Hari menunjukkan pukul 11 siang, Naya sudah sampai di kantor Reza karena ia memakai masker membuatnya tidak begitu di kenali. "Selamat siang Mbak, ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu karyawan dengan ramahnya.
"Siang Mbak, saya ada jadwal bertemu dengan Pak Reza siang ini, apakah Pak Rezanya ada?" tanya Naya. "Ada Mbak, dengan Mbak siapa ya?" tabya karyawan itu. "Naya," "Oke sebentar ya Mbak, saya hubungi Kak Reza dulu," lanjut karyawan tersebut lalu ia mengambil telepon. [Siang Pak Reza, ini ada orang yang katanya ada janji ketemuan sama Bapak] Reza yang mendengar itu langsung mengerutkan keningnya, perasaan ia tidak punya janji apa-apa hari ini. [Dengan siapa?] tanya Reza yang masih berkutat di depan komputer. [Mbak Naya] jawab karyawan itu membuat Reza langsung mematung. Deg! 'Naya? Benarkah? Dia kesini,' ucap Reza dalam hati. [Ok baik, silahkan suruh aja Naya naik ke ruangan saya] lanjut Reza. [Baik Pak] Setelah selesai Reza langsung membersihkan berkas-berkas yang berantakan di mejanya tersebut ia ingin terlihat rapi di depan Reza. Reza sangat senang akhirnya setelah sekian lama Naya mau mampir ke kantornya. Reza mengambil kaca memperbaiki rambutnya sekilas. 'Ya tuhan, kenapa aku senang banget,' gumamnya sambil senyam-senyum. Disisi lain, Naya sedang berjalan menuju ruangan Reza ia tidak melihat kanan kiri ntah siapa yang memperhatikannya atau tidak. Tok! Tok! Tok! Reza yang mendengar itu langsung menoleh ke arah pintu, detik kemudian ia mematung sejenak dari balik kaca ia dapat melihat jelas wajah yang ia rindukan tersebut. Tanpa membuang waktu Reza langsung bangkit dari duduknya lalu ia membuka pintu. Ceklek! Naya yang melihat pintu terbuka langsung masuk, Reza kembali menutup pintu lalu menguncinya membuat Naya sedikit bingung. Saat Reza berbalik pandangan keduanya langsung bertemu, Naya melepas maskernya membuat Reza semakin tersenyum melihat wajah cantik itu. "Nay akhirnya kamu kesini," ucap Reza lembut membuat Naya mengangguk sekilas. "Aku kangen banget sama kamu," lirih Reza membuat Naya langsung mendongak, Reza menatapnya dengan sendu karena kali ini ia menjadi Reza sesungguhnya bukan samaran. Belum sempat Naya menjawab omongan Reza, tiba-tiba dirinya sudah di tarik masuk ke dalam dekapan Reza. Grep! Naya langsung mematung merasakan itu sedangkan Reza malah tersenyum sambil memejamkan matanya menghirup aroma parfum gadis itu. "Kamu kemana aja Nay? Gak pernah menghubungiku sekalipun," bisik Reza membuat Naya langsung merinding, detik kemudian ia berusaha melepaskan pelukan Reza. "Em Kak sebenarnya aku kesini bukan untuk seperti ini," ucap Naya berusaha tenang karena ia dapat merasakan Reza benar-benar merindukan dirinya. "Kamu mau apa, Nay? Aku akan penuhi, tapi aku mohon kembalilah samaku Nay," lanjut Reza membuat Naya kaget bukan main. Deg! Naya langsung menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda tidak akan terbuai dengan ucapan suaminya itu. "Dengerin aku dulu Kak, aku kesini bukan buat itu, tapi buat ini," ucap Naya sambil memberikan amplop coklat ke tangan Reza. "Apa ini?" tanya Reza membuat Naya langsung menarik nafas dalam-dalam, mengatur nafasnya. "I–ini uang Kakak yang pernah aku pake yang dua juta kemaren," jawab Naya hati-hati ia takut Reza tersinggung. Dan benar saja, ekspresi Reza langsung berubah mendengar jawaban Naya barusan. "Maksud kamu? Kamu gak ingin ada hubungan apa-apa samaku lagi Naya?" tanya Reza membuat Naya langsung diam sejenak. "Jawab Nay, apa kamu ingin meninggalkanku jauh?" Apa ada yang menyakitimu Nay? Apa aku terlalu jahat sama kamu?" cecar Reza sambil memegang kedua bahu Naya membuat Naya langsung memejamkan matanya sebentar. Tidak bisa di pungkiri ia juga sebenarnya merindukan suaminya tersebut. Tapi jika mengingat kelakuan mertuanya tersebut malah membuat Naya tidak suka. "Maaf Kak, untuk itu aku gak bisa jawab intinya disini aku hanya mengembalikan uang Kakak," [Pak Reza maaf, Ibu ada di kantor dan sekarang menuju ruangan bapak] tiba-tiba pemberitahuan tersebut membuat Reza kaget bukan main. Deg! "Mama," gumamnya tanpa membuang waktu ia langsung kembali membuka pintu lalu ia menarik Naya ke kamar pribadinya. "Kak ini ngapain?" tanya Naya bingung karena Reza terlihat panik. "Shut … diam dan ikuti aku ya," bisik Reza membuat Naya Langsung mengangguk. "Reza!" terdengar suara Neni yang memanggil dirinya membuat Reza langsung celingak-celinguk mencari tempat persembunyian. Detik kemudian Reza manarik Naya membawanya ke balik lemari, ia merapatkan dirinya ke Naya supaya tidak terlihat karena ia mendengar Neni semakin dekat. "K–kak," panggil Naya lirih karena tidak nyaman dengan posisi mereka yang benar-benar tidak ada jarak. "Shut … diam dulu ya," bisik Reza membuat Naya mau tidak mau harus mengangguk. "Reza!" suara Neni sudah masuk ke kamar pribadinya."Mana Nov? Disini gak ada siapa-siapa?" tanya Neni bingung karena tidak melihat Reza apalagi Naya. 'Nova,' batin Reza. Saat Neni memasukinya ruangan pribadi Reza, Reza semakin mempersempit jaraknya dengan Naya sedangkan Naya hanya bisa diam mematung, ia benar-benar tidak percaya posisi mereka sekarang ia sampai bisa mendengarkan suara jantung Reza. "Ada Tante jelas-jelas aku melihat gadis kampung itu jalan kesini tadi," jawab Nova kekeh membuat Reza yang mendengar itu langsung menahan nafasnya agar tidak ketahuan. Sedangkan Naya hanya diam seperti patung. Reza mengambil ponselnya lalu mengetikkan pesan untuk bawahannya. [Sam tolong ke ruangan saya sekarang dan bilang pada Ibu dan Nova kalo saya gak ada di ruangan, lagi di luar] tulis Reza lalu ia mengirimkan pesan tersebut pada bawahannya. [Baik Pak] Tidak lama kemudian tersenyum suara Sam ngobrol dengan Neni dan Nova. "Ibu nyari Pak Reza ya?" tanya Sam membuat Neni dan Nova langsung menoleh. "Iya, Reza dimana ya?" tanya Neni. "Pak Rezanya tadi keluar Bu, ada rapat dengan klien," jawab Sam membuat Nova langsung bingung. 'Perasaan Pak Reza gak ada keluar dari ruangan deh sedari tadi dan gadis kampung itu kemanan dia?"' batin Nova bertanya-tanya. "Keluar kemana?" tanya Neni lagi. "Aduh kurang tahu Bu, kata Kak Reza tadi kekuar sebentar aja," jawab Sam membuat Neni mangut-mangut. "Ya sudah deh kalo gitu, nanti ada kalo Rezanya, tolong kabari saya ya," lanjut Neni. "Siap Bu, nanti saya kabari lagi," jawab Sam. Setelah Neni dan Nova pergi pintu ruangan pribadinya terdengar di tutup membuat Reza langsung menghela nafas panjang. "Huh …," Reza menunduk melihat Naya yang masih mematung di bawahnya sambil memegangi menutup mulutnya agar tidak bersuara. Reza menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Naya membuat Naya sedikit mendongak karena ia merasakan nafas Reza menyapu wajahnya. "K–kak mffth …," belum sempat Naya menyelesaikan ucapannya tiba-tiba bibirnya di sambar oleh Reza membuatnya langsung melotot, sedangkan Reza malah memejamkan matanya sambil menarik pinggang Naya agar semakin dekat. Dalam beberapa saat keduanya hangat dalam ciuman lembut tersebut, tanpa sadar Naya juga menikmati bibir suaminya tersebut. "Nay …," bisik Reza lembut dengan nafas memburu membuat Naya langsung mendongak sedikit. Ia dapat melihat wajah suaminya itu dengan jelas karena jarak mereka benar-benar tidak sampai 1 centi. Reza menjauhkan dirinya dari Naya membuat Naya sedikit kaget lalu Reza meninggalkannya membuat Naya langsung menghela nafas. Tapi ternyata Reza meninggalkannya untuk mengunci pintu ruangan pribadinya. Naya yang melihat itu langsung kaget dan langsung mendekati Reza. "Kak maaf, sepertinya aku harus balik sekarang, gak enak lama-lama disini," ucap Naya membuat Reza berbalik lalu ia menggeleng. Ia kembali mendekati Naya lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya. "Jangan pergi Nay," lirih Reza membuat Naya merinding. "Ta–tapi Kak, aku harus pul- mfffth ….," lagi-lagi bibirnya di bungkam oleh Reza, kali ini Naya membolakan matanya dengan perbuatan Reza tersebut. Perlahan Reza menuntun Naya ke ranjang pribadinya membuat Naya semakin panas dingin dan juga panik. Bagaimana bisa ia melakukan semua ini padahal awalnya ia hanya ingin mengembalikan uang. "Ka–kak," Naya semakin gugup saat dirinya di tindih oleh Reza, ia juga tidak bisa membohongi perasaannya kalo ia memang merindukan kelembutan suaminya tersebut. "Kak please," lirih Naya karena ia merasakan Reza semakin liar, Reza yang mendengar itu langsung sadar, ia langsung berbaring di samping Naya lalu ia menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "Maafin aku Nay," lirih Reza membuat Naya langsung mendongak, ia dapat melihat jelas kali suaminya tersebut masih berusaha menormalkan pernapasannya. Naya juga dapat merasakan jantung Reza berdetak kencang. "Kak," panggil Naya sambil satu tangannya mengusap wajah Reza yang terlihat susah untuk mengatur dirinya, Reza yang merasakan itu kembali menunduk tatapannya sendu seolah-olah sedang meredam sesuatu membuat Naya seketika merasa bersalah. Karena tidak tega melihat Reza, Naya mensejajarkan wajahnya dengan Reza, detik kemudian ia mencium bibir Reza membuat Reza langsung menyambutnya dengan lembut. "Naya," hanya kata itu yang keluar dari bibir Reza dengan lembut. Lama kelamaan keduanya semakin terhanyut dalam kelembutan masing-masing hingga akhirnya mereka melakukan ibadah yang selama ini tidak pernah mereka lakukan selama mereka satu rumah, Reza memperlakukan Naya dengan lembut dan penuh kasih sayang membuat Naya benar-benar lupa diri dengan perlakuan Reza tersebut."Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse