Share

4. Sendiri

Di kamar, Raymond baru saja selesai mandi. Ia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan celana panjang tanpa pakaian. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Pintu kamar terbuka, Clarissa masuk dan melihat ke arah Raymond. Wajahnya langsung memerah. Ini pertama kalinya ia melihat tubuh pria tanpa pakaian. 

"Oh, ma-maaf. Seharunya aku mengetuk pintu lebih dulu. Itu, aku mau mandi. Aku ... " Clarissa terdiam. Ia tidak tahu lagi apa yang akan ia katakan karena gugup dan canggung melihat situasi yang tidak terduga.

"Hm, tak apa. Aku juga sudah selesai. Kau bisa pakai kamar mandinya," kata Raymond. Ia mengambil pakaian dari dalam lemari dan mengenakannya. Ia pun pergi meninggalkan Clarissa.

"Ray ... " paggil Clarissa. Mengentikan langkah Raymond tepat di depan pintu kamar.

Raymond terdiam. Ia tidak berbalik ataupun menjawab panggilan sang istri. Clarissa mendekat, ia berdiri di samping Raymond.

"A-apa kau marah padaku? aku tidak bermaksud merendahkan Bibi Marie. Aku hanya ingin ... aku ... " kata-kata Clarissa terpotong oleh Raymond.

"Terserah apa keinginanmu dan kemauanmu. Aku sibuk, janga ganggu aku." kata Raymond denga suara dingin. Ia membuka pintu dan langsung keluar dari dalam kamar.

Clarissa tercengang. Ia tidak menyangka Raymond menjadi lebih dingin dari hari sebelumnya.

"Dia marah? suaranya langsung membuatku beku," batin Clarissa.

Clarissa menunduk, ia berbalik dan berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Meski sedikit kecewa, ia tidak mau berpikiran buruk tentang suaminya.

***

Clarissa selesai memasak. Ia membuat hidangan sederhana denban bahan-bahan yang sebelumnya sudah ia minta disiapkan oleh Marie. Segera ia melepas apron dan memanggil suaminya untuk makan bersama.

Raymond datang, ia duduk dan melihat hidangan di atas meja. Ia lantas menatap sang istro yang tersenyum cantik menatap ke arahnya. Bukannya senang, dahi Raymond malah berkerut, tetapi ia tidak bicara apa-apa.

"Kita di sini satu minggu, kan?" tanya Clarissa.

"Ya," jawab Raymond.

"Apa yang akan kita lakukan? maksudku, kita kerjakan selama di sini?" tanya Clarissa lagi.

"Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Aku tidak punya waktu santai. Banyak email dan laporan yang harus aku periksa." kata Raymond.

"Kau sesibuk itu? apa sungguh tidak punya waktu sebentar saja. Kita 'kan bisa jalan-jalan atau pergi ke luar." tanya Clarissa yang tidak tahu, jika Raymond adalah seorang yang gila kerja.

" Apa sudah cukup bicaranya? Kau ingin aku makan ocehamu atau masakanmu?" tanya Raymond menatap Clarissa.

Deg ... Clarissa kaget. Ia langsung menunduk, tidak berani menatap mata Raymond. 

Dengan perlahan Raymond mengangkat sendoknya. Ia menyendok makanan dan memakan masakan sang istri. Dikunyahnya makanan di dalam mulut, lalu dimuntahkannya. Raymond langsung menepis piring berisi masakan Clarissa sampai jatuh ke lantai dan pecah. Makanan pun berserakan di lantai.

Clarissa kaget, "A-apa yang kau lakukan, Ray? kenapa?" tanya Clarissa masih tidak mengerti.

"Kenapa? ahh ... aku bisa gila!" kata Raymond mengertakkan giginya.

"Apa ini usahamu menjadi istri, Clarissa masakanmu bahkan tidak layak dimakan oleh manusia. Kau ini bisa memasak tidak?" sentak Raymond penuh amarah.

Clarissa diam, ia memang tidak mencicipi lebih dulu masakan yang ia buat. Ia pun tidak bisa bilang, jika ia baru pertama kali memasak.

"Aku tidak akan memakan racun buatanmu lagi. Kau ingin membunuhku atau bagaimana, hah?" kata Raymond lagi. Ia mengernyitkan dahinya.

"Ma-maaf, Ray. Aku tidak mencicipinya dulu tadi. Aku ... " kata Clarissa yang langsung diam. Ia tidak melanjutkan ucapannya karena menahan diri untuk tidak menangis.

Ray mendengus dan langsung pergi. Ia meninggalkan villa. Sementara Clarissa memungut pecahan piring, ia pun menangis. Marie yang baru datang dari kebun belakang melihat Clarissa dan membantu Nyonyanya itu. Ia tidak menduga Tuannya akan bertindak kejam seperti itu pada sang istri.

***

Satu minggu berlalu. Clarissa hanya diam di villa ditemani Marie. Wajahnya tampak murung. Terkadang Clarissa mengurung diri di kamar dan menangis tersedu-sedu. Ia meratapi kehidupan pernikahannya yang menyesakkan dada. Semenjak kejadian di meja makan dan pergi dari villa, Raymond tidak lagi pulang ke villa atau menghubungi Clarissa. Ia memilih tinggal di hotel dan sibuk bekerja.  

Jadwal yang padat dan mendesak, membuat Raymond harus secepatnya kembali. Ia tidak bisa mengabaikan hal sekecil apapun, jika itu menyangkut pekerjaan. Sesampainya di kantor, Raymond langsung menghadiri rapat dan memeriksa berkas dokumen yang menggunung di atas meja kerjanya.

"Apa Anda akan menghadiri acara makan malam dengan Tuan Wiliams? sebelumnya saya sudah bertanya pada Anda lewat pesan." tannya Frans.

"Ah, aku tidak membuka pesan apapun. Kalau bisa kita tunda saja minggu depan. Katakan padanya aku sedang sibuk." jawab Raymond.

"Baik, Tuan. Saya akan sampaikan pada beliau." jawab Frans.

Ponsel Raymond berdering. Ia mendapat panggilan dari sang Mama.

"Ya, Ma ... "  jawab Raymond menerima panggilan Mamanya.

"Sayang, kau di mana?" tanya Cecilia, Mama Raymond.

"Aku di kantor. Ada apa Mama meneleponku?" tanya Raymond.

"Ah, masa bulan madumu sudah selesai, ya. Mama berencana datang ke rumahmu untuk bertemu Clarissa. Mama meneleponnya, tapi ponselnya tidak aktif. Nanti tolong sampaikan, ya." kata Cecilia.

Deg ....

Raymond langsung terpikirkan sang istri. Ia pun segera mengakhiri panggilannya dengan sang Mama.

"Frans ... kau tidak sibuk, kan? bisa kau jemput istriku?" kata Raymond menatap Asistennya, Frans.

"Sa-saya? oh, ya, Pak. Saya akan pergi sekarang. Jika butuh sesuatu, silakan minta bantuan pada Sekretaris." jawab Frans. Sebenarnya merasa tidak enak dan ingin bertanya lebih jauh, tetapi tidak dilakukan oleh Frans.

Frans pun pergi meninggalkan ruang kerja Bossnya. Raymond meletakkan ponselnya dan mengusap kasar wajahnya. Matanya melirik ke arah kalender yang ada di atas meja, ia baru menyadari, jika selama seminggu ini ia melupakan keberadaan sang istri. Ia bahkan meninggalkan Clarissa dan kembali sendirian ke rumah.

***

Clarissa tidak terkejut dengan kedatangan Frans yang menjemputnya pulang. Ia berpamitan pada Marie dan pergi meninggalkan villa. Dalam perjalanan, Frans memperkenalkan diri secara resmi dan berusaha menghibur Clarissa. Sepertinya Frans tahu, jika hubungan Clarissa dan Raymond tidak baik-baik saja.

"Hm, Nyonya ... apakah Anda baik-baik saja?" tanya Frans, membuka pembicaraan. Ia memandangi Clarissa yang duduk dibangku belakang dari kaca depan.

Clarissa menatap Frans, "Ya, aku baik-baik saja. Ada apa? sepertinya kau gelisah sejak tadi," tanya Clarissa.

Frans diam sejenak. Tidak lama ia kembali bicara. 

"Sebelum pembicaraan lebih jauh, izinkan saya memperkenalkan diri secara resmi. Saya Fransisco Nathanael. Asisten pribadi Tuan Raymond. Jika Anda butuh sesuatu, silakan beritahu saya, Nyonya." kata Frans tanpa ragu-ragu lagi.

"Aku Clarissa. Senang mengenalmu, Frans." jawab Clarissa tersenyum tipis, lalu memalingkan wajah ke arah samping melihat jalan.

"Nyonya ... " panggil Frans.

"Hm?" gumam Clarissa. Ia memalingkan pandangan menatap Frans, "Ada apa?" tanya Clarissa.

"Apa Anda sungguh baik-baik saja? ma-ma-maksud saya ... Tu-tuan ... " kata Frans terbata-bata.

Clarissa tersenyum, "Tidak apa-apa. Ada kesalahpahaman kecil antara aku dan Tuanmu. Lagipula dia 'kan orang yang sibuk. Jadi kau tidak perlu canggung, Frans." kata Clarissa. Seolah ia tahu apa yang akan Frans katakan.

"Oh, ah, i-iya. Saya mengerti. Maaf, jika ucapa saya salah dan tidak berkenan di hati Anda." kata Frans meminta maaf. Ia tidak bermaksud menyinggung perasaan Clarissa.

Clarissa hanya diam. Frans juga demikian. Ia tidak lagi bicara dan fokus mengemudikan mobil. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status