal.

"Maksud Mama berbuat seperti tadi apa, Ma?" tanya Reza sedikit ngegas membuat Neni langsung menelan ludahnya dengan susah payah. "Mama hanya ingin memberi pelajaran sama Naya karena sudah berani menggoda kamu itu aja, supaya dia sadar kesalahan dia," jawab Neni membuat Reza langsung tersenyum kecut.

"Naya gak menggodaku Ma, aku yang selalu melihatnya, salahnya dimana sih Ma, Naya istriku apa salahnya aku melihatnya?" cecar Reza membuat Neni langsung diam sejenak mencari alasan.

"Tapi tetap aja Mama gak suka, ngapain dia sok manis di depan kamu, rasanya gak mungkin sih Naya gak kenal kamu, pasti dia cuma modus biar kamu terus menerus melihatnya," lanjut Neni membuat Reza mangut-mangut.

"Menurut Mama itu sudah benar?" tanya Reza. "Iya, tentu saja makanya Mama bilang cepat urus surat perceraian kalian berdua," ujar Neni membuat Reza mangut-mangut.

"Oke, Ma sekarang aku tanya darimana Mama bisa tahu semua ini? Darimana atau dari siapa Mama tahu pabrik tempat Naya kerja? Darimana Mama tahu kali aku sering menemui Naya? Bagaimana Bisa Mama masuk dalam ruangan dengan lalu ngaku-ngaku sebagai keluarga Alex? Siapa yang memberi tahu Mama semua ini?" cecar Reza sebanyak mungkin

Deg! Neni yang mendengar itu langsung mematung, Ia mulai menyusun kata-kata dulu supaya Reza tidak marah.

"Jawab Ma!" tegas Reza. "Ya gak dari siapa-siapa Reza, wajar dong seorang Ibu khawatir dengan anaknya trus ngikutin," elak Neni membuat Reza samakin pusing.

"Dan Nova? Kenapa Nova selalu bersama Mama?" tanya Reza lagi. "Masalah Nova ya karena Nova anaknya naik aja makanya Mama suka," lanjut Neni. "Ya udah kalo gitu aku masuk kamar dulu,"

Reza meninggalkan Neni begitu saja lalu ia masuk ke dalam kamar, rasanya ia sudah benar-benar stres memikirkannya. Sampai di kamar Reza mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.

[Malam Pak Reza], [Malam, bagaimana dengan yang saya minta?] ujar Reza.[Oh aman Pak Reza, rumahnya udah aman tinggal bayar aja] jawab karyawannya itu. [Saya bayar sekarang] [Baik Pak]

Setelah selesai menelpon ia merebahkan tubuhnya di ranjang sambil memejamkan matanya, ia mengingat wajah Naya yang sempat ia lihat tanpa jilbab. Tiba-tiba bibirnya melengkung indah.

'Nay, kamu cantik banget, bodohnya aku gak pernah sekalipun melihat kamu tanpa jilbab,' gumam Reza dalam hati sambil bibirnya senyum-senyum.

***

Disisi lain, Naya dan Silvi yang baru saja selesai makan malam. Sekarang mereka tengah duduk-duduk sambil melipat pakaian. "Nay," ucap Silvi.

"Hum," dehem Naya. "Kamu kenapa sih melamun terus?"tanya Silvi. "Aku lagi mikirin sesuatu Vi," jawab Naya membuat Silvi mengangguk. "Apa itu?"

"Menurut kamu wajar gak kalo aku mau ke kantor Kak Reza," tanya Naya membuat Silvi sedikit kaget. "Ngapain?" tanya Silvi lagi."Mau balikin uangnya yang dua juta kemaren, aku gak mau ada sangkut paut Vi, kamu lihat sendiri aja aku gak tau apa-apa mertuaku sampe segitunya, bagaimana kalo dia tahu aku masih punya hutang, bisa-bisa aku makin di jelek-jelekin sama dia," terang Naya membuat Silvi mangut-mangut.

"Gak apa-apa sih sebenarnya kalo kamu memang mau balikin, lebih bagus, tapi uangnya udah ada?" tanya Silvi. "Ada Vi, yang penting mah selesai kalo masalah biayaku nanti minjem dulu kali sama kamu," jawab Naya sambil cengengesan membuat Silvi langsung memutar mata malas.

"Ya udah deh iya, sana besok kelarin urusanmu sama suamimu itu, bikin pusing aja, udah ah mau maskeran," lanjut Silvi lalu beranjak dari duduknya. 'Mungkin dengan cara ini aku bisa nyelidiki Kak Reza lebih jauh,' ucap Naya dalam hati.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali Naya sudah berangkat menuju kantor Reza yang kurang lebih memakan waktu 4 sampai 5 jam di perjalanan. Disisi lain, Reza sedang memandangi beberapa surat karena hari ini ia berniat memecat Nova hari ini juga.

"Nova masuk ke ruangan saya," panggil Reza melalui telepon. Tidak lama kemudian Nova masuk dengan senyum manis di bibirnya karena sudah lama ia tidak masuk ke ruangan Reza.

"Bapak memanggil saya?" tanya Nova di ambang pintu. "Iya," jawab Reza singkat, tanpa membuang waktu Nova langsung masuk ke dalam mendekati ruangan Reza.

"Ini, silahkan bawa keluar dan di baca terlebih dahulu jika ada yang ingin di tanyakan atau ingin di protes bilang sama Sam, biar Sam yang menghubungi saya," ucap Reza datar membuat Nova langsung was-was, ia merasa tidak enak dengan ucapan Reza barusan.

"Ada yang kurang jelas?" tanya Reza lagi tiba-tiba membuat Nova sadar lalu ia menggeleng. "Silahkan keluar," lanjut Reza membuat Nova menganga. Yang benar saja Reza mengusirnya.

"Bisa gak Pak saya baca disini aja biar cepat selesai?" tanya Nova membuat Reza menautkan alisnya. "Yakin?" tanya Reza. "Iya Pak,"

"Ya sudah," jawab Reza lalu ia kembali fokus ke lap topnya. Nova mulai membuka surat di tangannya lalu ia mulai membaca dengan seksama. Namun detik kemudian matanya memboleh melihat dirinya di keluarkan dari perusahaan.

"P–pak?" tanya Nova tidak percaya membuat Reza kembali menoleh ke arah Nova "Ini beneran?" tanya Nova mulai keringat dingin. "Menurut kamu apa saya main-main?" Reza kembali bertanya dengan nada datarnya membuat Nova hampir sesak nafas.

"Tapi saya salah apa Pak?" tanya Nova membuat Reza menghela nafas panjang.

"Kamu masih nanya kamu salah apa? Sepertinya itu tidak perlu saya jawab karena emang sudah jelas, yang kedua saya sudah tidak nyaman punya sekretaris seperti kamu, saya ingin sekretaris saya sekarang laki-laki saja," terang Reza tanpa basa-basi membuat Nova benar-benar mati kutu, tapi detik kemudian bibirnya tersenyum miring.

"Apa Bapak suka sama saya sampai Bapak bilang tidak nyaman melihat saya?" tanya Nova dengan lantangnya membuat Reza langsung membuang pulpennya di atas meja lalu ia menatap Nova dengan tajam.

"Saya bukan orang yang mudah suka sama perempuan, gini-gini saya punya kriteria perempuan yang saya idamkan, dan semua kriteria itu gak ada di kamu," tegas Reza membuat Nova kaget. "Ta--tapi Pa-" ucapan Nova terpotong saat Reza menjawabnya tiba-tiba.

"Kalo sudah selesai silahkan keluar, saya masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan," lanjut Reza membuat Nova benar-benar kesal.

"Kalo masih ada yang ingin kamu sampaikan atau gimana-gimananya langsung ke Sam aja," lanjut Reza lalu ia kembali mengambil pulpen lalu kembali membuka berkas satu per satu.

'Baik Pak Reza, Bapak membuat hatiku sakit dan ini gak akan kubiarkan! Kamu harus jadi milikku kalo tidak bisa maka Naya juga gak bisa milikin kamu,' ancam Nova dalam hati lalu ia keluar begitu saja membuat Reza yang melihat itu langsung menghela nafas panjang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status