Share

Bab 2

Author: Daliah Wahidah
Saat ini aku sudah selesai mencuci muka dan bersiap untuk tidur.

Tiba-tiba aku menerima pesan WhatsApp dari Charli.

"Aku akan menjaga Yuna, malam ini dia adalah pengantinku."

Setelah pesan yang menantang itu, dia mengirimkan sebuah foto.

Dalam foto tersebut, pria yang tinggi dan kurus itu memegang rambut sang wanita dengan satu tangan dan menekannya ke wastafel, sementara tangan lainnya mengarahkan ponsel dan mengambil gambar melalui cermin wastafel.

Dari sudut pengambilan foto, bisa terlihat apa yang sedang dilakukan. Meskipun bagian tubuh yang penting tidak terlihat, wajah wanita itu terlihat sangat jelas.

Ekspresi Yuna yang menikmati dan tatapan matanya yang kosong terbuai membuat hatiku seperti tersengat.

Sejenak saja, aku menyentuh dadaku lalu tersenyum kecil. Aku seharusnya tidak berharap apa-apa lagi darinya.

Charli hanya pria yang berusaha menaikkan status sosial dengan menikahi Yuna. Karena Yuna menyukai pria itu, aku akan mengabulkan keinginannya.

Tanpa membalasnya, aku menyisir rambut dan bersiap tidur.

Mungkin Charli tidak puas dengan sikapku, saat aku membuka WhatsApp lagi, dia sudah memposting di media sosial.

Keterangan fotonya:

"Di mana hati wanita berada, di situ dia akan berbaring."

"Meski harus mengalah sejenak demi kepentingan keluarga dan menikah dengan seseorang yang tidak dicintai, itu tetap tidak bisa mengekangnya."

"Pada malam pengantinnya pun, dia tetap akan datang kepadaku tanpa ragu."

"Dia tidak akan membiarkan pria lain melihat tubuhnya, meski hanya sekejap."

"Kalau begitu, kenapa dia tidak bisa dianggap sebagai istriku?"

Kali ini, fotonya tersusun dalam format sembilan petak.

Ada foto wanita yang tidur nyenyak di dada seorang pria, wajahnya tampak bahagia.

Ada gambar tangan mereka yang saling menggenggam di atas seprai putih.

Ada foto jarak dekat dari bagian leher wanita itu yang penuh dengan tanda merah bekas gigitan ....

Aku akui, aku masih merasa sedih, tapi itu malah membuatku makin yakin untuk tidak lagi lemah.

Aku mengambil tangkapan layar dari postingannya dan mengunggahnya ke statusku.

Keterangannya begini:

"Pada malam pertama pernikahan kami, istriku mengaku kalau hatinya sudah milik orang lain. Sekarang kami sepakat untuk berpisah baik-baik."

Lalu aku matikan ponsel dan tidur.

Kupikir aku akan terjaga sepanjang malam, tapi ternyata aku tidur dengan tenang tanpa bermimpi.

Begitu ponselku menyala keesokan harinya, telepon dari rumah langsung masuk.

Aku kira akan mendapat makian keras, tapi ternyata setelah lima detik terdiam, aku mendengar suara ayahku yang tenang. "Kamu sudah terjebak dalam keadaan yang buruk ini, yang penting sekarang kamu baik-baik saja."

Tidak ada satu pun kata-kata menyalahkan.

Aku tidak siap untuk itu, dadaku terasa sesak, mataku pun mulai panas.

"Hmm." Aku mengangguk dengan kuat, menahan rasa perih di hati dan meminta maaf kepada orang tuaku. "Maaf, aku sudah membuat Ibu dan Ayah malu, aku nggak akan mengulanginya."

Betapa tidak matangnya aku, merasa hanya kehormatan diriku yang penting dan tidak peduli bagaimana orang lain melihat kami. Kini orang tuaku pun ikut-ikutan dihina.

Ayahku menghela napas berat, hanya berkata, "Yang penting kamu baik-baik saja." Lalu menutup telepon.

Orang tuaku sudah pernah bilang, pernikahan yang dipaksakan itu tidak akan manis. Namun, aku tetap percaya kalau hubungan Yuna dengan pria itu hanya sekadar hubungan sementara. Dia akan memilih orang yang tepat untuk menikah, dan aku adalah pilihan terbaiknya.

Bahkan ketika ayah Yuna datang menemuiku, dalam hatiku, aku merasa semuanya sudah benar. Hanya aku yang bisa memberi kebahagiaan untuknya.

Aku memang membuat orang tuaku kecewa, karena pernikahan bukan hanya tentang cinta dua orang, tapi juga tentang kedua keluarga.

Setelah menutup telepon, ada ratusan pesan yang belum dibaca dan panggilan yang terlewat.

Keluarga Cahyadi dan Yuna masing-masing menelepon berkali-kali.

Teman-teman yang dekat mengirimkan pesan untuk menanyakan kabar.

Bahkan mitra bisnis juga mengirimkan salam seperti biasanya.

Yuna, yang tidak bisa menghubungiku lewat telepon, akhirnya mengirimkan pesan lewat WhatsApp.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan yang Terlambat   Bab 11

    Sejak hari itu, dia seperti berubah menjadi orang yang tidak kukenal sama sekali.Dia memperlakukanku seperti pembantu yang harus melayaninya, dan perbuatanku terhadap Kak Sandy demi dia justru malah dijadikan alasan untuk menghinaku sebagai wanita murahan.Dia meminta aku menjual mobil yang diberikan Kak Sandy padaku untuk membelikan jam tangan mewah. Aku menolak dan dia malah memukulku.Baru saat itu aku sadar, mungkin dia memang dari awal sudah seperti itu. Bukan dia yang berubah, tapi statusku yang berubah.Ibu tidak bisa menerima semua ini, dia jatuh sakit parah dan meninggalkanku untuk selamanya. Di saat-saat terakhir dia banyak menceritakan kebaikan Kak Sandy yang diam-diam sangat peduli padaku.Kak Sandy sangat baik padaku, cintanya begitu dalam. Namun, aku tidak menghargainya dan malah berani menyakitinya.Sebenarnya aku tahu betul kebaikan yang diberikannya padaku, dan itu membuatku merasa hangat. Tapi saat itu aku benar-benar tidak ingin menikah dengannya.Saat itu aku seper

  • Penyesalan yang Terlambat   Bab10

    Dia menatapku dengan mata penuh harap, tapi aku benar-benar tidak merasa ada yang perlu kukatakan tentang hubungan kita sekarang, jadi aku tetap diam saja.Dia terisak sambil berkata, "Semuanya salahku, aku memang buta, nggak bisa membedakan siapa yang benar-benar peduli padaku. Charli itu sebenarnya nggak mencintaiku. Sejak keluargaku bangkrut, dia berubah jadi orang yang berbeda. Kalau dia mabuk, dia pasti marah-marah, bahkan memukulku.""Baru sekarang aku tahu, dia cuma tertarik dengan statusku sebagai anak tunggal Keluarga Cahyadi. Dia mau menikahiku supaya bisa mewarisi semua yang aku miliki. Sekarang setelah semuanya hilang, dia baru menunjukkan sifat aslinya."Sejujurnya, mendengar ceritanya membuatku sedikit merasa kasihan, karena dia adalah gadis yang dulu aku cintai. Tapi aku tidak bisa lagi peduli dengan urusannya, hubungan kami sudah berakhir, apalagi sekarang aku sudah punya Nadya, jadi urusannya bukan lagi tanggung jawabku.Akhirnya, aku hanya bisa berkata, "Sebaiknya kam

  • Penyesalan yang Terlambat   Bab 9

    Ibuku sangat puas dan langsung menutup telepon, lalu mengirimkan alamat pertemuan dan foto gadis tersebut.Aku sudah berusia 28 tahun. Orang tuaku sudah melakukan banyak upaya untuk mencarikan jodoh yang cocok untukku dan gadis ini adalah pilihan mereka. Tentu saja aku tidak boleh mengecewakan mereka.Nadya Ferdinan adalah gadis yang sangat berbeda dari Yuna.Dia gadis yang lembut dan cerdas, sangat anggun, cara bicaranya juga santai dan penuh makna.Berada di dekatnya, rasanya seperti berendam di pemandian air panas. Tubuh yang awalnya kaku dan dingin perlahan menjadi lebih rileks dan hangat.Aku menceritakan dengan jujur tentang pernikahanku yang gagal. Awalnya aku pikir gadis sebaik dia mungkin akan merasa keberatan, tapi ternyata tidak. Dia malah dengan lembut menenangkanku.Sepanjang makan malam, aku juga mendengar banyak cerita tentang dirinya.Kebetulan, kami ternyata pernah kuliah di kota yang sama, bahkan pernah berhadapan dalam sebuah kompetisi debat.Dengan malu-malu dia ber

  • Penyesalan yang Terlambat   Bab 8

    Yuna tertegun sejenak, entah bagaimana aku meninggalkan kesan yang begitu kuat padanya, dia bahkan terlihat agak tidak percaya.Dengan curiga, dia menerima surat perceraian itu dan memeriksa isinya, lalu mendengus pelan dan berkata, "Akhirnya kamu mau melepaskan aku. Mulai sekarang jangan datang ke rumah Ibu, nanti Kak Charli bisa cemburu.""Oke."Setelah itu, kami pergi ke kantor catatan sipil, dan begitu mendapatkan surat cerai, rasanya seperti aku baru saja menanggalkan beban yang sangat berat. Hatiku tiba-tiba terasa ringan, aku tidak lagi merasa punya tanggung jawab terhadap Yuna, aku siap memulai hidup baru.Selanjutnya, aku bisa fokus sepenuhnya pada pekerjaan. Orang tuaku pasti tahu ini tidak terlalu sulit bagiku. Meski studio kecilku dikelola oleh temanku, jaringan relasiku masih ada.Aku berhasil mendapatkan beberapa proyek besar yang membuatku sangat sibuk, hari-hariku terasa sangat padat. Aku bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan apa pun tentang Yuna, aku merasa hidupku

  • Penyesalan yang Terlambat   Bab 7

    Aku merasa sudah siap, aku bisa terus menjaga dia, membuatnya bergantung padaku. Seperti selama ini, aku rasa aku sanggup dan akan berusaha untuk terus melakukannya.Aku sadar dia mungkin tidak mencintaiku, tetapi aku berharap bisa membuatnya jatuh cinta dengan ketulusan dan pengorbananku seumur hidup.Namun, dia justru membuat aku sadar di malam pertama pernikahan, bahwa semua itu hanyalah harapanku sendiri. Dia hanya dipaksa oleh ayahnya, bahkan dia merasa seperti mengorbankan dirinya untuk keluarganya.Semua ini akhirnya membuatku benar-benar putus asa.Dengan tulus aku meminta maaf kepada orang tuaku. Mereka menerima permintaan maafku, tapi mereka tetap memutuskan untuk memberiku hukuman, memintaku untuk menunjukkan hasil dari studio kecilku, dan aku pun sangat siap dengan itu.Setelah lulus, aku dipanggil kembali oleh Ayah untuk membantu perusahaan keluarga. Studio kecil ini sudah dikelola oleh teman-temanku selama beberapa tahun, dan aku tahu orang tuaku melakukan ini untuk mengu

  • Penyesalan yang Terlambat   Bab 6

    Aku benar-benar tidak menyangka dia akan melakukan itu. Semua orang langsung menatapku.Suasana hening seperti kematian berlangsung beberapa detik, kemudian sebuah tamparan keras memecah kesunyian. Ibu Yuna menarik tangannya dengan wajah marah, sambil menggertakkan gigi dia berkata, "Suamimu yang sah adalah Sandy Senjaya! Yuna, bisakah kamu berhenti bertingkah seperti ini?"Yuna menutupi wajahnya, dengan mata merah dan marah menatap ibunya, sementara ibunya masih berusaha menjelaskan. Akhirnya keduanya terlibat dalam perdebatan.Para tamu melihat dengan berbagai ekspresi, sementara Charli tak sabar ingin menggantikanku untuk mengendalikan situasi. Dia mengucapkan beberapa kalimat basa-basi tapi tak ada yang merespons, akhirnya dia memilih untuk mencoba menenangkan Yuna dan ibunya.Aku merasa terjepit, seperti sedang dipandang oleh banyak orang. Aku menahan rasa sakit hatiku, tapi tetap saja aku harus menyelesaikan kekacauan ini.Aku berusaha tetap tenang dan berkata, "Jangan bertengkar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status