Dominic menepis bulpen yang disodorkan Stella padanya. Shania yang melihat adegan kedua suami istri sedang perang dingin di hadapannya, hanya tersenyum. “Cepat tanda tangan,” ucap Stella sekali lagi, seraya membungkukkan badan dan memungut bulpen yang terlempar ke arah lantai. Dylan ingin sekali menghajar wajah tampan tanpa cela milik Dominic, jika saja dia tidak mengingat resikonya, mungkin Dominic akan membalaskannya pada Stella jika sampai Dylan memukulinya. Dominic menggebrak meja dan bangkit berdiri. Dia tidak terima jika dia yang lebih dulu diceraikan oleh Stella. “Letakkan saja di atas meja, lalu kalian berdua, pasangan selingkuh, silakan pergi dari ruanganku!” seru Dominic. Darahnya terasa mendidih melihat Stella datang bersama Dylan, pria yang sangat dibencinya, tanpa sebuah alasan. Dylan melipat kedua tangan di depan dadanya, lalu dengan santai dia menjawab, “Pasangan selingkuh? Lalu apa yang kau dan wanita itu lakukan berdua di dalam ruangan? Apakah dia ada
“Coba kau katakan sekali lagi?” tanya Matt, meminta putranya mengulangi perkataannya barusan. Dia tidak menyangka jika Dominic akan meminta sebuah permintaan yang sangat aneh menurut Matt! Dominic tertunduk, dia paham betul dengan watak dari ayahnya. Ayah dan kakeknya memiliki watak yang sama kerasnya, jika dia membantah, dia tahu apa yang akan dilakukan oleh kedua pria berbeda generasi padanya! Dominic menjawab tanpa berani memandang wajah Matt, “Aku ingin bercerai dan menikah dengan Shania Travis.” Matt menggebrak meja, lalu bangkit berdiri. Dia tidak mengerti apa yang ada di dalam otak putranya itu. Dia ingin menceraikan seorang wanita yang memang telah dipilih Matt dan ayahnya untuk menikah dengan cucunya itu, lalu sekarang dia berkata akan menikah dengan seorang janda bernama Shania Travis! “Konyol! Kau ingin taruh di mana mukaku, Dominic!” maki Matt pada Dominic. Dominic menundukkan wajahnya semakin dalam. Dia tidak tahu harus mengatakan apa, Shania telah hamil akibat ulahny
“Stella, jangan pernah berharap lebih dari pernikahan ini. Aku tak akan pernah mencintaimu, tidak akan pernah! Secepatnya, aku akan mengurus perceraian ini di catatan sipil!”Dominic, pria yang selama tiga tahun ini telah menjadi suaminya, berkata dengan kasar pada Stella, seakan gadis itu tak ada arti bagi dirinya selama ini.Gadis itu tak bisa mengerti lagi bagaimana caranya agar dia bisa dicintai oleh laki-laki yang telah hidup bersamanya selama tiga tahun belakangan. Segalanya telah dikorbankan; hati, perasaan, waktu, dan tenaga.Apakah semuanya masih kurang bagi seorang Dominic Davis?Seandainya saja tiga tahun lalu dia tak perlu menerima tawaran keluarga angkatnya untuk menggantikan saudara angkatnya untuk menikah dengan Dominic, mungkin saat ini Stella masih menghabiskan waktunya dengan mengejar karir, dan pergi bersama teman-teman semasa kuliahnya dulu.Semenjak memutuskan untuk menerima pernikahan dengan Dominic, semuanya berubah drastis!Dia harus meninggalkan semua kesenang
Dominic sudah tiba di perusahaan milik keluarganya. Seperti biasa kehadirannya selalu membuat keheningan yang berkepanjangan di satu ruangan, seakan tak boleh ada yang membuat suara sedikit pun atau dia akan menyinggung Tuan Muda Anderson yang selalu dielu-elukan oleh siapa pun yang melihatnya. Siapa yang tak kenal nama Dominic di kota Green Ford. Dia adalah laki-laki yang menjadi impian setiap wanita di sana. Bahkan setelah Dominic menikah dengan Stella pun, masih banyak wanita yang tergila-gila pada laki-laki itu, dan tak segan menyebar teror demi mendapatkan perhatian Dominic dengan sengaja. Walau setelahnya, mereka harus menggigit jari mereka sendiri karena Dominic mengacuhkannya. Putera sulung dari keluarga Anderson bukan satu-satunya yang paling menawan, adiknya Jared Anderson pun tak kalah menawannya, kedua putera mahkota Anderson, adalah laki-laki yang selalu menjadi bagian mimpi-mimpi para wanita. Ketukan di pintu membuyarkan lamunan Dominic. “Masuk!” Sesosok yang suda
Ketika pergi, Stella tak mengatakan apa pun, bahkan Kate tak sempat bertanya lebih banyak. Wanita itu dengan raut wajah yang menyedihkan, pergi menyeret sebuah koper besar dengan perasaan hancur dan tak bisa dikatakan dengan kalimat apa pun.Tubuhnya kurusnya terlihat sangat, sangat menyedihkan. Bahkan ketika dia pergi meninggalkan mansion, dia tak menoleh sedikit pun, seakan mantap dengan langkahnya untuk melupakan semua kenangan yang pernah ada di rumah besar itu.Lalu apa yang bisa dilakukan Kate untuk menahannya?Dia hanya seorang kepala pelayan yang tak memiliki kuasa apa pun.“Maafkan saya,” ujar Kate lemah.Dominic hanya mengangguk, kemudian berjalan melewati Kate dengan wajahnya yang suram. Dominic melepaskan jas miliknya, lalu menyerahkan pada Kate.Dia tak pernah berpikir jika Stella berani untuk membuat keputusan seperti itu, pergi meninggalkannya di saat dia tak berada di rumah.Dominic berjalan ke arah kamar di mana Stella selalu tidur. Dibukanya pintu kamar dengan tenang
Stella tertawa sinis ketika mendengar Dominic mengucapkan kalimat barusan. Mematahkan kedua kakinya? Apa semudah itu! “Dominic Anderson, apa kau mau mengotori kedua tanganmu dengan mematahkan kedua kakiku menggunakan tanganmu sendiri? Untuk berdekatan denganku saja, kau merasa malu dan jiik seperti melihat kotoran. Lalu sekarang kau bilang—“ “Diam! Kau turuti perintahku, atau jangan salahkan aku jika berbuat kasar padamu, Mary!” Stella tahu jika Dominic serius pada setiap ucapannya. Tapi kali ini tak ada rasa takut sedikit pun di dalam dirinya. Justru dia menganggap kelakuan Dominic sangat lucu dan konyol. Stella mendengus, lalu sekali lagi dia tertawa cukup keras. “Kau mau berbuat kasar? Apa selama ini, kau tak cukup berbuat kasar padaku? Kau selalu berbuat kasar, Tuan Muda Anderson. Sudah cukup, aku sudah memutuskan hari ini adalah hari terakhir aku mau bersamamu. Setelahnya, aku akan memintamu untuk menjauh dari kehidupanku!” Dominic benar-benar dibuat jengkel dengan perkat
Sekitar dua puluh menit kemudian, Ruby dan Dylan pun tiba di apartemen Stella. Beberapa kali Ruby menekan tombol bel, tapi belum juga ada jawaban.“Coba saja kau hubungi nomornya,” ucap Dylan.Ruby memberikan sekotak kue pada Dylan yang dibelinya sebelum dia tiba di apartemen Stella. Sama saja, Stella mengabaikan panggilan telepon dari Ruby.Apa dia sedang pergi?Atau tertidur di dalam?“Menurutmu, ke mana dia?” tanya Dylan.Merasa jengkel, Ruby tak lagi menekan bel pintu tapi menggedornya dengan kasar. Sedangkan di dalam ruangan, Stella memang tertidur. Begitu mendengar suara gedoran pintu yang sangat kasar dan kencang, kedua matanya langsung terbuka dalam sekejap.Stella meraih ponsel yang tergeletak di ujung kakinya, lalu mengecek beberapa panggilan masuk dari Ruby, dan sebuah pesan yang mengatakan, jika Stella tak membukakan pintu, maka Ruby akan membobol pintu dengan paksa.Stella melompat dari tempat tidur, lalu berlari cepat ke arah pintu.“Hei!” seru Stella ketika membuka pint
Dylan dan Ruby menemani Stella ke sebuah pusat perbelanjaan yang berada di pusat kota. Stella yang terlihat sederhana pada penampilannya, membuat beberapa pasang mata melirik ke arahnya dan menatap dengan tatapan menghina.Stella tak ambil pusing, dia memiliki cukup uang untuk membeli apa pun yang ada di dalam mall tersebut.“Aku dengar, mall ini merupakan milik salah satu orang terkaya nomor tiga di Kota Greenford, apa itu benar?” tanya Stella pada Dylan yang tak begitu menanggapi pertanyaannya, karena sibuk membalas pesan di ponsel miliknya.“Iya, kalau tidak salah namanya Christine Jones. Dia tak lama lagi akan mengadakan acara ulang tahun besar-besaran di sebuah hotel mewah. Aku yakin, Dominic—suamimu—pasti turut diundang olehnya. Aku dengar, dulu sekali Christine menaruh hati pada Dominic,” goda Ruby seraya melirik Stella, ingin melihat reaksi gadis itu.Tapi sayangnya, Stella seakan tak peduli apa yang mau diperbuat oleh Dominic. Meski dia mencintai Dominic setengah mati, tapi D