Share

Surat Papa

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-01 17:46:44

Berbeda dengan Naya, Reza justru tidak bisa fokus sama sekali dengan kerjaannya di kantor. Bawaannya terus melamun memikirkan bagaimana cara supaya bisa kembali bertemu dengan Naya.

'Apa aku ke kosan Naya aja ya?' gumamnya dalam hati, ada rasa rindu yang membuncah di hatinya. Tok! Tok! Tok!

Ceklek Tiba-tiba pintu terbuka membuat Reza langsung menoleh ke arah pintu. "Mama," gumamnya, Neni yang melihat Reza langsung tersenyum lalu mendekati anaknya tersebut.

"Lagi kerja ya, Nak?" tanya Neni. "Iya Ma," jawab Reza singkat. "Ini Mama bawain makan siang buat kamu, pulang ke rumah ya, Mama kangen kalo gak ada kamu," bujuk Neni membuat Reza langsung memijit pelipisnya.

"Untuk pulang gak dulu deh Ma, aku butuh ketenangan," jawab Reza membuat Neni langsung menahan kesal. "Tapi adik kamu butuh biaya sekolah," lanjut Neni.

"Bukannya aku udah transfer uang ke rekening Mama ya seminggu yang lalu?" tanya Reza bingung. "Em … iya, kamu udah transfer tapi Sarah katanya ada praktikum segala macam, Mama juga pusing dengernya minta uang katanya," jawab Neni berbohong, padahal ia memberikan Nova uang biaya perawatan.

"Ya sudah nanti aku kirim," lanjut Reza, ia malas berdebat dengan Neni. Sedangkan Neni langsung tersenyum. "Makasih ya, ya sudah kalo gitu Mama langsung balik aja ya ke rumah, takut kamu keganggu," pamit Neni yang dibalas anggukan oleh Reza.

Setelah Neni keluar Reza lagi-lagi teringat dengan Naya, ia bahkan tidak pernah memberi gadis itu uang sebagaimana ia memberi Neni dan adiknya uang. 'Naya tidak pernah ngeluh tentang uang, padahal nyatanya ia gak punya uang, ya tuhan,' Reza melipat kedua tangannya di meja lalu menelungkup wajahnya.

Alex yang baru saja sampai di depan kantor Reza langsung masuk. Sambil berjalan ia melihat-lihat kinerja karyawan Reza.

Sampai di depan ruangan Reza, Neni langsung mengotak-atik ponselnya sambil berjalan, tanpa ia sadari ia sedang berpapasan dengan Alex yang hendak menuju ruangan Reza.

'Itukan Mamanya Reza, ngapain dia kesini? Apa bujuk Reza pulang? Atau yang lain?' batin Alex bertanya-tanya, ia langsung buru-buru masuk ke ruangan Reza membuat Reza langsung kaget.

"Bisa ketok pintu dulu gak sih," ucap Reza saat melihat yang masuk adalah Alex. "Gak usah basa-basi, Mama kamu ngapain kesini?" tanya Alex to the point membuat Reza langsung menautkan alisnya.

"Kamu ketemu Mama?" tanya Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Biasa, minta duit padahal seminggu yang lalu baru saya kirim," jawab Reza membuat Alex mangut-mangut.

"Nova juga datang ke kantorku," ucap Alex singkat tapi mampu membuat Reza kaget. "Ngapain?" "Lamar kerja," jawab Alex. "Trus kamu terima?" tanya Reza. "Kalo jadi karyawan sih gak, jadi OB baru keterima,"

"What?!" Reza kaget mendengar jawaban Alex barusan. "Apanya yang what? Emang salah?" ujar Alex. "Ya gak salah sih, cuma 'kan jauh banget turunnya haha," Reza tidak bisa menahan tawanya membayangkan Nova yang setiap harinya berbalut dengan pakaian seksi, tiba-tiba jadi OB.

"Ya wajar, karena gini saya tuh mau lihat dua tuh ada maunya atau gak, kalo semisalnya dia gak ada maunya atau niat terselubung pasti dia gak akan mau jadi OB secara dia punya skill bagus, tapi kalo ia menerima jadi OB fix dia ada niat sesuatu masuk ke kantor saya," terang Alex membuat Reza langsung mangut-mangut.

"Bener sih, tapi dia berani juga ya lamar di kantor kamu padahal dia udah buat masalah di pabrik," ujar Reza.

"Nah itu dia, dia juga sempat ngedipin mata mata ke saya waktu di pabrik, makanya dari situ saya udah curiga sama wanita," lanjut Alex membuat Reza mengangguk.

"Sama Mama kamu juga sih saya paling curiga," ucap Alex membuat Reza mengernyitkan dahinya. "Maksud kamu?"

"Makin kesini kedok Mama kamu makin keliatan Za, kamu jangan tertipu sama sikap baik dia, buka mata kamu lebar-lebar siapa yang suka habisin duit kamu Naya kah? Atau Mama kamu?" terang Alex membuat Reza seketika diam sejanak.

"Naya gak salah jadi istri yang salah Mama kamu terlalu jahat sebagai mertua dan hanya mementingkan kepentingannya sendiri, buktinya dia tega misahin kamu sama Naya padahal tanpa Naya kamu gak ada ubahnya seperti orang gila," lanjut Alex membuat Reza semakin diam.

"Pengen ketemu Naya sih," ucap Reza membuat Alex terkekeh. "Gak usah aneh-aneh dulu, baru sehari Naya tenang, nanti kamu ketemu dia trus Mama kamu ngikutin Naya lagi yang jadi korban," sanggah Alex membuat Reza mengangguk.

"Tapi jujur saya rindu Lex," lanjut Reza membuat Alex mengangguk. "Iya saya tahu, saya paham 'kan saya udah bilang besok saya akan ke pabrik demi kamu," ujar Alex.

"O iya masalah warisan keluarga kamu itu gimana? Apa yang megang Mama kamu?" tanya Alex membuat Reza langsung menoleh.

"O iya ya, kok saya gak pernah mikir kesitu ya, sebenernya semua warisan itu atas nama saya, adapun yang atas nama Mama paling cuma rumah itupun awalnya nama saya semua, itu di ganti saat Papa sakit dulu," ucap Reza, ia baru sadar akan hal tersebut. Alex langsung tersenyum mangut-mangut.

"Bagus, kamu memberi umpan pada macan Za, udah tau begitu harusnya kamu simpan semua akta dan semua yang berhubungan dengan warisan, takutnya Mama kamu ganti semua dengan nama dia bahaya itu, jangan sampai perusahaan ini di ganti juga sama dia, bisa jadi gembel kamu," tegas Alex membuat Reza langsung panik.

"Saya kayaknya harus balik ke rumah dulu deh, saya mau ngambil semua akta dan berkas lainnya, walaupun sebenarnya saya rindu banget sama Naya,"

"Udah masalah Naya itu bisa nanti, ini masalah paling urgent, kalo gak segera kamu urus bahaya, soal Naya saya akan pantau sekarang kamu urus masalah warisan, kalo bisa cari surat wasiat Papa kamu, semoga ada," suruh Alex yang dibalas anggukan oleh Reza.

"Mau kemana?" tanya Alex bingung. "Balik," ujar Alex. "Sekarang?" "Iya, mau mastiin semuanya banyak yang saya gak tahu tentang Papa saya," ujar Reza sambil memakai jasnya.

"Bagus, cari sampai ketemu jangan terlalu lama tertipu dengan permainan kotor ini," lanjut Alex lalu ia ikut berdiri hendak keluar juga.

***

Selama perjalanan pulang, Reza benar-benar tidak tenang bagaimana bisa ia melupakan tentang warisan Papanya.

'Kalo sampe Mama mengambil surat-surat itu, gak tau lagi harus gimana, keterlaluan,' ucap Reza dalam hati.

Hampir satu jam menempuhnya perjalanan karena macet, akhirnya ia sampai di halaman rumah. Namun anehnya ia melihat rumah sepi dan kosong.

Tanpa membuang waktu Reza langsung mengeluarkan kunci cadangannya, ia memang sengaja menduplikat kunci untuknya pribadi tanpa sepengetahuan Neni.

Reza masuk ke dalam rumah lalu ia kembali mengunci pintu dari dalam. 'Mama kemana ya? Bukannya tadi katanya pulang ke rumah, kok gak ada orang di sini?' batin Reza bertanya-tanya. Tanpa membuang waktu ia langsung masuk ke kamar Papanya.

"Kemaren aku dapat surat dimana ya?" gumam Reza sambil berfikir, detik kemudian ia teringat dengan kasur.

Tanpa membuang waktu Reza langsung mengangkat kasur tersebut dan benar saja di bawahnya ada surat, namun ada yang aneh surat tersebut pisah dengan amplopnya dan kertasnya sudah terbuka, tidak di lipat.

"Kok misah? Apa udah dibaca ya? Atau Papa memang sengaja?" gumam Reza, tanpa membuang waktu ia langsung membaca surat tersebut.

[Dear Reza

Reza anak kandung Papa satu-satunya, pewaris semua harta Papa–

"Anak kandung satu-satunya? Maksud Papa apa? Jangan-jangan Sarah bukan anak kandung Papa," gumam Reza semakin banyak tanda tanya di kepalanya.Ia kembali melanjutkan bacaannya.

Papa berharap kamu bisa menggunakan warisan Papa dengan sebaik-baiknya, semua warisan sudah atas nama kamu, Papa hanya percaya sama kamu, Nak.

Kalo ada masalah atau sekiranya nama di akta berbeda bukan nama kamu lagi, Papa pengen kamu pergi ke kampung halaman orang tua Papa, Kakek dan Nenek kamu atau bisa juga ke paman kamu, semoga mereka masih sehat wal afiat walaupun anaknya ini sudah tiada.

Mengadulah kepada keduanya jika warisan tidak jatuh kepadamu Nak, maka mereka akan mengatasinya. Papa paham kamu tidak akan mengerti apa-apa, cukup ikuti apa yang Papa katakan insyaallah semuanya aman.

Semua akta dan berkas Papa simpan di kotak di atas lemari baju Papa. Awal kamu buka isinya memang sampah, tapi di bawah itu semuanya berkas, ambil dan simpanlah karena itu pemberian Papa untuk kamu.

Jangan lupa untuk selalu menyayangi Naya, kalo dia masih bersama kamu ya. Love, Papa]

Entah kenapa Reza selalu saja merasa sesak saat membaca surat-surat dari Papanya, tiba-tiba menangis bahkan menyesal itulah yang selalu ia alami saat menemukan satu per satu surat Papanya.

Reza melihat lemari di depannya, tanpa membuang waktu ia langsung menaiki meja untuk mengambil kotak di atas tersebut.

"Kayaknya ini deh kontak yang Papa maksud, lumayan besar," gumamnya lalu menurunkan kotak tersebut yang tidak terlalu besar.

Reza membawa kotak tersebut ke ranjang lalu ia mulai membukanya, begitu terbuka benar saja isinya sampah buku dan plastik. Reza mengeluarkan semua sampah dan hasilnya ... Deg!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status