Dylan tergesa membawa Stella menuju rumah sakit, setidaknya dia berpikir sudah memberitahukan Dominic dan Ruby. Dia yakin begitu Ruby mendapatkan pesannya, dia akan segera menyusul dirinya dan Stella ke rumah sakit, masalah Dominic? Dia tidak peduli apakah Dominic akan menyusul ke rumah sakit atau tidak. Tidak pernah terpikir olehnya jika pria yang menjadi suami Stella selama ini benar-benar telah kehilangan akal sehatnya! Stella telah dibawah ke dalam ruang unit gawat darurat. Dylan benar-benar dibuatnya khawatir. Sementara dia menunggu di ruang tunggu, hatinya benar-benar dongkol saat mendengar jawaban yang diberikan Dominic padanya, entah terbuat dari apa hati pria yang telah menjadi suami Stella selama tiga tahun itu. “Dylan!” Dylan menoleh ke arah sumber suara yang baru saja memanggilnya. Dilihatnya Ruby berlari ke arah dirinya seraya melambaikan tangan. Dylan bangkit dari tempat duduk dan menghampiri Ruby. “Apa yang terjadi?” tanya Ruby dengan nafas tersengal-sengal dan wa
Stella berusaha menghindar, dia menendang salah satu kaki Dominic, kemudian mendorong tubuh Dominic ke belakang. Tubuh Dominic terhuyung, hampir saja dia terjerembab ke belakang terkena tubuh sofa. Dominic berusaha untuk menjaga keseimbangannya, dia mengejar Stella yang berusaha melarikan diri dengan berlari ke luar apartemen. “Kau tidak kubiarkan menghindar dariku, Stelly!” teriak Dominic. Tanpa banyak bicara, Dominic yang sedikit kesakitan di bagian kaki akibat tendangan yang diberikan Stella padanya, berlari mengikuti Stella, mengejarnya dari belakang. “Tunggu kau, Stelly!” teriak Dominic dengan kencangnya. Sementara Stella terus berlari menuruni tangga darurat, ketika sudah tiba di bawah dengan nafas tersengal-sengal, dia berjalan dengan cepat menyeberangi jalan besar. Di luar, hujan sedikit lebat, tidak ada jalan lain bagi Stella kecuali menghindari Dominic dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat. “Ya Tuhan, apakah aku telah menikah dengan iblis atau manusia?” ucap Stella p
Stella menggeleng, lalu berseru, “Aku tidak akan meminumnya!” Dominic yang mendengarnya semakin geram, lalu menjepit pipi Stella, dan membuka paksa mulut Stella, mau tidak mau Stella terpaksa menerima pil yang diberikan Dominic padanya. “Telan! Kau tahu ... apa pun yang terjadi, kau tidak boleh memliki anak dariku. Aku tidak menginginkan anak darimu!” sahut Dominic. Dominic pun berdiri dan bergegas keluar dari dalam kamar Stella. Stella terbatuk, dari balik lidahnya, di mengeluarkan obat yang diberikan Dominic padanya, dan membuangnya ke tempat sampah kecil yang berada tidak jauh dari tempat tidur. Tidak lama kemudian, Dominic kembali masuk ke dalam kamar membawa segelas air hangat. Dia memberikan gelas tersebut ke tangan Stella, lalu bertanya dengan datar, “Kau sudah menelannya?” Takut-takut Stella menganggukkan kepalanya, dia tidak ingin Dominic sampai tahu jika dia sama sekali tidak menelan pil yang diberikannya pada Stella. “Bagus. Kalau sampai aku tahu kau tidak meminumnya,
“Baiklah, aku akan membawa surat itu, dan membuktikan pada Dominic jika aku bisa hidup tanpanya,” kata Stella. Dylan terdiam untuk sesaat, tidak mungkin dia membiarkan Stella menemui Dominic seorang diri. Dia tahu betul perangai dan watak Dominic, jika dia mengijinkan Stella bertemu hanya berdua, tentu saja Stella akan menjadi sasaran empuk kemarahan Dominic lagi. “Aku akan menemanimu, Stella. Aku tidak akan membiarkanmu bertemu dengan Dominic seorang diri. Atau begini saja, bertemulah dengannya di tempat umum,” kata Dylan. Dia benar-benar mengkhawatirkan Stella. Tidak, dia tidak akan membiarkan Dominic menyakiti Stella lagi dan lagi. Terdengar Stella mendesah pelan, sepertinya dia pun ikut memikirkan kata-kata Dylan barusan. “Ok, aku berpikir mungkin sebaiknya kau memang harus menemaniku. Aku belum siap bertemu dengannya seorang diri setelah apa yang dia lakukan padaku selama ini. Aku ... takut,” jawab Stella di seberang sana. Setidaknya jika Dylan menemani Stella, Dominic akan
Dominic menepis bulpen yang disodorkan Stella padanya. Shania yang melihat adegan kedua suami istri sedang perang dingin di hadapannya, hanya tersenyum. “Cepat tanda tangan,” ucap Stella sekali lagi, seraya membungkukkan badan dan memungut bulpen yang terlempar ke arah lantai. Dylan ingin sekali menghajar wajah tampan tanpa cela milik Dominic, jika saja dia tidak mengingat resikonya, mungkin Dominic akan membalaskannya pada Stella jika sampai Dylan memukulinya. Dominic menggebrak meja dan bangkit berdiri. Dia tidak terima jika dia yang lebih dulu diceraikan oleh Stella. “Letakkan saja di atas meja, lalu kalian berdua, pasangan selingkuh, silakan pergi dari ruanganku!” seru Dominic. Darahnya terasa mendidih melihat Stella datang bersama Dylan, pria yang sangat dibencinya, tanpa sebuah alasan. Dylan melipat kedua tangan di depan dadanya, lalu dengan santai dia menjawab, “Pasangan selingkuh? Lalu apa yang kau dan wanita itu lakukan berdua di dalam ruangan? Apakah dia ada
“Coba kau katakan sekali lagi?” tanya Matt, meminta putranya mengulangi perkataannya barusan. Dia tidak menyangka jika Dominic akan meminta sebuah permintaan yang sangat aneh menurut Matt! Dominic tertunduk, dia paham betul dengan watak dari ayahnya. Ayah dan kakeknya memiliki watak yang sama kerasnya, jika dia membantah, dia tahu apa yang akan dilakukan oleh kedua pria berbeda generasi padanya! Dominic menjawab tanpa berani memandang wajah Matt, “Aku ingin bercerai dan menikah dengan Shania Travis.” Matt menggebrak meja, lalu bangkit berdiri. Dia tidak mengerti apa yang ada di dalam otak putranya itu. Dia ingin menceraikan seorang wanita yang memang telah dipilih Matt dan ayahnya untuk menikah dengan cucunya itu, lalu sekarang dia berkata akan menikah dengan seorang janda bernama Shania Travis! “Konyol! Kau ingin taruh di mana mukaku, Dominic!” maki Matt pada Dominic. Dominic menundukkan wajahnya semakin dalam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, Shania telah hamil akibat ulahny
“Stella, jangan pernah berharap lebih dari pernikahan ini. Aku tak akan pernah mencintaimu, tidak akan pernah! Secepatnya, aku akan mengurus perceraian ini di catatan sipil!”Dominic, pria yang selama tiga tahun ini telah menjadi suaminya, berkata dengan kasar pada Stella, seakan gadis itu tak ada arti bagi dirinya selama ini.Gadis itu tak bisa mengerti lagi bagaimana caranya agar dia bisa dicintai oleh laki-laki yang telah hidup bersamanya selama tiga tahun belakangan. Segalanya telah dikorbankan; hati, perasaan, waktu, dan tenaga.Apakah semuanya masih kurang bagi seorang Dominic Davis?Seandainya saja tiga tahun lalu dia tak perlu menerima tawaran keluarga angkatnya untuk menggantikan saudara angkatnya untuk menikah dengan Dominic, mungkin saat ini Stella masih menghabiskan waktunya dengan mengejar karir, dan pergi bersama teman-teman semasa kuliahnya dulu.Semenjak memutuskan untuk menerima pernikahan dengan Dominic, semuanya berubah drastis!Dia harus meninggalkan semua kesenang
Dominic sudah tiba di perusahaan milik keluarganya. Seperti biasa kehadirannya selalu membuat keheningan yang berkepanjangan di satu ruangan, seakan tak boleh ada yang membuat suara sedikit pun atau dia akan menyinggung Tuan Muda Anderson yang selalu dielu-elukan oleh siapa pun yang melihatnya. Siapa yang tak kenal nama Dominic di kota Green Ford. Dia adalah laki-laki yang menjadi impian setiap wanita di sana. Bahkan setelah Dominic menikah dengan Stella pun, masih banyak wanita yang tergila-gila pada laki-laki itu, dan tak segan menyebar teror demi mendapatkan perhatian Dominic dengan sengaja. Walau setelahnya, mereka harus menggigit jari mereka sendiri karena Dominic mengacuhkannya. Putera sulung dari keluarga Anderson bukan satu-satunya yang paling menawan, adiknya Jared Anderson pun tak kalah menawannya, kedua putera mahkota Anderson, adalah laki-laki yang selalu menjadi bagian mimpi-mimpi para wanita. Ketukan di pintu membuyarkan lamunan Dominic. “Masuk!” Sesosok yang suda