Share

Bab 16

Ruang VIP hotel.

Billy juga berlari keluar setelah Hendra pergi.

Sekarang hanya tersisa Joni dan Sisca berdua.

Sisca bukan wanita bodoh, dia punya firasat buruk, jadi dia langsung mengambil biolanya dan hendak pergi, "Tuan Joni, aku pergi dulu."

Namun, saat Sisca sampai di depan pintu, Joni langsung menaikkan dagunya agar kedua pengawal di pintu langsung menghalanginya.

Joni tersenyum licik sambil berkata, "Apa Nona Sisca nggak dengar kalau Hendra sudah memberikanmu padaku?"

Tangan Sisca yang sedang memegang biola pun langsung menjadi tegang.

Sisca berusaha tenang dan berkata, "Tuan Joni, jangan bercanda lagi. Pak Hendra sudah bilang kalau aku adalah mantannya. Kalau memang sudah menjadi mantan, tentu saja Pak Hendra nggak berhak memberikan diriku kepada siapa pun."

"Sisca, kamu jangan keterlaluan!"

Suara Joni terdengar sedang main-main, tapi kata-kata yang diucapkannya bukanlah bercanda.

Sisca menelan air liur dan menoleh menatap laki-laki itu, kemudian bertanya, "Tuan Joni, apa yang mau kamu lakukan?"

"Dulu kamu menipuku untuk menolak nikah, aku nggak akan berdebat masalah itu denganmu malam ini. Tapi, kamu datang untuk menyanyi untuk mencari uang, 'kan? Kamu boleh pergi setelah minum bir ini."

Sisca dengan kebingungan berkata, "Begitu saja?"

Sisca harus menghabiskan segelas bir ini walaupun ada jebakan, karena setelah minum, dia baru punya kesempatan untuk kabur.

Sebelum datang ke sini, Sisca takut akan minum bir lagi, jadi dia sudah minum obat anti alergi dan penawar mabuk, jadi dia langsung menghabiskan segelas bir itu.

Setelah menghabiskannya, Sisca membalikkan gelas dan berkata, "Tuan Joni, apa sudah puas?"

"Pok! Pok!"

Joni langsung menepuk tangan dan berkata dengan bahagia, "Nggak kusangka Nona Sisca yang terlihat lemah lembut, ternyata orang yang sangat lugas."

Sisca tersenyum dengan sopan sambil berkata, "Kalau begitu, aku pamit dulu."

Namun, kedua pengawal malah masih menghalanginya.

"Tuan Joni, apa maksudmu?"

Joni menunjukkan senyuman licik dan menatapnya dengan tatapan nakal, lalu berkata, "Lagi pula Hendra sudah nggak menerimamu lagi. Bagaimana kalau kamu bersamaku? Setelah nggak bertemu enam tahun, aku menyadari kalau manusia adalah makhluk serakah yang ingin mencoba semuanya."

Terutama wanita sempurna seperti Sisca yang sudah pernah bersama Hendra.

Inilah yang membuat Joni menjadi penasaran.

Sisca sekarang baru menyadari kalau aliran darah tubuhnya mulai membara.

Dia melihat gelas bir sambil bertanya dengan mengernyit, "Apa yang kamu masukkan di bir itu?"

"Hanya sesuatu untuk menambah kesenangan."

Joni melambaikan tangannya menyuruh pengawalnya keluar.

Sisca langsung mundur sambil berteriak, "Joni! Dasar berengsek!"

"Sisca, seharusnya kamu bersyukur melihatku yang mau menerima wanita bekas pria lain seperti kamu. Tahukah kamu berapa banyak wanita yang ingin bersamaku? Seharusnya sekarang kamu memanfaatkan kesempatan ini!" ujar Joni.

Setelah mendengarnya, Sisca merasa jijik hingga ingin muntah, "Aku barang bekas? Apa Tuan Joni bukan barang bekas? Apa kamu mengira dirimu yang sudah pernah bersama banyak wanita bukan termasuk barang bekas? Bagiku, kamu ini bahkan nggak bisa dibandingkan dengan barang busuk!"

"Sepertinya dari seluruh tubuhmu hanya mulutmu saja yang keras!" ujar Joni.

Joni langsung menarik pergelangan tangannya dan menahan di meja, kemudian mengoyak roknya.

Rasa malu ini membuat Sisca semakin marah!

"Hendra paling benci orang menyentuh barang yang pernah dia sentuh! Meskipun dia sudah nggak menginginkannya! Joni, apa kamu nggak takut Hendra ...."

Sisca ingin menggunakan cara menakutinya untuk terlepas dari Joni.

Namun, Joni juga memiliki julukan iblis di Kota Mulo karena keberaniannya yang luar biasa.

Joni hanya tersenyum licik dan menepuk wajah Sisca sambil berkata, "Jangan-jangan sekarang kamu masih bermimpi? Kamu kira Hendra akan kembali menyelamatkanmu? Sadarlah Sisca! Pria seperti Hendra paling benci dengan pengkhianatan!"

Wajah Sisca sangat merah dan pucat ....

Kata-kata Joni langsung menyentuh titik paling lemah di hatinya.

Semua perlawanannya seakan-akan tidak berguna. Sekarang, tubuh dan kesadarannya sudah dikendalikan oleh obat ....

Mata Sisca langsung kemerahan dan berair, dia pun berkata seolah-olah sudah menurutinya, "Tolong Tuan Joni lebih lembut, aku takut sakit."

Joni langsung tersenyum dengan puas, "Bukankah lebih baik kalau kamu menurutiku dari tadi?"

Sisca tiba-tiba sebelah tangan merangkul leher Joni untuk membuat Joni santai, lalu sebelah tangannya mengambil sebuah asbak kristal.

Klang!

Asbak itu terpukul di kepala Joni dengan sangat kuat!

Kepala Joni langsung menjadi pusing, darah merah mengalir dari bagian kepala sampai matanya dan membuat pandangannya buram.

Sisca mengambil sebuah pisau makan di meja, lalu berlari keluar dengan cepat.

Kedua pengawal di depan pintu masih tidak sadar dengan apa yang terjadi. Mereka hanya mendengar Joni memegang kepala sambil berteriak, "Kenapa kalian masih diam! Cepat tangkap dia! Sialan! Dasar wanita sialan .... Aduh! wanita itu kasar sekali!"

....

Di malam hari, sebuah mobil Mercedes-Maybach hitam dengan plat A99999 berhenti di depan hotel.

Billy duduk di kursi depan, dia mencoba untuk membujuk Hendra, "Hendra, kamu juga tahu sifat Joni. Di Kota Mulo ini, dia adalah pria kejam yang suka mempermainkan wanita, kalau Sisca bersamanya ...."

"Kamu merasa prihatin?"

Hendra langsung menyela dengan ekspresi dingin.

"Meskipun Sisca bersalah, dulu kalian pernah saling mencintai. Hendra, aku nggak ingin kamu menyesal."

Hendra langsung memerintah, "Cepat menyetir."

Billy pun sudah pasrah selain menyalakan mobil.

Kini, Sisca berlari keluar dari hotel dengan pakaian compang-camping ....

Kedua pengawal Joni mengejarnya dari belakang!

Sisca langsung membuka mobil Mercedes-Maybach tanpa berpikir panjang. Di saat ini, hanya Hendra yang bisa menyelamatkannya.

Sisca masuk ke dalam mobil dan terjatuh ke dalam pelukan Hendra.

Sisca tidak memedulikan harga diri dan gengsi lagi, dia menggunakan segala cara untuk mencoba membangkitkan nafsu Hendra, jadi dia pun langsung mencium Hendra.

Setelah itu, Sisca menatap Hendra dengan tatapan menyedihkan sambil berkata, "Hendra, tolong jangan keluarkan aku ...."

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Annisa Rahmawati
ceritanya sangat menggugah perasaan pembaca
goodnovel comment avatar
Vivo Black
knapa PKK koin...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status