MasukBukannya Keisha tidak ingin mengejar kariernya. Mimpinya adalah menjadi pengacara dan kuliah di salah satu universitas terbaik di luar negeri. Namun, ia tidak bisa meninggalkan Man City begitu saja, hanya untuk jaga-jaga, siapa tahu ibunya yang meninggalkannya di panti asuhan kembali menjemputnya... Keisha juga tidak bisa berjauhan dengan Daffa. Itulah alasan Keisha mengapa ia tak meraih apa-apa.
Daffa bagi Keisha adalah dunianya. Dan yang Keisha inginkan hanyalah selalu dekat dengan pria itu. Jadi, alih-alih mengejar mimpinya, ia malah fokus pada hubungannya dan menunggu ibu kandungnya mencarinya. Melirik wanita yang pakaiannya bisa membeli mobil, Keisha mendengus dan mulai berjalan pergi, tak ingin menanggapi ejekan Adeeva lagi. Bagaimanapun, Adeeva tidak mau membiarkan Keisha pergi begitu saja. Dengan gerakan halus, wanita itu meletakkan kakinya di depan kaki Keisha, hingga membuat Keisha tersandung dan jatuh ke lantai. Sebuah desisan keluar dari bibir Keisha saat ia memutar pergelangan tangannya di lantai, rasa sakit menjalar ke lengannya. Ia menggigit bibirnya, menahan erangan kesakitan yang hampir keluar. Adeeva tersenyum sinis sebelum matanya melebar. Lalu berkata dengan suara lantang, “Hei, maafkan aku... Bukan salahku kalau Daffa lebih memilihku daripada kamu. Kenapa kamu mencoba menyerangku dan memukulku? Aku harus menghindar atau wajahku akan memar karena tinjumu yang tadi!!” Ucapnya, pura-pura tak sengaja. Bisikan-bisikan pelan bergema di lobby itu saat para karyawan berkumpul untuk menyaksikan keributan dua wanita itu. Semua orang tahu Keisha istimewa bagi CEO baru itu. Namun, mereka juga mendengar tentang bagaimana CEO mereka akan menikahi putri Tuan Abraham Afsheen. Rasa panas menjalar di wajah Keisha saat ia berdiri dengan susah payah. Ia melihat sekeliling dan melihat bagaimana semua orang menatapnya dengan sinis. Adeeva merogoh tas Chanel-nya dan mengeluarkan buku cek. Ia kemudian menuliskan angka dan mengulurkan tangannya yang berisi cek itu pada Keisha, sambil berkata, “Aku tidak tau apakah ini cukup untuk meredakan amarahmu. Kamu tidak akan menyimpan dendam padaku, kan?” Ujarnya meremehkan. Keisha hanya diam, menatap Adeeva dengan penuh kebencian, membuat darahnya mendidih. Kata-kata wanita itu terdengar polos, tetapi menyiratkan bahwa Keisha memintanya membayar uangnya karena telah mencuri Daffa darinya. Keisha hendak membalas ketika Adeeva menyelipkan cek itu ke kemeja Keisha, bibirnya melengkung membentuk senyum penuh ejekan. “Buang saja cekmu, apa kamu pikir semua orang kaya bersifat arogan sepertimu?!” Balas Keisha dengan marah. Ia mengeluarkan cek itu dari saku kemejanya dan melemparkannya ke wajah Adeeva, matanya berkilat dengan amarah. “Aku mengerti, Keisha. Kamu berusaha mendapatkan uang saku sebanyak mungkin. Baiklah, jika kamu merasa satu cek tidak cukup, aku akan menulis satu lagi untukmu!” kata Adeeva sambil mengeluarkan cek lain dari tasnya. Bisikan para karyawan semakin keras, dan jelas semua orang tertipu oleh kata-kata Adeeva. Mereka tidak ragu bahwa Keisha, yang baru saja ditinggalkan CEO mereka, sedang memeras tunangannya yang digosipkan itu. Keisha menggertakkan gigi, merasa terhina. ‘Apa semua orang kaya memiliki sifat angkuh seperti itu? Apa aku selama ini benar-benar tidak mengenal Daffa sama sekali? Jadi dia merahasiakan sesuatu dariku padahal dia sudah punya wanita yang ingin dinikahinya...’ Batinnya miris. Keisha merasa menyesal pernah bergaul dengan orang-orang yang status sosialnya berbeda dengannya. Itu hanya buang-buang waktu dan emosi. ‘Mereka semua penipu dan pembohong!’ Cek lainnya jatuh ke lantai ketika Adeeva mencoba memasukkannya ke dalam saku baju Keisha lagi dan Keisha hanya mengabaikannya. Saat meninggalkan perusahaan, air mata mengalir di pipi Keisha dan memutuskan untuk tidak pernah bertemu Daffa lagi. “Aku tidak akan pernah dekat-dekat dengan orang kaya lagi!!” janjinya dalam hati sambil menyeka air matanya dengan geram. Keisha begitu marah sehingga ia tidak menyadari seorang wanita diam-diam mengambil cek yang masih tergeletak di lantai dan mengikutinya dari belakang. Sementara di tempat lain, “Pak, ada masalah. Ada yang memotret Nona Keisha dan Nona Adeeva yang sedang bertengkar di lobi. Semua orang mengira Nona Keisha memeras Nona Adeeva dan mengambil uangnya.” Jelas Aaron Ramsey, asisten Daffa, bergegas masuk ke dalam ruangan CEO, menunjukkan berita yang ada tabletnya itu. Daffa terkejut, matanya terbelalak, “Apa yang kamu katakan? Keisha memeras Adeeva demi uang?” Geram Daffa, menatap tajam pada Aaron. Lalu menatap tablet itu dan jantungnya seketika berdebar-debar saat berita utama itu menarik perhatiannya. {MANTAN KEKASIH CEO WICAKSANA CORP YANG PUTUS ASA MENUNTUT UANG DARI CALON ISTRI SANG CEO YANG BARU SAJA DI UMUMKAN} {SEBERAPA PUTUS ASA KEISHA ELERA DAPHNE SAMPAI MELAKUKAN HAL ITU?!} Setelah berita utama itu, muncul artikel panjang tentang insiden tersebut. Foto-foto yang terlampir menunjukkan bagaimana Keisha Elara Daphne memegang cek di tangannya dan foto-foto lainnya menunjukkan Keisha pergi. Api amarah berkobar di mata Daffa, dan menggebrak meja kerjanya, “SIAPA YANG BERANI MELAKUKAN INI?!!” Ujarnya menggelegar. “Re-reporternya tidak memiliki identitas, Pak—” “Tutup semua omong kosong ini dalam lima menit!! Saya tidak ingin melihat siapa pun membicarakan Keisha dan menyeret namanya ke seluruh internet!!” Titah Daffa dengan suara rendah namun penuh tekanan. Adeeva Afsheen terus menempel padanya seolah-olah wanita itu koala yang menempel di pohon, padahal yang diinginkan Daffa hanyalah dibiarkan sendiri. Satu-satunya alasan dia menoleransi Adeeva adalah karena dia putri Abraham Afsheen. Dia adalah investor terbesar di Wicaksana Corp, dan Daffa membutuhkan dukungan Abraham Afsheen agar semua pemegang saham memberikan suara untuk mendukungnya menjadi CEO. “Saya sudah mengirim tautan ke tim teknologi untuk menghapus artikel-artikel itu. Tapi... Pak.” Aaron ragu-ragu sebelum melanjutkan. “Apakah menurut Anda dia yang melakukannya?” Tambahnya pelan. Daffa tidak menjawab. Sebaliknya, ia menatap asistennya dengan tatapan dingin yang membuat Aaron menelan ludah dengan butiran keringat membasahi dahinya. “Haruskah saya memanggilnya—” “Tidak usah, biarkan saja!” Jawab Daffa datar. Aaron melirik bosnya. Ia ragu sejenak sebelum mengajukan pertanyaan yang mengganggu pikirannya. “Apa Bapak benar-benar serius ingin putus dari Nona Keisha, Pak? Bapak belum terlambat untuk berubah pikiran. Kalian sudah bersama selama delapan tahun—” “Urus saja urusanmu sendiri!!” Potong Daffa, wajahnya tanpa ekspresi. °°°° Setelah beberapa hari tidak menghubungi Keisha, Daffa tidak bisa menahan diri. Ia ingin sekali menjenguk Keisha dan melihat keadaan mantan kekasihnya itu. Ia telah menghapus berita viral itu, tetapi ia tahu Keisha mungkin masih mengalami masa-masa sulit. Namun, saat ia melihat kegelapan di sekitar apartemen Keisha, alisnya berkerut. “Dia belum pulang juga?” Tanyanya. Saat itu pukul 19.00 dan Keisha tidak pernah tidur secepat itu. Jadi, kenapa lampunya secepat itu dimatikan? Setelah menunggu selama dua jam dan tempat itu masih tampak kosong. Daffa keluar dari mobilnya dan mengetuk pintu. Karena tidak ada jawaban, jantungnya berdebar kencang. Keisha tinggal di kompleks apartemen, jadi Daffa memilih mengetuk pintu tetangga Keisha di sebelah. Tak berselang lama, tetangga Keisha membukanya, Daffa bertanya dengan nada mendesak, “Apa anda melihat Keisha? Saya tidak bisa menghubunginya.” Tetangga itu menjawab, “Dia... Sudah pindah.” jawabnya. “Apa? Ke mana?” Daffa bertanya, hatinya mencelos firasat buruk yang menghinggapi pikirannya. “Saya tidak tahu.” Jawab tetangga itu lagi, lalu menutup pintunya. Daffa semakin gelisah dan khawatir. Ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon asistennya, Aaron Ramsey. “Di mana dia? Di mana Keisha? Dia tidak ada di apartemennya.” Tanyanya tergesa-gesa. Ada nada mendesak dalam nada bicaranya. Ketakutan melintas di matanya, mengkhawatirkan hal terburuk. Keisha tidak mungkin pergi karena ia menyakitinya, kan? Ia tidak bermaksud begitu. Beberapa menit kemudian, Aaron melaporkan. [Nona Keisha tidak lagi di kota Man City, Pak. Nona Keisha pergi seminggu yang lalu!] “PERGI KEMANA??!” Bentak Daffa, jantungnya berdebar tak menentu. “Dia tidak punya tempat lain untuk pergi!” Tambahnya panik. Daffa terdiam, mengabaikan asistennya dan hatinya merasa hancur. Apakah rumor itu benar? Apakah Keisha benar-benar memeras Adeeva demi uang? [Pak Daffa...?] “Periksa rekaman cctv di lobi Perusahaan. Saya ingin tahu apa yang terjadi!” Daffa mengeluarkan perintahnya dan memutuskan panggilan. Daffa tidak menyelidikinya lebih lanjut karena ia tidak percaya Keisha bisa memeras siapa pun. Tangan Daffa terkepal kuat saat gelombang emosi menyergap tubuhnya. Sakit hati, kecewa, dan marah. Bercampur jadi satu. Bagaimana bisa Keisha pergi begitu saja? Apa Keisha benar-benar mencintainya? Rasanya begitu mudah bagi Keisha untuk berkemas dan pergi. Apa yang terjadi dengan perjuangan untuk cinta mereka? Daffa melakukan apa pun untuk melindungi Keisha dari ancaman yang membahayakannya, lalu apa... Keisha hanya menuntut uang dan pergi? Setelah melakukan segala upaya untuk menjadi kuat agar bisa melindunginya, Keisha justru meninggalkannya sebelum ia punya kesempatan untuk memperbaikinya. °° Keesokan harinya di perusahaan, Aaron memberi tahu bosnya, “Pak. Saya sudah menonton rekaman cctv-nya. Sepertinya ini semua adalah jebakan. Nona Keisha tidak menerima kertas cek yang di berikan oleh Nona Adeeva. Namun, ada seorang wanita tua yang mengambilnya. Jantung Daffa berdebar kencang mendengar kata-kata itu. “Jadi, dia tidak menerima uangnya. Lalu, kenapa dia pergi?” Saat memikirkan hal itu, alis Daffa tiba-tiba berkerut karena rasa gelisah yang menyergapnya. Keisha tidak akan meninggalkan Man City tanpa alasan. Mungkinkah mereka berhasil menangkapnya? Apakah dia menerima ancaman? Pikiran Daffa dipenuhi berbagai pikiran. Bagaimana jika tindakannya justru menempatkan Keisha dalam bahaya yang lebih besar? Akankah ia memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu terjadi pada Keisha? Daffa melirik asistennya, matanya memerah saat ia memerintahkan dengan suara berat, “Temukan dia secepatnya!!” Titahnya tegas. °°°°Tak mau membuang waktu, Keisha bergegas menuju salah satu lift dan kembali ke ruang konferensi. Debaran jantungnya yang hebat memekakkan telinga. Bagaimana jika keluarga Wicaksana berniat untuk mengambil putri kecil perempuannya?Saat Keisha mendorong pintu ruang konferensi, ia seketika panik saat melihat Mayra berada dalam gendongan pria itu. Keisha khawatir Daffa akan mengenali Mayra, Keisha segera turun tangan dan mengambil putrinya kembali.Wajah Keisha terlihat marah dan penuh emosi. Namun, jauh di lubuk hatinya, jantungnya berdebar kencang. Kebetulan macam apa ini? Bagaimana mungkin Daffa bertemu Mayra tepat setelah ia datang ke perusahaan?Ia tidak ingin Daffa tahu tentang Mayra. Sama sekali! Putrinya hanya miliknya!Pertanyaan Daffa awalnya tidak terpikirkan. Ia berusaha mencari cara untuk pergi tanpa membuat pria itu curiga.“Semuanya, keluar!!” perintah Daffa dengan gigi terkatup sambil melirik wanita yang telah ia dambakan selama bertahun-tahun. Kali ini, udara di sekitar
Keisha melipat bibirnya menjadi garis tipis dan mengabaikan ucapan Daffa. Ia kembali memperhatikan berkas-berkas di tangannya dan terus memeriksanya.Sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di benak Daffa. Ia melirik Felix Brooks dan mengusulkan, “Karena rapat sudah selesai, bagaimana kalau aku mentraktir timmu makan siang?”Hanya itu cara agar ia bisa berinteraksi dengan Keisha lebih lama karena Keisha tetap bersikeras mengabaikan keberadaannya.Felix yang dahinya berbintik-bintik keringat menghela napas lega ketika miliarder itu tidak tersinggung dengan kekasaran karyawannya. Felix tersenyum senang dan menjawab dengan antusias, “Suatu kehormatan untuk kami, Tuan Daffa.”Mereka mulai berdiri ketika Keisha tiba-tiba menerima telepon.“Apa?!!” Sikap tenang Keisha tiba-tiba berubah ketika ia menjawab telepon di ponselnya. Ia terlihat sangat panik saat ia bergegas keluar dari ruang konferensi.Melihat reaksi Keisha, alis Daffa berkerut. Karena penasaran, ia pun mengikuti Keisha, alisnya terus
Mata Daffa sedikit melebar, jantungnya berdebar kencang di tulang rusuknya saat ia melirik wanita cantik di hadapannya. Itu benar-benar dia... Keisha Elara Daphne. Gadis yang pergi dan membawa serta hatinya.Rambut hitam legamnya yang halus tergerai, jatuh di bahunya seperti air terjun dan ia mengenakan setelan jas feminin biru tua, terlihat sangat profesional. Keisha terlihat sedikit berbeda dari penampilannya di masa lalu, tetapi itu memang dia. Cinta pertama Daffa dan satu-satunya wanita yang ia inginkan.‘Keisha adalah wanita itu? Ternyata dia pengacara ternama yang dibicarakan semua orang?’ Daffa merenung dalam hati, berusaha pulih dari keterkejutannya.Setelah enam tahun, ia tidak menyangka mereka akan bertemu seperti ini. Daffa membayangkan reuni yang lebih sentimental di mana ia akan menarik Keisha kembali ke dalam pelukannya dan memeluk Keisha erat.“Semuanya, keluar. Saya ingin berbicara dengan Nona Keisha berdua saja!” Titah Daffa, suaranya serak karena emosi yang meluap-lu
ENAM TAHUN KEMUDIAN...“Mommy, apa kita akan tinggal di sini sekarang?”Di bandara Man City, seorang wanita berpakaian setelan profesional feminin berwarna biru tua turun dari pesawat.Tidak hanya memiliki wajah cantik yang memukau, tapi ia juga memancarkan aura kuat, yang memberi kesan bahwa ia bukan tipe orang yang bisa diremehkan.Wanita itu memancarkan keanggunan dan kelembutan, kepercayaan diri terpancar di setiap langkahnya saat sepatu hak tingginya yang runcing berdenting di lantai.Di satu tangan, ia memegang tas desainer dan tangan lainnya menggenggam tangan seorang anak.Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengannya berjalan di sampingnya, memandang sekeliling dengan rasa ingin tahu dan kegembiraan yang bersinar di mata hazel hijaunya yang besar.Pipi merahnya dan senyum manisnya menerangi sekitarnya. Ibu dan anak yang cantik itu menarik perhatian orang-orang saat mereka berjalan di bandara, memikat pandangan para pejalan kaki. Wanita itu menatap putrinya dan tersenyum m
Bukannya Keisha tidak ingin mengejar kariernya. Mimpinya adalah menjadi pengacara dan kuliah di salah satu universitas terbaik di luar negeri. Namun, ia tidak bisa meninggalkan Man City begitu saja, hanya untuk jaga-jaga, siapa tahu ibunya yang meninggalkannya di panti asuhan kembali menjemputnya... Keisha juga tidak bisa berjauhan dengan Daffa. Itulah alasan Keisha mengapa ia tak meraih apa-apa.Daffa bagi Keisha adalah dunianya. Dan yang Keisha inginkan hanyalah selalu dekat dengan pria itu. Jadi, alih-alih mengejar mimpinya, ia malah fokus pada hubungannya dan menunggu ibu kandungnya mencarinya.Melirik wanita yang pakaiannya bisa membeli mobil, Keisha mendengus dan mulai berjalan pergi, tak ingin menanggapi ejekan Adeeva lagi.Bagaimanapun, Adeeva tidak mau membiarkan Keisha pergi begitu saja. Dengan gerakan halus, wanita itu meletakkan kakinya di depan kaki Keisha, hingga membuat Keisha tersandung dan jatuh ke lantai.Sebuah desisan keluar dari bibir Keisha saat ia memutar pergel
Adeeva bersikap seolah-olah ia sudah menjadi pemenang di hati Daffa.Namun, Keisha tak bisa terus memikirkan hal itu karena fokusnya tertuju pada pria yang tak menyadari kehadirannya meskipun berdiri berdekatan.“Apa yang sedang terjadi, Daffa?” Tanya Keisha, kedua tangannya terkepal kuat sambil menunggu jawaban pria itu.Meskipun rasa sakit pengkhianatan mencengkeram hatinya, Keisha bersedia memberi Daffa kesempatan untuk menjelaskan. Ia ingin Daffa mengatakan jika dia terlalu banyak berpikir dan tak ada yang terjadi antara Adeeva dan dirinya.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Tanya Daffa sebagai respon terhadap pertanyaan Keisha.Mata Keisha terasa perih karena air mata. ‘Dia bahkan tidak berusaha menjelaskan dirinya sendiri,’ ia berpikir dengan sedih.“Apa aku tidak boleh ada di tempat ini? Bukankah seharusnya aku juga melihatmu mengumumkan hubunganmu dengan perempuan lain?!!” Tanya Keisha, meninggikan suaranya.Beberapa desahan orang terdengar di ruangan saat mereka semua menyaksik







