Share

Bab 12

"Segera cari dokter bedah jantung yang terkenal untuk operasi bypass jantung ayahku. Ya, begitu saja."

Ketika Hendra sedang berdiri di dekat jendela menelepon asistennya, seorang anak kecil tiba-tiba menghampirinya sambil menatapnya dengan mata melebar.

Tidak lama kemudian, pengawal Hendra langsung datang menjauhkan anak kecil itu.

Anak kecil itu malah menarik celana Hendra sambil berkata, "Paman, aku bukan orang jahat! Suruh dia jangan tangkap aku!"

Hendra pun tercengang ketika melihat orang yang menghampirinya adalah anak kecil tanpa niat buruk, jadi dia langsung menyuruh pengawalnya untuk melepaskan Angel.

"Apa kamu baik-baik saja?"

Angel mendongak sambil berkata, "Aku baik-baik saja. Paman, kamu tampan sekali! Apa aku boleh berbicara denganmu?"

'Anak ini terlihat sangat berani.'

Dia bahkan tidak takut kepada Hendra yang menatapnya dengan ekspresi menakutkan.

Hendra tidak pernah berinteraksi dengan anak-anak, dalam sesaat dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hendra langsung bertanya, "Kamu nggak takut padaku?"

Angel menggelengkan kepala dan berkata dengan polos, "Paman begitu tampan, kenapa aku harus takut?"

"Apa kamu nggak takut kalau aku adalah orang jahat?"

"Paman nggak terlihat seperti orang jahat," ujar Angel dengan yakin.

Hendra dalam sekejap merasa konyol.

Apakah anak kecil menggunakan penampilan untuk membedakan orang jahat dan baik?

Mereka berdua pun duduk di kursi lorong rumah sakit.

Angel dengan penasaran bertanya, "Paman, kenapa Paman di sini? Apa Paman sedang sakit?"

"Aku nggak sakit, ayahku yang sakit."

Philip Setiawan, ayah angkat Hendra masuk rumah sakit karena penyakit arteri koroner. Hendra datang ke rumah sakit untuk menjenguknya.

Hendra juga tidak tahu kenapa dirinya bisa berbincang-bincang dengan anak kecil.

Biasanya, dia tidak akan melakukan hal seperti ini.

Akan tetapi, Hendra merasakan perasaan yang tidak asing terhadap anak kecil ini.

Mungkin karena Angel sangat pintar dan terlihat lucu, berbeda dengan anak-anak yang bandel.

Angel tiba-tiba berkata dengan semangat, "Oh! Aku juga sakit. Paman, kamu jangan khawatir. Ayahmu pasti bisa sembuh."

Hendra pun menunjukkan senyumannya yang langka.

Tidak disangka dia dihibur oleh seorang anak kecil.

"Paman, kamu terlihat tampan ketika senyum!"

Mulut Angel sangat manis seperti madu yang terus-menerus memberikan kejutan gula hingga membuat Hendra tidak tega untuk menolaknya.

Pengawal yang berdiri di samping Hendra sangat terkejut. Selama tiga tahun ini, dia tidak pernah melihat Hendra berbicara dengan orang asing yang mendekatinya.

'Anak kecil ini ... sungguh berani.'

Angel lumayan berjodoh dengan Hendra, Hendra pun menanyakan, "Kenapa kamu sendirian di sini? Di mana ayah dan ibumu?"

"Ibuku pergi bekerja mencari uang untuk mengobati penyakitku. Aku nggak pernah melihat ayahku. Ibuku bilang ayahku sudah meninggal karena penyakit."

'Ternyata anak dari ibu tunggal.'

Mungkin karena Hendra juga terlahir di keluarga miskin, jadi dia merasa kasihan terhadap Angel.

"Namamu Angel?"

Angel menganggukkan kepalanya berkata, "Ya, ibuku yang memberiku nama ini. Paman, namaku bagus, 'kan?"

Menghadapi anak kecil yang menunjukkan kebanggaannya itu, tatapan Hendra yang sangat dingin tiba-tiba menjadi lembut.

"Ya, nama yang indah."

"Paman, coba kamu tebak kenapa ibuku menamaiku Angel?"

"Mungkin karena lagu Angel yang terkenal itu? Apakah ibumu suka lagu itu?"

Angel mengernyit dan berkata, "Paman hanya berhasil menebak setengah saja. Ibuku bilang dulu dia sendirian melahirkanku, lalu karena terlalu merindukan ayahku, jadi dia menamaiku Angel."

"Apakah ayahmu sudah lama meninggal?"

'Anak kecil ini tampaknya kurang lebih lima tahun.'

"Ya! Sejak aku lahir, aku tak pernah melihat ayahku, umurku sekarang enam tahun."

Hendra tersenyum sambil berkata, "Ibumu orang yang sangat setia."

'Di dunia ini, nggak banyak orang yang mampu melawan kesepian selama enam tahun, apalagi mengasuh anak sendirian. Ibu anak ini pasti sangat menderita.'

"Ibuku sangat cantik, loh! Ada seorang paman menyukai ibuku, tapi ibuku hanya mencintai ayahku saja."

Anak kecil selalu berbicara seadanya, maka itu Angel tidak menyadari kesedihan di mata Hendra.

Hendra tiba-tiba merasa iri terhadap ayah Angel. Meskipun sudah meninggal, tapi di dunia ini masih ada orang yang merindukannya.

Di dunia ini tidak banyak orang yang tidak mengkhianati perasaan pasangannya.

"Ayah dan ibumu pasti saling mencintai."

Angel menasihati Hendra bak orang tua, "Paman, kamu begitu tampan, kamu pasti akan menemukan orang yang mencintaimu."

Orang yang sangat mencintainya?

Pernah ada atau hanya Hendra yang mengira ada.

Hendra tersenyum tipis sambil berkata, "Nasibku dalam percintaan nggak bagus. Aku nggak seberuntung ayahmu."

"Paman, apa kamu punya pacar?"

"Nggak."

Angel dengan baik hati berkata, "Berikan nomor ponselmu padaku. Kamu terlihat sangat kasihan, nanti aku akan mengenalkan perempuan padamu. Paman, aku banyak kenalan wanita cantik, loh."

Kasihan?

Pengawal di samping langsung kebingungan.

Pak Hendra adalah orang yang begitu kaya, wanita yang ingin bersamanya bahkan sudah menjadi tumpukan gunung. Kenapa anak kecil ini malah merasa prihatin terhadap Pak Hendra?'

Akan tetapi, Hendra tidak mungkin memberikan nomornya untuk orang asing.

Hendra tentu saja tidak akan memberitahunya, tapi dia juga tidak ingin menyakitinya. Hendra hanya berkata, "Kamu nggak punya kertas dan pen. Meskipun aku memberitahumu, kamu juga nggak akan ingat."

Siapa sangka Angel malah mengedipkan mata sambil berkata, "Kalau begitu, Paman bilang saja. Aku akan ingat walaupun Paman bilang sekali saja."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status