Sepanjang perjalanan dari tempat acara makan siang yang menjadi arena adu jotos menuju hotel, Leona memilih untuk tidak bertanya apa pun.
Padahal bibirnya sudah gatal karena ingin tahu lebih banyak tentang siapa pria yang berada di balik kemudi ini.
Sebab, semua orang di sana menghormati pria itu sebagai Haidar Abdullah, Putra Mahkota Kerajaan Yordania. 'Apakah dia benar-benar seorang pangeran?' batin Leona. Leona menatap side profile Haidar yang tampak sangat sempurna. Rahang yang keras milik Haidar ditumbuhi oleh bulu-bulu halus berwarna gelap.Hidung pria itu yang mancung terpahat sempurna seperti cetakan dokter operasi plastik. Bibirnya yang merah tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, sempurna untuk dicium.
Kemudian matanya...
Baru kali ini Leona melihat secara langsung mata berwana emas, seperti milik Haidar.
Leona hanya pernah melihat warna mata seperti itu di wajah aktor India, Hrithik Roshan. Hanya saja Haidar jauh lebih tampan dari aktor India itu.
"Sudah puas melihat wajahku?" tanya Haidar dingin. Dengan malu Leona segera memalingkan wajahnya. Bagaimana bisa dia ketahuan memandangi seorang pangeran? "Maaf, tak dapat dipungkiri kamu memang sangat menarik," bisik Leona. "Kenapa? Kamu terpesona?" Leona menganga. "Astaghfirullah. Narsis sekali." Perkataan Leona tidak dijawab oleh Haidar. Pria itu menatap tak acuh sambil fokus menyetir. "Apa semua pangeran begitu?" gumam Leona. "Apa maksudmu?" "Para sepupuku adalah Emir dan Pangeran. Mereka juga sangat tampan, tapi terkadang mereka sama seperti kamu, narsis!" Haidar tampak berpikir. "Leona, siapa sepupumu?" "Oh, Emir Dubai, Emir Oman, Emir Qatar, dan Emir Bahrain. Ada juga Pangeran Inggris dan Belgia..." kata Leona sambil memperlihatkan foto dirinya bersama dengan para sepupunya melalui ponsel.Haidar mengenal mereka semua.
"Kamu benar sepupu mereka?" Leona mengangguk. 'Pantas dia bisa mengatasi situasi tadi dengan santai, ternyata karena dia memang terbiasa dengan keluarga Sultan,' batin Haidar. Tiba-tiba Haidar mendapatkan ide untuk menyelamatkan negaranya dan melindungi rakyatnya, tampaknya tidak ada salahnya untuk melakukan pernikahan politik dengan menikahi salah satu sepupu para Emir. "Kamu sudah menikah?" tanya Haidar. "Belum." "Punya kekasih?" Leona menggelengkan kepalanya, "Tidak." Haidar lalu menghentikan mobilnya di area yang sepi dan membuat Leona menatap ke arah pria itu dengan panik.Sebab, hanya ada mereka berdua di sana.
Semua pikiran jelek Leona bertumpang tindih dengan semua bayangan negatif yang bisa ia bayangkan.Apakah dia akan dibuang di sini? Apakah dia akan dibunuh? Atau apakah dia akan bercinta dengan nafsu membara dengan.. eh tunggu! Otaknya memang kacau!
Haidar mengganti posisinya dan menghadap ke Leona.Wajah pria itu tampak sangat serius dan sorot matanya membuat Leona menjadi sedikit bergidik.
"Kamu belum menikah dan tidak punya pacar. Lantas, apa kamu masih perawan?" Leona melongo. "Apa maksudmu? Sangat tidak sopan kalau kamu ..." Haidar dengan cepat memegang tengkuk Leona dan menarik gadis itu ke arahnya, sehingga hembusan napas keduanya bisa saling dirasakan.AC di mobil yang dingin tidak lagi terasa, kali ini Leona merasa panas!
"Aku hendak menawarkan sesuatu yang tidak bisa kamu tolak!" ucap Haidar dalam sambil tetap menatap mata karamel Leona. "Tawaran apa?" bisik Leona tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari mata emas Haidar yang entah mengapa membuat dirinya seperti terhipnotis. "Jadilah istri kontrakku" Otak Leona tiba-tiba lemot ketika harus mencerna tiga kata yang diucapkan oleh bibir seksi itu. "Istri kontrak?" ulang Leona. "A-aku?" Tiba-tiba otak Leona menjadi Lola alias loading lama. "Ya. Kau dan aku," jawab Haidar tegas. "Kenapa? Kenapa kamu menawarkan... Sebaiknya kamu jangan gegabah, Pangeran. Kita baru bertemu!" kata Leona dengan panik.Dia berusaha melepaskan pegangan Haidar di lehernya, tapi Haidar malah menarik tubuhnya hingga merapat lebih intens.
"Karena aku butuh pengantin, Leona." "Menikah itu ada langkah-langkahnya, tidak bisa mendadak seperti ini. Bahkan kita tidak mengenal satu sama lain dan baru bertemu tadi siang. Kita ..." Haidar lalu membungkam mulut Leona dengan bibirnya dan gadis itu terbelalak akibat ciuman mendadak Haidar.Pria itu mengulum bibir Leona dan menghisapnya sekilas sebelum kemudian melepaskan pagutannya dan membuat Leona tidak bisa berkata-kata.
"Diam." desis Haidar. Leona mengangguk. Ia takut Haidar bisa berbuat lebih dari ini dan dia tidak tahu harus bagaimana melawan seorang pangeran. Terlebih seorang Pangeran dari negara seberkuasa Yordania. "Dengar, aku membutuhkan istri dengan latar belakang yang tidak biasa. Saat kamu bilang sepupumu adalah para Emir Timur Tengah, itu seakan seperti takdir," ucap Haidar. "Jadi, kamu memanfaatkanku?" bisik Leona dengan gemetar. "Bohong jika aku bilang tidak. Ya, Leona, aku memanfaatkan kamu dan keluargamu." "Tapi, kenapa?" "Singkat saja, saat ini negaraku diincar untuk dijadikan sebagai pangakalan nuklir, pangakalan militer asing, dan hal-hal lain yang merugikan rakyatku." jawab Haidar. "Jadi dengan kita menikah, kamu memiliki dukungan dan sekutu dari para sepupuku?" Haidar menyeringai, "Pintar!" "Lantas, apa keuntungan untukku?" "Kamu akan menjadi permaisuriku dan berkuasa atas kekayaan yang bisa membuatmu membeli apa saja yang kamu inginkan." Leona tampak berpikir, "Kalau begitu kita satu kamar?" "Kamu keberatan?" "Ya! Aku keberatan!" jawab Leona tegas. "Padahal tadi ciuman kita sangat indah dan kamu sangat manis". "Tidak usah merayu, Haidar! Aku yakin kamu pasti sudah terbiasa menggunakan kekuasaanmu untuk merayu gadis-gadis!" potong Leona judes. "Apa klausul kontrak darimu?" tanya Haidar tanpa mau menjawab tuduhan Leona yang menurutnya tak berdasar. "Tidak ada tidur bersama dan hubungan kontrak ini hanya setahun. Selama kontrak berlangsung, kamu tidak boleh selingkuh dengan alasan apa pun!" Haidar mengernyitkan dahi karena merasa tidak puas. "Kalau kita tidak tidur bersama, bagaimana aku bisa menyalurkan kebutuhan biologisku?" "Tentu saja dengan tangan dan sabun..." Haidar menggelengkan kepalanya, "Pikirkan baik-baik, Leona." "Bagaimana kalau aku tidak mau?" tantang Leona. "Maka kamu akan mendapatkan konsekuensinya dan itu akan menjadi konsekuensi yang sangat menyebalkan!""Kenapa ayah kamu ingin bertemu dengan kamu ?" tanya Ariel ke suaminya."Aku tidak tahu. Bisa jadi minta pengampunan, minta maaf meskipun menurut aku kecil kemungkinannya, atau minta keringanan hukuman. Apapun ceritanya, aku masih tetap tidak memaafkan dengan apa yang dia lakukan pada ibuku ! Dia begitu teganya !" amuk Drago.Ariel menoleh ke arah Bahar. "Apa paman Bahar mendapatkan informasi atau apapun kenapa Hasan Ishaaq ingin bertemu dengan suamiku?""Tidak tuan putri. Aku tidak mendapatkan apapun mengapa tuan Hasan ingin bertemu dengan tuan pangeran," jawab Bahar."Bagaimana kalau menurut paman? Apakah suamiku harus menemui Hasan atau tidak?" tanya Ariel demi bisa mendapatkan jawaban netral dari orang lain. "Menurut hemat aku, sebaiknya tuanku pangeran tetap menemui tuan Hasan. Memang sulit dan berat tapi demi kedamaian hati dan dendam anda. Umur kita tidak ada yang tahu dan aku berharap tuanku bisa paham maksud aku ini," jawab Bahar.Drago menatap istrinya. "Apakah aku harus men
Drago memegang tangannya yang mulai terasa senut-senut akibat tadi dirinya menghajar ayahnya dengan sekuat tenaganya apalagi dia menyimpan dendam sejak usia lima tahun hingga menjelang usianya yang menjelang kepala tiga. Pria itu menatap Ariel yang memberikan senyuman dukungan ke suaminya. Ariel tahu rasanya menyimpan dendam selama itu, mengingatkan cerita oma buyutnya, Kaia Blair O'Grady yang harus menunggu sekian lama untuk membunuh pelaku pembunuh Edward Blair dan Yuna Partomo dengan kedok kecelakaan pesawat. Memang bukan Edward dan Yuna yang diincar melainkan teman bisnis mereka. Para petugas medis kemudian menghampiri Hasan Ishaaq untuk memberikan perawatan sementara seorang dokter kepresidenan mengambil darah Drago dari bekas lukanya guna dicek DNA nya dengan DNA Hasan Ishaaq. Hilmah yang terserang shock melihat suaminya terkapar, menatap penuh kebencian ke arah Drago. Ariel yang berjalan mendekati suaminya, melihat Hilmah hendak menyerang Drago. Putri Raja Yordania yang sudah
Hasan menatap tidak percaya saat mendengar ucapan Drago bahwa dia hendak menghukum dirinya seperti saat dulu dia membuat istri pertamanya tewas mengenaskan dengan tubuh terbakar bersama anjing kesayangannya. Hasan melihat mata penuh kebencian dari Drago dan sekarang putranya itu menjadi menantu penguasa Yordania. Betapa nasib itu sangat membuat seseorang menjadi berubah situasinya."Apakah dia itu ayahmu?" bisik Ariel ke Drago yang mengangguk. "Pantas kamu hajar, sayang."Drago tersenyum smirk mendengar kompor istrinya yang keluar jiwa bar-barnya. "Akan ada waktunya, sayang. Akan ada waktunya."Sidang pun dibuka sementara Hilmah menoleh saat Hasan mengatakan bahwa putra satu-satunya berada di ruang sidang. Entah karma atau bagaimana, Hasan tidak bisa mendapatkan keturunan dari empat istrinya yang lain. Banyak yang menganggap itu sebagai hukuman pria yang menyia-nyiakan istri pertamanya dan ada juga menganggap karma sebagai orang tidak tahu diri yang diangkat sebagai penguasa Yaman tap
Ariel masuk kedalam kamarnya dengan waajh lelah dan mulai membuka pakaiannya sementara Drago pun menyusul masuk dan mengunci pintu kamarnya. Dia melihat istrinya merasa kesulitan melepaskan pakaiannya yang memang kancing belakang. Tadi Ariel meminta tolong padanya dan sekarang Drago berjalan mendekati istrinya."Need help?" goda Drago."Menurutmu bagaimana?" balas Ariel sambil menatap suaminya dari kaca besar yang ada di kamarnya."Sini, aku bantu membuka gaunmu. Lagipula, siapa sih yang merancang baju model begini? Bikin repot, tahu nggak?" omel Drago sambil melepaskan kancing-kancing di belakang gaun Ariel."Opaku, Alessandro Moretti," jawab Ariel santai. "Itu desain dibuat beliau sebelum meninggal dan diteruskan Opa Asher."Drago lupa kalau Ariel memiliki keluarga di dunia fashion. Rumah mode Morr dan Burberry adalah keluarga Ariel jadi tidak heran jika istrinya selalu memesan gaun atau pakaian terbaru dari dua rumah mode itu selain rumah mode lainnya. Ariel juga tidak alergi memak
Drago rasanya ingin mencium bibir Ariel panas setelah mengatakan bahwa istrinya mulai belajar mencintai dirinya. Sungguh, Drago tidak yakin Ariel akan membela suaminya di depan keluarganya karena wanita itu selalu membicarakan soal perpisahan. Drago tersenyum dalam hati namun sesaat dia tampak berpikir. Apakah Ariel bilang seperti itu karena kasihan padaku yang sudah diterpa kejadian bertubi-tubi? Bukan cinta yang dia rasakan tapi kasihan? Aku tidak butuh dikasihani, sayang ! - batin Drago. "Apa rencana Abi dan Arbad?" tanya Ariel membuat lamunan Drago terganggu. "Kami? Menunggu Maher Assegaf maju menangkap Hasan Ishaaq. Bukan kapasitas kami dan Drago karena semua bukti biarpun itu kopiannya sudah kita berikan. Kita lihat saja dan yang jelas, aku yakin Drago pasti ingin melihat wajah ayahnya yang ditangkap bukan? Jika Maher tidak mampu, berarti kita tahu kwalitasnya seperti apa," jawab Haidar dingin. Ariel menoleh ke Drago. "Kita akan kembali ke Yaman jika paman kamu tidak bisa me
Arbad dan Leon menoleh ke arah Drago yang tampak serius. Kedua saudara lelaki Ariel itu merasa bingung karena Drago tidak memiliki akses ke bank Swiss manapun. Bahkan keluarga Pratomo yang generasi kesembilan tidak semuanya memiliki previlige untuk mengautorisasi rekening siapapun tanpa ada surat keterangan dari tetua baik generasi ketujuh yang masih hidup atau generasi ke delapan. "Ariel tidak memiliki akses ke bank Swiss manapun, Drago. Bagaimana bisa kamu mendapatkan banyak informasi?" tanya Arbad bingung."Ariel meminta tolong pada opanya, Jayde Neville," jawab Drago sambil terus menatap dingin ke Maher.Haidar tersenyum smirk. "Jika Oom Jayde Neville sudah ikut campur, makanya bisa keluar semua datanya. Sekarang, presiden Maher, bisa dijelaskan? Anda tahu sendiri kan siapa Jayde Neville. Dia adalah akuntan yang diakui dunia dan pemilik biro akuntan independen yang dipakai oleh banyak perusahaan dan negara karena tidak bisa disuap oleh apapun dan siapapun."Maher memucat saat Dra