Warning Content 21++ Dominic mengejar wanita yang mirip Stella, di bawah hujan dia pun berlutut dan memanggil nama Stella. "Stella Wilson! Apa yang harus kulakukan untuk menebus segala kesalahan yang telah kuperbuat di masa lalu?" Meski Dominic berlutut dan mengatakan penyesalannya, tetapi hatinya yang telah membeku karena perbuatan Dominic tiga tahun lalu, membuat segalanya seakan tertutup oleh kabut gelap. Stella, dengan nada dingin berkata, "Jika dengan kematianmu bisa menebus segalanya, lebih baik kau mati saja!"
View MoreShania tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan William. Dia menganggap kalimat William padanya barusan adalah sesuatu yang sangat lucu. Siapa yang bisa membuktikan jika dia adalah penyebab kematian Garreth? Sungguh ... dia mencintai Garreth, hanya saja dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memberikan kehangatan pada mertua laki-lakinya. William sendiri tidak mengira jika Shania bisa membuat dirinya terjatuh dalam pelukan wanita itu. Selama ini dia selalu setia kepada isterinya yang telah meninggal dunia jauh sebelum Garreth menikah dengan Shania. Tetapi pertahanan yang dibangun selama ini hancur begitu saja ketika Shania hadir di dalam kehidupannya. Entah bagaimana dia harus melukiskan seorang Shania, tetapi benar ...Shania terlihat seperti seorang iblis wanita yang baru saja datang ke bumi, lalu memanipulasi pikiran-pikiran mereka untuk berbuat sesuai apa yang diinginkannya. Terlalu berlebihan memang, tetapi ... banyak yang sempat berpikiran seperti itu pada drinya.
“Coba kau katakan sekali lagi?” tanya Matt, meminta putranya mengulangi perkataannya barusan. Dia tidak menyangka jika Dominic akan meminta sebuah permintaan yang sangat aneh menurut Matt! Dominic tertunduk, dia paham betul dengan watak dari ayahnya. Ayah dan kakeknya memiliki watak yang sama kerasnya, jika dia membantah, dia tahu apa yang akan dilakukan oleh kedua pria berbeda generasi padanya! Dominic menjawab tanpa berani memandang wajah Matt, “Aku ingin bercerai dan menikah dengan Shania Travis.” Matt menggebrak meja, lalu bangkit berdiri. Dia tidak mengerti apa yang ada di dalam otak putranya itu. Dia ingin menceraikan seorang wanita yang memang telah dipilih Matt dan ayahnya untuk menikah dengan cucunya itu, lalu sekarang dia berkata akan menikah dengan seorang janda bernama Shania Travis! “Konyol! Kau ingin taruh di mana mukaku, Dominic!” maki Matt pada Dominic. Dominic menundukkan wajahnya semakin dalam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, Shania telah hamil akibat ulahny
Dominic menepis bulpen yang disodorkan Stella padanya. Shania yang melihat adegan kedua suami istri sedang perang dingin di hadapannya, hanya tersenyum. “Cepat tanda tangan,” ucap Stella sekali lagi, seraya membungkukkan badan dan memungut bulpen yang terlempar ke arah lantai. Dylan ingin sekali menghajar wajah tampan tanpa cela milik Dominic, jika saja dia tidak mengingat resikonya, mungkin Dominic akan membalaskannya pada Stella jika sampai Dylan memukulinya. Dominic menggebrak meja dan bangkit berdiri. Dia tidak terima jika dia yang lebih dulu diceraikan oleh Stella. “Letakkan saja di atas meja, lalu kalian berdua, pasangan selingkuh, silakan pergi dari ruanganku!” seru Dominic. Darahnya terasa mendidih melihat Stella datang bersama Dylan, pria yang sangat dibencinya, tanpa sebuah alasan. Dylan melipat kedua tangan di depan dadanya, lalu dengan santai dia menjawab, “Pasangan selingkuh? Lalu apa yang kau dan wanita itu lakukan berdua di dalam ruangan? Apakah dia ada
“Baiklah, aku akan membawa surat itu, dan membuktikan pada Dominic jika aku bisa hidup tanpanya,” kata Stella. Dylan terdiam untuk sesaat, tidak mungkin dia membiarkan Stella menemui Dominic seorang diri. Dia tahu betul perangai dan watak Dominic, jika dia mengijinkan Stella bertemu hanya berdua, tentu saja Stella akan menjadi sasaran empuk kemarahan Dominic lagi. “Aku akan menemanimu, Stella. Aku tidak akan membiarkanmu bertemu dengan Dominic seorang diri. Atau begini saja, bertemulah dengannya di tempat umum,” kata Dylan. Dia benar-benar mengkhawatirkan Stella. Tidak, dia tidak akan membiarkan Dominic menyakiti Stella lagi dan lagi. Terdengar Stella mendesah pelan, sepertinya dia pun ikut memikirkan kata-kata Dylan barusan. “Ok, aku berpikir mungkin sebaiknya kau memang harus menemaniku. Aku belum siap bertemu dengannya seorang diri setelah apa yang dia lakukan padaku selama ini. Aku ... takut,” jawab Stella di seberang sana. Setidaknya jika Dylan menemani Stella, Dominic akan
Stella menggeleng, lalu berseru, “Aku tidak akan meminumnya!” Dominic yang mendengarnya semakin geram, lalu menjepit pipi Stella, dan membuka paksa mulut Stella, mau tidak mau Stella terpaksa menerima pil yang diberikan Dominic padanya. “Telan! Kau tahu ... apa pun yang terjadi, kau tidak boleh memliki anak dariku. Aku tidak menginginkan anak darimu!” sahut Dominic. Dominic pun berdiri dan bergegas keluar dari dalam kamar Stella. Stella terbatuk, dari balik lidahnya, di mengeluarkan obat yang diberikan Dominic padanya, dan membuangnya ke tempat sampah kecil yang berada tidak jauh dari tempat tidur. Tidak lama kemudian, Dominic kembali masuk ke dalam kamar membawa segelas air hangat. Dia memberikan gelas tersebut ke tangan Stella, lalu bertanya dengan datar, “Kau sudah menelannya?” Takut-takut Stella menganggukkan kepalanya, dia tidak ingin Dominic sampai tahu jika dia sama sekali tidak menelan pil yang diberikannya pada Stella. “Bagus. Kalau sampai aku tahu kau tidak meminumnya,
Stella berusaha menghindar, dia menendang salah satu kaki Dominic, kemudian mendorong tubuh Dominic ke belakang. Tubuh Dominic terhuyung, hampir saja dia terjerembab ke belakang terkena tubuh sofa. Dominic berusaha untuk menjaga keseimbangannya, dia mengejar Stella yang berusaha melarikan diri dengan berlari ke luar apartemen. “Kau tidak kubiarkan menghindar dariku, Stelly!” teriak Dominic. Tanpa banyak bicara, Dominic yang sedikit kesakitan di bagian kaki akibat tendangan yang diberikan Stella padanya, berlari mengikuti Stella, mengejarnya dari belakang. “Tunggu kau, Stelly!” teriak Dominic dengan kencangnya. Sementara Stella terus berlari menuruni tangga darurat, ketika sudah tiba di bawah dengan nafas tersengal-sengal, dia berjalan dengan cepat menyeberangi jalan besar. Di luar, hujan sedikit lebat, tidak ada jalan lain bagi Stella kecuali menghindari Dominic dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat. “Ya Tuhan, apakah aku telah menikah dengan iblis atau manusia?” ucap Stella p
Dylan tergesa membawa Stella menuju rumah sakit, setidaknya dia berpikir sudah memberitahukan Dominic dan Ruby. Dia yakin begitu Ruby mendapatkan pesannya, dia akan segera menyusul dirinya dan Stella ke rumah sakit, masalah Dominic? Dia tidak peduli apakah Dominic akan menyusul ke rumah sakit atau tidak. Tidak pernah terpikir olehnya jika pria yang menjadi suami Stella selama ini benar-benar telah kehilangan akal sehatnya! Stella telah dibawah ke dalam ruang unit gawat darurat. Dylan benar-benar dibuatnya khawatir. Sementara dia menunggu di ruang tunggu, hatinya benar-benar dongkol saat mendengar jawaban yang diberikan Dominic padanya, entah terbuat dari apa hati pria yang telah menjadi suami Stella selama tiga tahun itu. “Dylan!” Dylan menoleh ke arah sumber suara yang baru saja memanggilnya. Dilihatnya Ruby berlari ke arah dirinya seraya melambaikan tangan. Dylan bangkit dari tempat duduk dan menghampiri Ruby. “Apa yang terjadi?” tanya Ruby dengan nafas tersengal-sengal dan wa
Selesai acara, rupanya Shania masih saja menempel pada Dominic seperti seekor ulat bulu. Stella dibuatnya jengah menyaksikan adegan mesra dari janda Travis itu pada suaminya. Maaf, akan menjadi mantan suami secepatnya! Dominic sesekali melirik ke arah Stella, diperhatikan wajah wanita itu yang mulai cemberut, menahan amarah di dalam dada. Entah apa yang ada di dalam pikiran Dominic, dengan masa bodohnya dia melayani Shania yang terus saja mengikutinya hingga ke luar mansion. Tidak lama kemudian sebuah mobil bugatti chiron berhenti tepat di depan Shania. “Sampai bertemu lagi, Tuan Muda Anderson. Senang bertemu dan berbicara dengan Anda,” ucap Shania dengan gayanya yang sedikit centil dan cukup mengganggu Stella. Apa yang bisa dilakukannya? Dominic pun tampaknya menikmati sikap berlebih dari wanita yang baru saja dikenalnya di pesta. Setelahnya mobil milik Shania pun berlalu dari hadapan keduanya. “Jadi ... apa kau akan ikut denganku, atau kau kembali ke apartemen seorang diri?” ta
Sebuah pertanyaan di mana tidak seorang pun bisa menjawab, mengapa dan kenapa? Jujur saja, wanita di hadapan Dominic saat ini benar-benar membuat Dominic semakin tidak fokus. Dia benar-benar cantik, tubuhnya indah dalam balutan dress ketat, yang memperlihatkan seluruh lekuk tubuh Shania, belum lagi cara berbicaranya yang begitu tertata menunjukkan jika Shania memang seorang wanita bangsawan yang memiliki etika dalam berperilaku. “Dia adalah janda dari Gareth Travis, putera tunggal Keluarga Travis yang meninggal tiga tahun lalu di sebuah kecelakaan,” imbuh Ken pada menantunya. Dominic yang diajak berbicara menganggukkan kepalanya, dia terpesona pada kecantikan Shania, sekaligus membangkitkan kenangan lamanya pada Stefani, gadis satu-satunya yang sangat dicintai Dominic! Alunan musik di aula besar membuai tamu, beberapa di antara mereka turun ke lantai dansa secara berpasangan. Dominic sendiri hanya berdiri seraya memperhatikan mereka semua. Shania menyadari jika pria tampan beristr
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments