Share

Bab 2

Adrian adalah orang yang kejam, kalau Sisca tidak menurutinya, maka kondisi ibunya dan Hendra akan menjadi semakin buruk.

Sisca tidak punya cara lain ....

Sisca menarik napas yang dalam, dia pun menatap hakim sambil menjawab dengan tegas, "Benar, pada tanggal 6 Juni jam sepuluh malam, aku duduk di sebelah Hendra dan melihatnya menabrak seseorang hingga meninggal."

Hendra yang berdiri di kursi terdakwa langsung terkejut, tatapan matanya yang bersinar tadi pun langsung lenyap.

"Terdakwa Hendra, apakah ada yang masih ingin kamu katakan?"

Tatapan Hendra langsung menjadi sangat gelap dan menyeramkan, dia menatap Sisca dengan sangat pasrah dan kebencian.

Dia pun menjawab, "Nggak ada."

Perempuan yang sangat dicintainya malah dengan tega menuduh kalau dirinya adalah pembunuh.

Hendra menerima pengkhianatan dari seluruh dunia, tapi kenapa orang itu adalah Sisca!

Tok!

Palu ruangan persidangan berbunyi.

"Terdakwa Hendra melanggar Pasal 310 Ayat 4 dan menyebabkan kematian penggugat Peter. Kini, pengadilan memutuskan bahwa Hendra dijatuhi hukuman tiga tahun penjara dan denda sebanyak satu miliar."

Setelah persidangan selesai, sipir penjara langsung membawa Hendra yang mengenakan baju tahanan.

Hendra menatap Sisca dengan tatapan penuh kebencian.

Sisca tahu kalau sekarang Hendra sangat benci padanya.

Sisca telah menghancurkan Hendra yang seharusnya memiliki masa depan cerah.

Sisca mengepalkan tangannya dengan erat, kuku tajamnya tertusuk ke telapak tangan hingga berdarah.

....

Tiga hari kemudian.

Sisca mendapatkan hak kunjungan Hendra.

Mereka bertatapan dengan dibatasi oleh sebuah kaca dan hanya bisa menelepon.

"Hendra, aku akan mencari orang untuk mengeluarkanmu secepatnya."

Hendra malah tersenyum dingin sambil berkata, "Sisca, kita sudah putus. Kamu nggak perlu berpura-pura lagi. Mulai hari ini, kamu adalah putri Keluarga Limanta, aku adalah tahanan penjara!"

"Hendra, maafkan aku ...."

Sisca pun meneteskan air matanya, dia merasakan sakit hati luar biasa yang membuatnya tidak bisa bernapas.

"Penjara bukanlah tempat yang seharusnya Nona Sisca datangi."

Hendra mengeluarkan sebuah buku kecil dari sakunya dan menunjukkan di depan Sisca.

Itu adalah gambar Hendra yang diam-diam dilukis oleh Sisca.

Setiap lembaran dipenuhi dengan Hendra.

Hendra pernah menyimpan buku itu dengan penuh rasa sayang.

Namun, kini Hendra tersenyum dingin, kemudian merobek buku itu dengan jari tangannya yang panjang dan melemparkan di udara.

"Sisca, kita sudah putus! Semua ini berkat dirimu!"

Di detik ini, Hendra benar-benar sangat menakutkan.

Berkat kamu.

Kata-kata ini seperti pisau yang menusuk ke dalam hati Sisca.

Waktu kunjungan pun berakhir.

Sipir penjara pun membawa Hendra masuk.

Hendra langsung berdiri, dia menginjak semua serpihan kertas seakan-akan menghancurkan hati Sisca.

"Hendra!" teriak Sisca sambil menangis.

Akan tetapi, Hendra tidak menoleh sama sekali.

Sisca menutup mulutnya sambil menangis dan berbicara dengan tidak jelas, "Aku hamil .... Hendra, kita sudah punya anak."

Mungkin karena emosi Sisca yang tidak stabil, dia tiba-tiba merasa sakit perut, lalu mengelus dan menatap perutnya ....

Celana putihnya sudah dipenuhi dengan bercak darah ....

....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status