TUJUH BELAS : BUKAN KARENA AGAM.Sorry, kayaknya bakal slow update!Lagi banyak kesibukan lain di real-life.***Reksa berusaha keras untuk menemukan Anya. Sudah beberapa putaran dia mengelilingi setiap titik di taman tersebut. Namun, tidak ada jejak keberadaan anak itu.Anjali ditemani Epan bertanya ke setiap orang yang ditemui. Ada yang mengatakan sempat melihat Anya mengantre di stand es krim. Itupun sewaktu bersama Epan.Anjali kelimpungan begitu tidak mendapat petunjuk pasti."Tante, maafin Epan ya. Ini salah Epan. Kalau saja Epan gak ninggalin Anya, mungkin Anya gak bakal hilang."Epan menundukkan kepala, tidak berani menatap Anjali secara langsung. "Gak sayang, bukan salah Epan kok." Anjali mengusap pucuk kepala Epan."Yasudah sekarang kita cari lagi Anya, ya?"Ajakan Anjali disambut anggukkan oleh Epan. Tak tanggung Epan mengamit tangan Anjali."Pak maaf mau nanya, apa bapak liat anak ini?" Anjali menyodorkan ponsel dengan tampilan muka Anya di layar ponsel tersebut. Anjali b
DELAPANBELAS : ANYA SEKARAT."Anak manis, makan dulu ya nanti kamu bisa sakit, sayang,"Sore ini Ryanti masuk ke dalam kamar yang ditempati Anya. Sudah beberapa kali bujukkan dia lontarkan kepada anak itu. Namun tetap saja Anya tidak mau membuka mulutnya."Anya, makan dulu ya. Tante suapin deh."Ryanti mengangkat sendok penuh nasi ke arah Anya.Prank.Tanpa mampu Ryanti cegah Anya melempar sendok beserta mangkok di tangan Ryanti. Pecahan beling yang bercampur dengan nasi berserakan di lantai. "Anyaaaa," gemas Ryanti namun hal itu tidak membuat perempuan itu marah. Dia mencoba membawa Anya ke atas pangkuannya. Sudah dipastikan Anya menolak. Anak gadis itu menjaga jarak dari Ryanti dengan beringsut mundur."Mau es krim?"Mungkin kalau bukan Ryanti yang menawarinya dengan senang hati Anya akan bersorak gembira dan memborong semua es krim favoritnya.Anya tau perempuan di depannya adalah Ryanti. Perempuan yang kerap papanya bicarakan dan seseorang yang tidak mau Anya temui. "Kalau tante
SEMBILANBELAS : DONOR DARAHHappy reading!***Sesampainya di rumah sakit, Anjali digiring Agam menuju ruangan Anya. Perempuan itu linglung. Bahkan beberapa kali dia hilang keseimbangan ketika berjalan untung saja Agam sigap menahan tubuh mantan istrinya.Tidak berselang lama dokter keluar dari ruangan Anya. Sesuai dugaan, dokter bilang Anya kehilangan banyak darah, gadis kecil itu butuh 3 kantong darah sementara stok di rumah sakit hanya tersisa 2 kantong. Hal itu membuat Anjali bergerak cepat untuk mendonorkan darahnya. Namun, sayangnya ketika diperiksa golongan darahnya tidak cocok. Dengan yakin, Anjali menatap Agam. Besar harapannya golongan darah lelaki di depannya cocok dengan Anya. Walaupun kecil kemungkinan sama.Agam menggeleng dengan sorot kecewa dan sedih, "Maaf, golongan darahku B."Tangis Anjali pecah begitu keras. Sebagai orang tua dia sungguh tidak ada guna untuk anaknya. Bahkan di saat anaknya kritis, dirinya hanya bisa menangis tanpa berbuat apa-apa."Anjali, tenangk
DUA PULUH : PENGAKUAN TERSIRAT.Setelah seminggu Anya di rawat, keadaan gadis kecil itu kunjung membaik. Setelah pasca pendonoran darah waktu itu Reksa dan Anya bisa di katakan semakin dekat hal itu tidak menutup kemungkinan Anjali kecipratan juga. Anjali dan Reksa kerap menjaga Anya bersamaan. Tidak jarang kalau kalau Anjali bekerja, Reksa lah yang menjaga anak itu.Anjali tersentuh dengan kebaikan Reksa. Apalagi saat lelaki itu rela mengerjakan tugas ke kantor di rumah sakit.Sore ini Anjali baru pulang bekerja dia langsung ke rumah sakit. Memang kamar rawat Anya sudah menjadi rumah keduanya saat ini. Dia pergi dari rumah sakit dan pulang juga ke rumah sakit."Anya lagi makan ya?"Nampak Anya tegah disuapi buah Apel oleh Reksa. "Iya ma, makan apel," jawab Anya riang. Anjali tersenyum lega. Perkembangan Anya semakin baik mungkin besok juga Anya sudah di perbolehkan pulang. Anjali mengecup kepala Anya penuh sayang."Makasih ya Reksa sudah menjaga, Anya." Anjali berkata dengan tulus.
DUA PULUH SATU : PENOLAKAN ANJALI.Enjoy reading!***Pagi ini Agam berencana menjemput Anya di rumah sakit. Kemarin Anjali bilang Anya boleh pulang hari ini. Jadi dia akan mengantarkan mereka pulang. Di jalan Agam juga sempat membeli se-box donat kesukaan Anya. Anya paling suka rasa matcha dan oreo sehingga Agam hanya membeli dua varian rasa tersebut. Pria itu tersenyum cerah sambil masuk ke dalam mobil.Agam sengaja tidak mengabari Anjali kalau dia akan menjemput mereka. Sengaja, karena mau membuat kejutan. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Agam masuk ke dalam kamar rawat Anya.Dia mengernyitkan dahi menyapu semua sudut ruangan. Ternyata ruang kamar Anya kosong. Bahkan barang-barang mereka sudah hilang. Agam menoleh pada suster yang akan membereskan bekas ruang kamar Anya."Pasiennya sudah pulang ya sus?" tanya Agam memastikan. Sorot kecewa tidak mampu dia sembunyikan."Iya, Pak, barusan mereka check out." Agam mengangguk mengerti kemudian dia berjalan menuju basement. Pria i
Dua Puluh Dua : Sudut Pandang Reksa dan Rahasia Baru.Haloo terimakasih yang sudah baca sampe siniiii 😉👍Sedih banget viewer MR menurun banget 🙂🥺Ah boleh dong sarannya gimana buat MR makin seruuu. Soalnya aku juga ngerasa kurang gitu feel nya, asa makin ngawurr lohh wahahaa. Tapii gapapa lah pengen nyobain punya novel tamat jadi gas keun ajaa wkwkwkwk.Oh iya, aku usahain update satu minggu sekali ya, at least.Okey happy reading!!Btw aku tidak melakukan pengeditan guys sumpah lgi capek bngt ini;vMau up malem-malem soalnya ngejar deadline :)***Anjali memandang Reksa dari atas sampai bawah. Malam ini pria itu datang ke rumah dengan basah kuyup. Entah apa yang membuat pria itu datang ke sini. "Maaf,"Satu kata meluncur setelah hampir 3 menit saling diam. Reksa menunduk tidak berani menatap wajah kecewa Anjali. Dia paham alasan perempuan itu kecewa padanya. Alih-alih mendiamkan Reksa berdiri dengan gemeteran, Anjali menggiring pria itu masuk. Mempersilahkan pria itu duduk seme
WOAH AKU UPDATE TPI AS ALWAYS DI TENGAH MALAM YAKS.ENJOY READING!***Untuk kesekian kalinya Anjali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum pendek menunjukkan angka 7. Anjali menahan napas. Bukan pertama kalinya Reksa lupa menjemputnya seperti sekarang. Ini sudah ke tiga kalinya. Mungkin kalau semalam Reksa tidak berjanji akan menjemputnya Anjali tidak akan menunggunya seperti sekarang. Bisa aja dia naik ojek online. Akhir-akhir ini Reksa juga kelihatan banyak masalah. Tetapi pria itu tidak pernah mau bercerita padanya. Setiap kali Anjali menyinggung tentang perubahan pria itu, Reksa pintar mengalihkan pembicaraan."Ibu Anjali di depan ada pak Agam,"Anjali yang tengah bersiap memesan ojek online terperanjat kaget. Dia berdiri lantas berjalan ke pintu utama setelah mengucapkan terimakasih pada Irma."Anya sudah berangkat ke sekolah," kata Anjali memberi tahu. Anjali pikir Agam ke sini untuk bertemu putrinya.Dari kursi kemudi Agam mengangguk mengerti, "Saya
DUAPULUH EMPAT: TUNTUTAN APRIL enjoy reading!***"Kak, gue dateng ke sini mau nanyain anak gue yang lo buang."Ryanti tersenyum miring. Matanya menatap April senewen. Pagi-pagi sekali perempuan itu sudah menggedor pintu rumah. Membangunkan Ryanti yang baru saja tidur jam 4 pagi. "Ngapain nanyain dia sekarang?" Ryanti menyilangkan kedua tangannya. Perempuan itu menguap untuk kesekian kalinya."Kata Reksa lo yang buang anak gue. Kemana lo buang dia?" Ryanti tertawa kecil, "Kenapa baru sekarang lo peduli sama July. Kemana 3 tahun lalu saat July butuh sosok seorang ibu, hah? Dia sudah gue buang ke panti asuhan. Sekarang sudah ada yang adopsi kali."Ryanti mengedikan bahunya terlihat tidak peduli, "Gue masih ngantuk. Lo pulang gih."Ryanti mengibaskan tangannya. Tanpa mau repot menutup mulut, Ryanti membiarkan mulutnya terbuka lebar, Ryanti kembali menguap untuk kesekian kalinya. Matanya juga sudah berair dan memerah pertanda harus menutupkan matanya segera."Liat mata gue sudah hampir