Beranda / Romansa / Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku] / Bab 6. Pertemuan Mayra dan Daffa

Share

Bab 6. Pertemuan Mayra dan Daffa

Penulis: Dilla Maharia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-26 19:23:00

Keisha melipat bibirnya menjadi garis tipis dan mengabaikan ucapan Daffa. Ia kembali memperhatikan berkas-berkas di tangannya dan terus memeriksanya.

Sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di benak Daffa. Ia melirik Felix Brooks dan mengusulkan, “Karena rapat sudah selesai, bagaimana kalau aku mentraktir timmu makan siang?”

Hanya itu cara agar ia bisa berinteraksi dengan Keisha lebih lama karena Keisha tetap bersikeras mengabaikan keberadaannya.

Felix yang dahinya berbintik-bintik keringat menghela napas lega ketika miliarder itu tidak tersinggung dengan kekasaran karyawannya. Felix tersenyum senang dan menjawab dengan antusias, “Suatu kehormatan untuk kami, Tuan Daffa.”

Mereka mulai berdiri ketika Keisha tiba-tiba menerima telepon.

“Apa?!!” Sikap tenang Keisha tiba-tiba berubah ketika ia menjawab telepon di ponselnya. Ia terlihat sangat panik saat ia bergegas keluar dari ruang konferensi.

Melihat reaksi Keisha, alis Daffa berkerut. Karena penasaran, ia pun mengikuti Keisha, alisnya terus berkerut mengikuti langkah kaki Keisha. Tapi wanita itu sudah menghilang dari lorong. Daffa tak kuasa menahan perasaan tak nyaman yang mencengkeram hatinya.

‘Apa yang terjadi? Siapa yang meneleponnya sampai membuatnya secemas itu?’ Batin Daffa cemas.

Sementara itu, Keisha masih menempelkan ponselnya di telinga saat memasuki lift. Ia bertanya di telepon, “Bagaimana Mayra bisa sampai di sini, Quinn?”

[Tiba-tiba dia ingin melihat tempat kerja barumu. Kamu tau betapa lemahnya aku terhadap air mata putri kecil kita. Aku tak bisa menolak... Jadi aku memutuskan membawanya ke sini, tapi tiba-tiba Mayra kabur dan aku tak bisa menemukannya!] Quinn Edwards, sahabat Keisha, menjawab dengan panik di ujung telepon.

Keisha bertemu Quinn Edwards enam tahun lalu ketika Keisha meninggalkan Man City. Saat itu, Keisha bekerja paruh waktu di sebuah kafe, sementara Quinn datang untuk menulis bukunya.

Mereka langsung akrab dan menjadi teman dekat. Quinn adalah seorang penulis dan bisa bekerja dari mana saja. Jadi, ketika ia mendengar Keisha akan pindah, ia memutuskan untuk ikut pindah bersamanya untuk merasakan kota baru itu.

“Quinn, seharusnya kamu menolak! Aku tidak tau kenapa kamu membawanya ke sini, padahal kamu tau Daffa juga akan ada di sini. Aku tidak ingin dia bertemu putriku. Jangan pernah!” seru Keisha sambil menggertakkan gigi.

Tidak mungkin Keisha akan mengizinkan mereka bertemu. Daffa tidak pantas tahu tentang sosok Mayra.

Keisha menutup telepon dan mulai mencari putrinya, berharap ia dengan cepat menemukan Mayra sebelum putrinya itu bertemu dengan Daffa Satya Wicaksana.

Pada saat yang sama, lift pribadi sang CEO mencapai lantai dasar. Ia keluar dan melihat sekeliling, tidak melihat Keisha di mana pun.

Ia hendak memanggil asistennya untuk memeriksa apakah Keisha sudah keluar dari gedung, namun tiba-tiba ia merasakan tarikan kecil di celananya.

“Permisi, Paman. Apa Paman melihat Ibu saya?”

Daffa melirik ke bawah dan mendapati mata hijau kecokelatan yang besar menatapnya. Seketika, ia merasakan sesuatu yang aneh bergejolak di hatinya ketika ia melihat wajah mungil yang menggemaskan itu.

‘Putri siapa yang menggemaskan ini?’ Batinnya. Entah kenapa, wajah gadis kecil itu tampak familier dan ia merasa langsung menyukainya.

Sambil tersenyum, Daffa berjongkok agar sejajar dengan gadis kecil itu sebelum bertanya, “Siapa ibumu, sayang?”

Mayra mengerjap dan menatap mata Daffa. Ia ingat Keisha pernah berpesan agar ia tidak memberi tahu orang asing siapa ibunya.

“Ibuku orangnya cantik, Paman.” Jawab Mayra polos.

Daffa mengangkat sebelah alisnya. “Oke, seperti apa rupanya? Aku akan membantumu mencarinya.” Tanyanya lagi.

“Ibuku tampak seperti bidadari,“ Jawab Mayra. Matanya kemudian berkaca-kaca dan bibirnya cemberut. “Bantu aku menemukan Ibuku, Paman.” Tambahnya.

Hati Daffa mencelos melihat air mata yang menggenang di mata gadis kecil itu. Tatapannya melembut dan ia bertanya-tanya mengapa ia merasa ada hubungan dekat dengan anak itu.

‘Apa karena usiaku sudah tiga puluh dua tahun dan siap untuk memulai berkeluarga?’ Batin Daffa.

“Nama kamu siapa, sayang?” Tanya Daffa lembut.

“Mayra. Apa kita akan menemukan Ibu?” Tanya Mayra lagi, tak sabar.

Daffa menggendong Mayra dan berdiri. Mayra merengkuhnya dalam pelukannya dan melingkarkan lengan mungilnya di leher Daffa. Membuat hati Daffa berdebar tak terkira.

Aroma Mayra meresap ke hidungnya dan memberinya rasa familiar.

“Aku akan meminta asistenku untuk menemukan Ibumu,” Saran Daffa.

Daffa lalu kembali ke ruang konferensi dan menginstruksikan Aaron, “Ambil rekaman cctv pintu masuk dan bawa ke sini sekarang juga!!” Titahnya serius.

“Itu anak siapa, Pak?” Tanya Aaron hati-hati, terkejut melihat bosnya menggendong seorang gadis kecil, ‘Apa karyawan sekarang boleh membawa anak-anak mereka ke tempat kerja?’ Batinnya bertanya-tanya.

Daffa menatap Aaron dengan dingin dan berkata, “Ambil rekamannya, Aaron!!” Desaknya.

Ketika Aaron mengangguk dan bergegas keluar dari ruang konferensi, staf yang tersisa tak henti-hentinya melirik interaksi Daffa dan gadis kecil itu.

Daffa menepuk pelan punggung Mayra dengan menenangkan. Dan Mayra membenamkan wajahnya di leher Daffa, bersembunyi dari tatapan penasaran para staf yang menatapnya tajam.

“Tidak apa-apa,” Daffa menenangkan dengan lembut. “Kami akan menemukan Ibumu.” Jelasnya.

Mulut para karyawan ternganga. Mereka tak pernah tahu Bos mereka memiliki sisi yang begitu lembut dan baik hati. Daffa Satya Wicaksana selalu tampak serius dan tegas. Mereka tak pernah menyangka sang CEO menyukai anak kecil.

Sang CEO tampak alami saat berbasa-basi dengan gadis kecil dalam gendongannya. Yang tidak mereka ketahui adalah Daffa berpengalaman dengan anak-anak. Sejak dulu Daffa harus membantu orang tuanya mengasuh saudara-saudaranya, jadi ia tahu cara menghibur anak.

Beberapa menit kemudian, pintu ruang konferensi tiba-tiba terbuka, memperlihatkan Keisha. Begitu meliha putri kecilnya dalam gendongan Daffa, lubang hidungnya melebar dan alisnya berkerut.

Keisha segera menghampiri mereka dan merebut anak itu dari gendongan Daffa, sambil mendesis, “Jauhi putriku!”

Keisha seperti induk ayam yang berusaha melindungi anak-anaknya. Ia menurunkan Mayra dan menempatkannya di belakangnya dengan protektif agar tidak terlihat oleh Daffa.

Napas terengah-engah bergema di ruang konferensi saat emosi Keisha meledak. Mereka semua meliriknya, bertanya-tanya mengapa Keisha bereaksi berlebihan seolah-olah Daffa Satya Wicaksana bisa menyakiti putrinya.

Butuh beberapa detik bagi Daffa untuk menyadari apa yang sedang terjadi. Ternyata gadis kecil yang ia temukan adalah putri Keisha. Keterkejutan awalnya tiba-tiba berubah menjadi amarah saat ia menghubungkan dua hal.

‘Keisha punya anak?’ Rasa cemburu yang membara berkobar dalam dirinya saat ia meliriknya.

“Apa kamu membiarkan pria lain menyentuhmu? Sialan kau, Keisha!!” Daffa mengusap rambutnya dengan kasar, urat-urat di dahinya menonjol. “Apa kamu sudah tidur dengan pria lain?!” Bentaknya lagi.

Beberapa jam yang lalu,

Keisha telah bertanya-tanya di seluruh perusahaan apakah ada yang melihat putrinya, menelusuri setiap departemen dan memeriksa setiap toilet. Ketika ia membayangkan akan kehilangan anaknya, ketakutan yang ia rasakan sungguh luar biasa.

Jantungnya berdegup kencang dan perutnya melilit hebat saat ia mencari di seluruh perusahaan tapi tidak menemukan Mayra dimanapun. Ia hampir kehilangan kendali karena semua orang mengaku tidak melihat anak yang hilang.

Ia baru menghela napas lega ketika ia menjawab pertanyaan resepsionis di lantai dasar.

“Oh, seorang gadis kecil berbaju merah muda? Saya melihatnya beberapa menit yang lalu,” Jawab resepsionis itu. Namun, kata-katanya selanjutnya yang membuat lutut Keisha lemas.

“Pak CEO membawa gadis kecil itu bersamanya. Saya melihat mereka memasuki lift pribadi Pak Daffa,” Tambah resepsionis itu.

Hati Keisha mencelos saat rasa takut melilit pikirannya. Mengapa Daffa mau membawa putrinya? Apakah pria itu tahu...?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]   Bab 7. Tidak Akan Membiarkan

    Tak mau membuang waktu, Keisha bergegas menuju salah satu lift dan kembali ke ruang konferensi. Debaran jantungnya yang hebat memekakkan telinga. Bagaimana jika keluarga Wicaksana berniat untuk mengambil putri kecil perempuannya?Saat Keisha mendorong pintu ruang konferensi, ia seketika panik saat melihat Mayra berada dalam gendongan pria itu. Keisha khawatir Daffa akan mengenali Mayra, Keisha segera turun tangan dan mengambil putrinya kembali.Wajah Keisha terlihat marah dan penuh emosi. Namun, jauh di lubuk hatinya, jantungnya berdebar kencang. Kebetulan macam apa ini? Bagaimana mungkin Daffa bertemu Mayra tepat setelah ia datang ke perusahaan?Ia tidak ingin Daffa tahu tentang Mayra. Sama sekali! Putrinya hanya miliknya!Pertanyaan Daffa awalnya tidak terpikirkan. Ia berusaha mencari cara untuk pergi tanpa membuat pria itu curiga.“Semuanya, keluar!!” perintah Daffa dengan gigi terkatup sambil melirik wanita yang telah ia dambakan selama bertahun-tahun. Kali ini, udara di sekitar

  • Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]   Bab 6. Pertemuan Mayra dan Daffa

    Keisha melipat bibirnya menjadi garis tipis dan mengabaikan ucapan Daffa. Ia kembali memperhatikan berkas-berkas di tangannya dan terus memeriksanya.Sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di benak Daffa. Ia melirik Felix Brooks dan mengusulkan, “Karena rapat sudah selesai, bagaimana kalau aku mentraktir timmu makan siang?”Hanya itu cara agar ia bisa berinteraksi dengan Keisha lebih lama karena Keisha tetap bersikeras mengabaikan keberadaannya.Felix yang dahinya berbintik-bintik keringat menghela napas lega ketika miliarder itu tidak tersinggung dengan kekasaran karyawannya. Felix tersenyum senang dan menjawab dengan antusias, “Suatu kehormatan untuk kami, Tuan Daffa.”Mereka mulai berdiri ketika Keisha tiba-tiba menerima telepon.“Apa?!!” Sikap tenang Keisha tiba-tiba berubah ketika ia menjawab telepon di ponselnya. Ia terlihat sangat panik saat ia bergegas keluar dari ruang konferensi.Melihat reaksi Keisha, alis Daffa berkerut. Karena penasaran, ia pun mengikuti Keisha, alisnya terus

  • Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]   Bab 5. Tidak Mau Kenal Lagi

    Mata Daffa sedikit melebar, jantungnya berdebar kencang di tulang rusuknya saat ia melirik wanita cantik di hadapannya. Itu benar-benar dia... Keisha Elara Daphne. Gadis yang pergi dan membawa serta hatinya.Rambut hitam legamnya yang halus tergerai, jatuh di bahunya seperti air terjun dan ia mengenakan setelan jas feminin biru tua, terlihat sangat profesional. Keisha terlihat sedikit berbeda dari penampilannya di masa lalu, tetapi itu memang dia. Cinta pertama Daffa dan satu-satunya wanita yang ia inginkan.‘Keisha adalah wanita itu? Ternyata dia pengacara ternama yang dibicarakan semua orang?’ Daffa merenung dalam hati, berusaha pulih dari keterkejutannya.Setelah enam tahun, ia tidak menyangka mereka akan bertemu seperti ini. Daffa membayangkan reuni yang lebih sentimental di mana ia akan menarik Keisha kembali ke dalam pelukannya dan memeluk Keisha erat.“Semuanya, keluar. Saya ingin berbicara dengan Nona Keisha berdua saja!” Titah Daffa, suaranya serak karena emosi yang meluap-lu

  • Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]   Bab 4. Pertemuan Kembali

    ENAM TAHUN KEMUDIAN...“Mommy, apa kita akan tinggal di sini sekarang?”Di bandara Man City, seorang wanita berpakaian setelan profesional feminin berwarna biru tua turun dari pesawat.Tidak hanya memiliki wajah cantik yang memukau, tapi ia juga memancarkan aura kuat, yang memberi kesan bahwa ia bukan tipe orang yang bisa diremehkan.Wanita itu memancarkan keanggunan dan kelembutan, kepercayaan diri terpancar di setiap langkahnya saat sepatu hak tingginya yang runcing berdenting di lantai.Di satu tangan, ia memegang tas desainer dan tangan lainnya menggenggam tangan seorang anak.Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengannya berjalan di sampingnya, memandang sekeliling dengan rasa ingin tahu dan kegembiraan yang bersinar di mata hazel hijaunya yang besar.Pipi merahnya dan senyum manisnya menerangi sekitarnya. Ibu dan anak yang cantik itu menarik perhatian orang-orang saat mereka berjalan di bandara, memikat pandangan para pejalan kaki. Wanita itu menatap putrinya dan tersenyum m

  • Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]   Bab 3. Kemana Dia?

    Bukannya Keisha tidak ingin mengejar kariernya. Mimpinya adalah menjadi pengacara dan kuliah di salah satu universitas terbaik di luar negeri. Namun, ia tidak bisa meninggalkan Man City begitu saja, hanya untuk jaga-jaga, siapa tahu ibunya yang meninggalkannya di panti asuhan kembali menjemputnya... Keisha juga tidak bisa berjauhan dengan Daffa. Itulah alasan Keisha mengapa ia tak meraih apa-apa.Daffa bagi Keisha adalah dunianya. Dan yang Keisha inginkan hanyalah selalu dekat dengan pria itu. Jadi, alih-alih mengejar mimpinya, ia malah fokus pada hubungannya dan menunggu ibu kandungnya mencarinya.Melirik wanita yang pakaiannya bisa membeli mobil, Keisha mendengus dan mulai berjalan pergi, tak ingin menanggapi ejekan Adeeva lagi.Bagaimanapun, Adeeva tidak mau membiarkan Keisha pergi begitu saja. Dengan gerakan halus, wanita itu meletakkan kakinya di depan kaki Keisha, hingga membuat Keisha tersandung dan jatuh ke lantai.Sebuah desisan keluar dari bibir Keisha saat ia memutar pergel

  • Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]   Bab 2. Berakhir!

    Adeeva bersikap seolah-olah ia sudah menjadi pemenang di hati Daffa.Namun, Keisha tak bisa terus memikirkan hal itu karena fokusnya tertuju pada pria yang tak menyadari kehadirannya meskipun berdiri berdekatan.“Apa yang sedang terjadi, Daffa?” Tanya Keisha, kedua tangannya terkepal kuat sambil menunggu jawaban pria itu.Meskipun rasa sakit pengkhianatan mencengkeram hatinya, Keisha bersedia memberi Daffa kesempatan untuk menjelaskan. Ia ingin Daffa mengatakan jika dia terlalu banyak berpikir dan tak ada yang terjadi antara Adeeva dan dirinya.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Tanya Daffa sebagai respon terhadap pertanyaan Keisha.Mata Keisha terasa perih karena air mata. ‘Dia bahkan tidak berusaha menjelaskan dirinya sendiri,’ ia berpikir dengan sedih.“Apa aku tidak boleh ada di tempat ini? Bukankah seharusnya aku juga melihatmu mengumumkan hubunganmu dengan perempuan lain?!!” Tanya Keisha, meninggikan suaranya.Beberapa desahan orang terdengar di ruangan saat mereka semua menyaksik

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status